Part 1

600 45 1
                                    

Saya up ulang yaa
Masih dengan lagu 'cinta tak bersyarat' dan 'maaf'

Judul saya ganti, harusnya "Cinta tak bersyarat"

Typo bertebaran, ignore me ....

.........  ...........  ............

"Mean ... Aku belum selesai  bicara!" teriakan Plan dari ruang tamu kepada Mean yang pergi begitu saja.

Lagi, pertengkaran antara sepasang kekasih itu sudah biasa. Dan seperti sebelum-sebelumnya Mean memilih pergi tanpa menyelesaikan perdebatan mereka. Plan tahu pasti kemana kekasihnya itu pergi.

Pulang subuh dalam keadaan mabuk berat. Hah! Plan sudah hafal akan hal tersebut. Ia sudah sangat mengenal seorang Mean.

Berpacaran lama tidak menjamin hubungan dua orang terlihat baik-baik saja. Plan yang notabene putra keluarga Kijworalak yang terkenal seantero negara Thailand, menentang ayahnya yang tidak menyetujuinya berhubungan dengan seorang model Mean Phiravich.

Bukan masalah hubungan itu cinta sesama jenis. Tetapi, menurut ayah Plan, Mean hanya orang kelas rendah. Walau karir Mean sekarang sudah merambah di dunia akting. Tetap saja ayah Plan tidak menyukainya.

Dan pada akhirnya, Plan memutuskan pergi dari rumah dan memilih tinggal bersama pacarnya itu dengan membeli tempat tinggal sederhana dengan kebun di sampingnya. Daripada apartemen, mereka lebih memilih membeli rumah tersebut.

Plan masih suka berkunjung ke rumah orang tuanya, khususnya menemui ibunya. Terkadang Mean menemaninya atau hanya sekedar mengantarnya.

Oke, sekarang Plan sedang menangis. Sedih? Sudah pasti. Dan selalu seperti ini jika bertengkar dengan kekasihnya itu. 

Mean? Plan tak akan menunjukkan kesedihannya ini kepada orang sialan yang mengisi hatinya itu.

Apa yang salah? Plan hanya meminta ijin untuk berlibur bersama ibu dan adiknya. Bukannya mengiyakan, Mean malah marah dan berbicara kasar kepada pria yang menemaninya tidur tiap malam itu.

Sikap Mean memang aneh belakangan ini. Uring-uringan tidak jelas, atau memancing pertengkaran dengan Plan hanya masalah sepele. Plan masih berpikir keras tentang perubahan sikap pacarnya. Apalagi Mean meminta Plan untuk menemaninya di sebuah event. Tidak biasanya model terkenal ini ingin terlihat bersama Plan di publik.

Plan menunggu pacar Tee-nya itu. Sampai pagi, Plan tidak bisa tidur. Berkali-kali menghubunginya, tetapi tidak ada jawaban. Plan cemas, sesekali melihat keluar dari balik jendela berharap Mean datang dengan mobil merci yang selalu menemaninya kemanapun.

'Seandainya aku tidak egois, mungkin Mean sudah sarapan denganku pagi ini,' ucap Plan dalam hati.

Dasar Plan, setiap kali bertengkar ia selalu menyalahkan dirinya sendiri. Hati Plan seakan tersayat benda tajam melihat Mean pergi tanpa ada kabar seperti ini.

Setelah lelah mondar-mandir, Plan duduk di sofa empuk ruang tamu. Meluruskan kakinya dengan nyaman. 

Plan kembali menghubungi pria brengsek kesayangannya itu. Tetap tidak ada respon. Plan melempar ponselnya di meja dekatnya. Memijit pelipisnya untuk mengurangi pusing kepala. Perlahan mata Plan terpejam dan ia tertidur di sofa sambil memeluk bantalan kecil.

Seorang pria jangkung putih masuk rumah dan melihat Plan tengah meringkuk terlelap. Ia mendekati Plan dan menatap wajah sayu pria  di depannya itu. Disekanya air mata yang keluar dari mata yang tertutup.

Berjalan menuju kamar dan mengambil selimut untuk menutupi tubuh mungil Plan, pria dengan setelan kemeja dan celana panjang hitam yang masih rapi itu berjongkok menikmati pemandangan yang membuat hatinya trenyuh. Tidak, teriris perih lebih tepatnya.

MescheverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang