"MEAN!?"
Orang yang dipanggil tidak menyahut, hanya cewek bersamanya yang terkejut mendengar suara Plan dari dekat. Dan Plan tahu kalau sang pacar sudah tidak sadarkan diri karena kebanyakan minum.
"Apa yang kau lakukan padanya?" Plan langsung menghampiri tubuh sang pacar dan menggoyangkannya agar terbangun, namun sia-sia.
"Aku tidak melakukan apa-apa, dia sudah terlalu mabuk saat aku menghampirinya tadi." Wanita itu sedikit gemetar menjawab Plan.
"Ini apa?" Plan mengambil ponsel yang ada di meja dengan posisi miring dan sedang merecord. Tanpa pikir panjang Plan menghapus apa yang sudah terekam.
"Maaf, saya harus menyimpannya jika anda keberatan kita bisa selesaikan ini di kantor polisi," ucap Plan, wanita itu semakin ketakutan. Plan tidak mempedulikannya dan hanya berusaha membopong tubuh Mean untuk berdiri dan segera pergi dari tempat malam itu.
"Tunggu ... jangan libatkan polisi. Silahkan simpan ponselnya tapi jangan laporkan ke polisi." Wanita ini mengiba kepada Plan yang langkahnya terhenti karena dihadangnya.
"Saya mengerti, jadi biarkan kami pergi." Plan tidak mempedulikannya lagi dan segera membawa Mean pulang.
Sampai di rumah Plan segera menjatuhkan tubuh Mean ke sofa. Ia kewalahan kalau harus membopongnya untuk sampai ke kamar.
Plan membenarkan posisi Mean tidur. Tidak lupa sepatu dan kaos kakinya juga dilepaskan serta melonggarkan ikat pinggang kekasihnya agar lebih nyaman. Plan berlari kecil mengambilkan bantal dan selimut. Segera ia tutup tubuh orang yang lebih besar dari badannya.
"Kenapa kau harus seperti ini? Kau dulu tidak begini, Mean. Tapi apa yang membuatmu berubah?" Plan berjongkok dan menatap pilu sang kekasih.
Plan mengenal Mean lebih dari siapapun. Dimatanya, Mean orang lembut dan simpel. Mean tidak pernah melakukan hal-hal yang aneh karena konsen dia hanya bekerja dan tentu saja Plan.
Mean bukan orang yang mudah terpengaruh. Hanya saja kalau menyangkut Plan harus posesif dan protektif. Tapi masih tahap wajar dan tidak sampai seperti sekarang ini. Plan tidak yakin namun hatinya mulai merasakan ada sesuatu yang tidak ia ketahui.
Masih terlalu pagi, untuk menyiapkan sarapan. Plan tidak memasak makanan yang rumit. Hanya kuah tulang sapi yang direbus cukup lama. Menyiapkan touge untuk campuran jamur yang akan dihidangkan dengan kuah tersebut. Daun bawang dan tomat segar, hhmm ... pelengkap yang lezat.
Bumbu sudah ia masukkan dari awal perebusan. Hanya bawang halus, sedikit merica, garam dan beberapa bumbu pelengkap lainnya. Plan juga mengukus campuran telur kocok ditambah tuna halus, garam dan cabe bubuk. Setelah matang akan digoreng dengan minyak wijen sebentar.
Plan tahu pasti kalau kekasihnya akan terbangun dengan pusing dikepalanya. Setelah mabuk berat semalam membuat Mean berusaha keras untuk bangun dari tidurnya. Plan sudah menyediakan air jeruk nipis hangat yang diberi campuran madu sedikit penghilang pengar setelah mabuk.
"Minumlah, setelah itu sarapan." Plan tidak menunggu Mean meminum air jeruk nipis itu karena ia harus menyiapkan hidangan yang sudah matang di meja makan.
Mean menurut, meminum air jeruknya, dan pergi mandi. Dia sedikit tersentak melihat jam sudah menunjukkan pukul 6.30. Hari ini dia harus ke manajemen pukul 7.30. Takut jalanan macet Mean harus berangkat lebih awal walau jarak rumah dan manajemennya tidak jauh.
Plan sudah menyiapkan segala keperluan Mean. Mulai dari baju, sepatu dan barang-barang yang akan dibawa Mean. Tidak perlu bertanya kepada pacarnya, Plan cukup tahu betul keperluan pasangannya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Meschever
Fanfiction'Do you know?' 'That I love ....' 'What ... (feel) pain' 'you'