Awal Pertemuan_3

249 3 0
                                    

"Saat hati tak berkehendak untuk mencintai. Maka mulut akan menguap dengan kata yang sama. Tapi saat mulut menguap tak mencintai. Belum tentu hati akan berkata sama."
KM_P.N.Z.
***

"Sayang, kok baru pulang?!," tanya Anjani dengan menghampiri Felly yang datang dengan sorotan matanya yang tajam.

"Felly kenapa...," tanya Reynaldy terputus saat Felly mengetahui apa yang ingin dikatakan oleh Papanya.

"Seharusnya Felly yang bertanya seperti itu sama Mama dan Papa. Kenapa Felly harus menuruti kemauan Mama dan Papa mengenai perjodohan itu? Felly nggak mau menikah dengan hati yang tidak ada cinta. Percuma jalin rumah tangga kayak begitu. Lebih baik Felly nggak nikah seumur hidup kalau begini caranya."

"Felly jaga mulut kamu! Papa melakukan ini karena Papa mau yang terbaik untuk kamu. Apakah kamu pikir, kamu penerus terakhir generasi Wiraatmaja? Kakak kamu begitu, kamu begini! Papa harus gimana sih, Fel? Lihat! Mamamu sudah ingin meminang cucu!"

"Tapi nggak gini juga caranya. Apa Papa pikir dengan ngurung aku di kamar terus perjodohan itu akan berjalan lancar? Enggak, Pa! Biarlah semua berjalan sesuai arus. Tuhan tahu, mana yang terbaik untuk Felly! Hanya saja, waktunya belom dateng, Pa! Ayolah, Ma, Pa. Jangan bikin Felly menjadi anak durhaka dengan posisi seperti ini. Felly sadar kalau Felly bukan anak yang baik bila dibandingkan dengan Bang Davin."

"Maksud kamu?," tanya Papa dengan menyipitkan matanya.

"Karir Bang Davin lebih tinggi daripada Felly. Di sisi lain, mungkin Bang Davin udah punya pasangan. Tinggal nikahnya doang. Atau Mama dan Papa juga bisa, kan jodohin Bang Davin dengan wanita pilihan Mama dan Papa. Jangan Felly aja dong, yang dipaksa buat nikah."

"Harapan Papa satu-satunya kamu, Fel. Davin nggak bisa Papa harapin."

"Kenapa? Kenapa Bang Davin nggak bisa Papa harapin? Kami berdua juga anak Papa! Papa jangan pilih kasih dong sama anak. Tahu deh terserah Mama sama Papa. Felly capek terus berdebat dengan Mama dan Papa," kata Felly dengan meninggalkan kedua orang tuanya dan naik ke atas tangga. Tapi sebelum itu, Felly pergi ke kamar Mbok Min dan melarangnya untuk menuruti perintah Mama dan Papanya apabila itu berhubungan dengan kunci mengunci Felly di kamar.

Felly kembali ke kamarnya tanpa menyapa atau menghentikan perdebatan Mama dan Papanya mengenai tingkah, rencana perjodohan dan seputarnya. Felly hanya menoleh sekilas dan melanjutkan langkahnya. Menghiraukan rencana mereka untuk menyusun perjodohan itu.

***

Di bawah shower. Felly mengguyur dirinya dengan air dingin. Ia menatap wajahnya di depan cermin. Banyak bisikan-bisikan yang menyuruh dirinya untuk menerima perjodohan itu meski Felly sedikit ganjal mengenai cinta di dalamnya.

Namun, ingatannya mengenai hal temannya yang ada di perjodohan, Felly justru bergidik ngeri setelah mengingat seluruh perkataan temannya.

Fellypun segera menepis pikiran mengenai menerima perjodohan itu. Masih ada banyak cara untuk berbakti kepada kedua orang tua. Masih banyak cara untuk membahagiakan kedua orang tua selain dengan memberikan momongan di kondisi yang seperti ini.

Felly mengakhiri hari itu dengan tidur lebih awal di hari biasanya. Yah... kebiasaan Felly saat ia sebelum tidur adalah membaca beberapa buku, atau menyusun RPL, atau menjadwal operasinya dengan mengirim e-mail kepada Nina, atau sekedar melihat perkembangan jurnal pasien mengenai gizi yang diberikan oleh Larissa dan menghitung laba rugi perusahaan yang ia pegang. Tapi hari itu, ia mengakhiri dengan terlelap meski sedikit tidak nyaman dengan pikiran-pikiran yang terus menghantuinya.

***

"Bangun, Bego!," kata seseorang dengan menjitak kepala.

"Add.... Bang Davin?!," kejut Felly saat membuka matanya dan ia melihat Davin di sana.

Perfect Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang