08. Permintaan

24.3K 3.9K 714
                                    

Demi semua gosip tidak penting dari selebriti yang pernah muncul di layar TV, Pelangi tidak pernah menyangka hidupnya akan berakhir menjadi seperti ini.

Semua orang tertawa, bertepuk tangan semeriah mungkin, kemudian menyorakinya dengan julukan sebagai 'Dewi Perebut Hati Lelaki'.

Bukan, bukan seperti bahan bully-an, melainkan sanjungan. Sanjungan yang mereka anggap sebagai bahan lelucon? Atau mereka benar-benar terkesan dengan gosip terbaru tentang dirinya pagi ini?

Apa pun itu, semua orang sudah tidak waras!

Pelangi tidak tahu kesalahan macam apa yang telah ia perbuat di masa lalunya. Yang jelas, ini adalah sebuah karma! Sampai hari ini, belum terhitung seminggu penuh semenjak insiden puisinya tertempel sendiri pada halaman majalah dinding sekolah. Dan sekarang? Semua kejadian serta berita baru tiba-tiba saja datang menghantuinya tanpa henti.

Biar Pelangi urutkan. Beberapa jam setelah deklarasi perang lewat puisinya itu, orang-orang mulai membuat taruhan atas dirinya dan Keisha tentang siapa yang akan menang memperebutkan hati Kanova. Lalu, teman-teman dekat Keisha melakukan konfrontasi langsung tanpa bisa Pelangi elak—karena tidak memiliki bukti—sama sekali. Kemarin, Luna—teman satu sanggar lukisnya—yang Pelangi tidak tahu kapan bisa dekat dengan Kanova bilang bahwa laki-laki itu mencintai dirinya. Kemudian pagi ini? Entah secepat apa kabar burung berkicau mengantar pesan, yang jelas serambi lantai tiga sedang menerima gosip panas terbaru.

Bahwa Keisha dan Kanova resmi putus.

Gila! Ini benar-benar gila!

Mengetahui bahwa dirinya kini menjadi kuda hitam atas sayembara yang telah dibuat, Pelangi tidak bisa berlama-lama di bangunan itu. Jadi, setelah bel istirahat berdering, Pelangi langsung beranjak keluar kelas melebihi langkah kaki guru yang bahkan belum selesai menulis materi terakhir di papan tulis. Jangan salahkan Pelangi, ia tidak melanggar aturan sama sekali. Gurunya saja yang lamban.

Tadinya Mila dan Renata ingin mengikuti, tetapi Pelangi tidak memperbolehkan dengan alasan butuh ruang untuk berpikir sendiri. Sejujurnya lagi ia heran, kenapa sekolah rasanya damai sekali? Maksudnya, Keisha dan Kanova baru saja putus yang kemungkinan besar adalah karena insiden puisi kemarin-kemarin. Pelangi kira, Keisha dan ketiga temannya akan mengajak ribut habis-habisan. Oleh karena itu, pagi ini Mila sengaja menggulung lengan seragamnya ke atas kalau saja pertarungan tersebut benar-benar terjadi.

Menurut kabar yang beredar, sih, Keisha, Ratu, dan kedua teman lainnya tidak masuk sekolah. Entah apa alasannya, yang jelas Pelangi merasa sangat bersalah sekarang.

Sesampainya di lantai dasar, Pelangi menuju ke ruang perpustakaan utama. Tempat yang cukup sepi menimbang posisinya yang ada di bawah. Mungkin hanya anak pintar saja yang niat datang ke tempat ini. Sisa populasinya, terdiri dari mereka yang menggunakan buku tebal sebagai penutup dari muka bantal yang terpulas di atas meja atau mereka yang berharap mendapatkan ruang untuk ketenangannya sendiri—seperti Pelangi.

Pelangi mengambil sebuah buku tipis namun lebar di salah satu rak buku berkatalog majalah. Sama seperti yang lain, dia perlu berkamuflase jika sudah masuk ke tempat ini.

Yang penting ada buku di tangan maka semua aman.

Beranjak pergi ke salah satu tempat yang berada pada sudut ruangan, Pelangi duduk di ruang kecil yang tersisa antara dinding dan rak buku lainnya. Kakinya terasa dingin, terhantar hawa dari ubin yang saat ini ia singgahi. Sengaja ia meluruskan kedua kakinya di situ agar panas yang sedari tadi merasuki diri dapat segera menjauh pergi.

Pelangi merasa pusing. Otaknya terus berputar layaknya menaiki wahana roller coaster berulang kali. Ia tidak tahu harus memulainya dari mana. Seakan setiap semua ide yang muncul di pikirannya untuk menangani masalah selalu kadaluarsa dengan situasi yang terus berganti tiap harinya.

AKSATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang