Teman sekolah

1 0 0
                                    

Terkadang hal buruk membuat kita ingin lari dari kenyataan. Namun jika itu rencana sang Kuasa maka di balik hal buruk itu pasti ada rencana yang jauh lebih indah.
Namaku Sania aku adalah seorang dokter muda yang bekerja di sebuah rumah sakit swasta. Aku bahagia sih di panggil dokter muda. Usiaku duapuluh enam tahun, bahagianya aku lulus tepat waktu. Karena menurutku itu adalah sesuatu tak gampang untuk diraih.
Sebentar lagi usiaku akan bertambah setahun, tapi kesibukanku terkadang membuatku lupa akan segalanya.
Siang ini aku mengunjungi sahabat lamaku di sebuah kafe.
" Hai San, gimana nih apa kamu udah punya rencana?" Kata Dira,Sahabat SMPku yang juga sudah bekerja di sebuah perusahan.
" Rencana apa sih Dir" Jawabku sambil menikmati segelas juice.
" Loh ko jawabnya gitu sih bentar lagi kan kamu ulang tahun. Apa nggak ada rencana buat di raya gtu".
"Kyaknya nghak de Ra ,aku sibuk"
Balasku
"Ya udah emang benar sih, itu udah menjadi resiko kamu".
Jawabnya.

Aku sudah mengenal Dira sangat lama.umurnya sama denganku ,tapi dia menikah setahun yang lalu.
Ini adalah pertemuan keduaku dengannya. Setelah enam tahun berpisah apalagi sekarang dia sudah berumah tangga. Rasanya aku harus banyak- banyak mengerti dengannya, waktunya pasti terbagi antara mengurus rumah tangga dan berkarir. Tapi wataknya nggak pernah berubah ,pendiam dan selalu menjadi penasihatku.
Kisahku berawal ketika aku masih duduk di bangku smp.

Alunan suara gitarnya membuatku semakin terhanyut dalam hayalanku.
Membayangkan sosok cowok tinggi dengan senyum manis yang mampu melemahkan para wanita di sekolahku. Aku tersenyum menatapnya sambil tangan ku sandarkan pada salah satu tiang ruangan itu. Dia yang keasikan memainkan gitar terdiam menatapku. Tersenyum manis padaku. Tatapanku melotot saat aku tersadar.
"Hahah lo ngapain disitu, mau dengar aku nyanyi?"
"Ihh apaan sih orang aku nggak sengaja lewat". Ketusku sedikit malu.

"Hai Jean"
seorang gadis bernama Alya menghampirinya. Aku menatapnya seakan ingin memangsa gadis itu.
" Siapa sih dia ganggu aja"gumamku ketus.
" Sania , ayo sini, kamu mau dengar aku nyanyi kan"
Ajakan Jean membuatku tak ingin kalah dari Alya.
"Hahaha tau aja lo"
Balasku sambil berjalan dan duduk di antara keduanya.
"Kalian sekelas ya?" Tanya gadis itu.
"Iya" Jawabku
" oh pantesan deket banget"
"Ih kalo bukan sekelas, dekat juga nggak apa-apa"
Ketusku dalam hati.

"Aku ingin jadi pacar kamu Jean" Suara kecilku terus mengatakan hal aneh ketika kutopang dagu sambil menatapnya.
"Sania loh gila sampai segitunya ngefans"
Dira menghentikan suasana romantis yang ku ciptakan dalam hayalan.

Keesokan harinya, kebetulan hari libur, aku tak sengaja melihat Jean yang sedang duduk di sebuah kafe berkaca polos. Tatapanku tertuju padanya seakan tak ada penghalang.
"Jean" Secepat mungkin aku menghampirinya.
"Sania,,ayo duduk. Kamu mau pesan apa"
Aku terdiam seakan nggak percaya.
"Aku nggak pesan apa apa Jean, liatin kamu aja aku dah kenyang,OMG loh manis banget sih"

" ehh malah diem" Serentak menghentikan lamunanku
"Aku nggak pesan apa apa Jean"
"Ya udah" jawabnya sambil meraih segelas teh. Dia mecicipi tehnya " ko tehnya pahit ya.
"Gila,, masa teh pahit mulut lo aja yang pahit" aku sedikit aneh dengan tingkahnya.

"Beneran ko San, ni ya pas sebelum kamu datang aku minum tehnya manis ko. Apa karena kedatangan kamu"
Tatapanku melotot sedikit kesal

"Maksud kamu apa!!"
Diapun menatapku serius sambil menaikan sebelah alisnya
" kamu udah nyuri manisnya tehku"

Senyumnya melebar sambil memamerkan gigi takar yang membuatku semakin tak berdaya

"Ya Tuhan mimpi apa aku semalam"sambil tersenyum dan menatapnya tajam.

"Napa,, lo baper biasa aja"
"Ihh apaan sih siapa juga yang baper biasa aja"

Mungkin karena sifatku yang terlalu polos suatu ketika aku sempat ingin menembak jean namun Dira melarangku dengan ucapan halusnya.
"San gimana pun juga lo itu cewe, Masa cewe nembak cowo, harga diri lo mana?."
Sedikit membuatku kesal sih, tapi ada benarnya juga.

Berhari hari ku kulewati hingga pada akhirnya aku tau bahwa ternyata Jean udah punya pacar.
Dan pikiranku terarah pada gadis anggun bernama Alya. Mungkin aku terlalu berharap taunya Jean anggap gue ngak lebih dari teman, hingga akhirnya kuputuskan untuk mundur.
Tapi perasaanku tak pernah berubah.awalnya aku lebih memilih untuk fokus sekolah. Tapi Jean tetaplah orang yang selalu kurindukan. Hingga saat aku lulus SMA dan disibukkan dengan tugas kuliah yang begitu menumpuk.
Aku masih mencintainya, kupikir ini bukan cinta monyet lagi. Bagiku yang pertama itu nggak akan pernah hilang.
Dimana dia sekarang,apakah dia udah menikah, terus sama siapa? Pertanyaan konyol yang membuatku seperti seorang remaja puber.

Saat ini aku benar-benar nggak punya waktu antara rumahku dan rumah sakit.
"Selamat pagi dok, selamat ulang tahun" beberapa dokter perawat dan bahkan pasien ada yang mengucapkan selamat ulang tahun untukku.
Nggak perlu mewah ucapan dan senyum mereka adalah yang paling mewah untukku.

Pukul tiga sore aku pulang dan dikagetkan dengan suara mereka.
Papa mama sepupu dan kedua adikku membuatkan pesta kecil untukku.

Malam harinya aku masih sibuk menulis pekerjaan yang sengaja aku bawah.
Tiba-tiba suara mama pelan sambil mengetuk pintu.
"Masuk aja ma"
"Kamu sibuk ya"
" Oh nggak ko ma, ini udah mau selesai" sambil merapikan beberapa kertas.

Lama mengobrol sama mama,hingga ia mengutarakan inti pembicaraannya.
"San gimana nih,umur kamu kan udah bertambah kamu nggak ada niat mau nikah?"
Serentak aku menatapnya
"Ma...aduh jangan sekarang deh aku belum siap ma."

"Loh ko belum siap,kamu bukan anak kecil lagi, nggak malu apa teman teman kamu udah pada nikah masa kamu belum."
"Mau nikah sama siapa ma?,pacar aja nggak ada"
Kulihat papa berdiri sambil mengetuk pintu. Kedatangan papa hanya menambah rasa kesalku.
"Sania papa sama mama udah carikan jodoh yang pas buat kamu"
"Apa pa ??dijodohkan., gimana ceritranya pa"

Aku hanya pasrah, ingin rasanya aku menelfon dira tapi aku sadar ini bukan jaman sekolah. Diakan udah berumah tangga.
Keesokan harinya Dira sengaja menemuiku.
"Selamat ulang Tahun ya San"
Sambil menyerahkan eskrim kesukaanku. "Sori ya semalam nggak sempat,aku sibuk".
"Iya Dir,nggak apa apa ko.

"San lo masih ingatkan sama Jean,itu si cinta pertama kamu" aku hanya terdiam sambil menikmati eskrim.
Dia hebat San sekarang udah jadi direktur di kantor aku,.
Aku menceritrakan semuanya pada Dira.
Sebentar lagi aku akan menikah dengan jodoh pilihan orang tuaku.
Aku tidak tahu kehidupan seperti apa yang akan ku jalani kedepannya. Apakah aku akan mencintainya seperti aku mencintai Jean. Apakah dengan kehadirannya aku bisa melupakan sosok Jean.
Pria yang masih menjadi tema dalam setiap langkah hidupku.

Takdir Di Ujung PenantianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang