Masa Lalu

95 41 94
                                    

Aku memang bukan siapa-siapa.

Bahkan dianggap ada pun tak pernah.

Aku selalu berada diantara mereka.

Tapi sekalipun tak pernah dilihat.

Bagaimanapun tingkahku.

Mereka tak pernah peduli padaku.

Bahkan sekedar menyapa pun tak mau.

Seolah-olah dunia memang tidak menginginkanku.

Dimanapun, kapanpun.

Aku selalu terbuang.

Padahal keinginanku hanya satu.

Bisakah kalian sekali aja melihatku?

-Aldira Firnanda

***

Aldira pov❤

Pagi itu, seperti biasa. Aku sedang membereskan rumahku. Yah, walaupun sebenarnya tempat ini tak pantas di sebut rumah. Aku tau. Kondisiku memang mengenaskan. Aku yatim piatu. Bahkan, aku tak pernah tau siapa ayah ibuku, keluargaku, atau kerabatku. Dulu, aku tinggal di panti asuhan. Kata Bunda Sara--penjaga panti-- aku ditemukan di dekat tempat sampah depan panti asuhan Kasih Ibu, waktu itu aku menangis ketika aku masih bayi merah. Yang artinya aku dibuang begitu saja ketika baru saja dilahirkan. Aku tau, ibuku memang kejam. Mungkin aku anak dari hasil hubungan yang menjijikkan. Hubungan kotor. Dan aku benci fakta itu.

Sedari kecil aku tak pernah mengenal siapaun kecuali Bunda Sara dan teman-temanku di panti. Aku hidup disana kira-kira 10 tahun. Tepat terjadi kebakaran di panti. Semua orang bingung, histeris, dan ketakutan. Aku duduk meringkuk di depan panti sambil menangis. Aku sudah meminta tolong pada siapapun tapi tak ada yang mendengar. Karena kondisi panti yang lumayan jauh dari pemukiman penduduk.

Waktu itu aku sedang pergi ke warung untuk membeli sayur yang disuruh Bunda Sara. Tapi naas, ketika aku kembali panti asuhan itu sudah hangus terbakar. Kobaran api melahap keluargaku. Meskipun bukan keluarga kandung. Aku ketakutan, karena tak melihat juga tanda-tanda Bunda Sara akan keluar. Nyaris ketika aku hendak menerobos api dan mencari Bunda tiba-tiba aku di tarik seseorang. Ternyata petugas pemadam kebakaran sudah datang.

Tapi aku marah. Karena mereka terlambat. Karena mereka tak bisa bergerak cepat. Karena mereka tidak bisa menyelamatkan Bundaku, Bunda Sara yang sudah kuanggap seperti Bundaku. Dan karena mereka, aku kehilangan segalanya. Kasih sayang, cinta, senyuman, bahkan secuil kebahagiaan yang ku dapat di panti ikut hangus bersama mereka. Aku menyesal kenapa tidak ikut terbakar saja. Toh, hidupku tidak berguna. Tidak ada yang menginginkanku. Aku selalu terbuang.

Kenapa Tuhan tak pernah puas melihat penderitaanku? Apa yang salah dariku? Padahal, aku sudah berusaha menjadi anak baik yang selalu menurut pada Bunda dan baik dengan teman-temanku. Aku juga tidak masalah karena dibuang ibuku sendiri. Aku berusaha menerima kenyataan itu. Tapi kenapa lagi-lagi Tuhan seolah-olah membuangku dan mengasingkanku dari orang-orang dekatku. Kenapa? Apa tidak cukup aku menderita selama ini?

Setelah kebakaran itu. Aku berusaha mengikhlaskan mereka. Aku terpuruk, tentu saja. Tapi aku ingat pesan Bunda. Bunda bilang, Tuhan Maha Adil. Kalau Dira banyak menemui cobaan itu artinya Tuhan sayang sama Dira. Karena Tuhan pengen buat Dira jadi sosok yang kuat. Karena Tuhan pengen jadiin Dira sosok yang hebat. Karena Tuhan itu tidak akan menguji makhluk-Nya diluar batas kemampuannya. Itu berarti, Tuhan percaya kalo Dira bisa melewati semua dan jika dewasa kelak, Dira bisa menjadi sosok yang tangguh.

Di usia yang baru 10 tahun, aku menghidupi diriku sendiri. Kesana kemari aku mencari uang. Aku selalu meminta diberi pekerjaan oleh para pedagang, tapi dengan bengisnya mereka memakiku. Mereka tak segan mengeluarkan cemoohan dan kata-kata kasar untuk mengusirku. Waktu itu aku sudah tidak bisa lagi menangis. Air mataku habis untuk menangisi kepergian Bunda. Aku selalu berharap ada keluarga yang mau mengadopsi diriku yang tak berguna ini. Tapi hasilnya nihil. Orang-orang memandangku seperti sampah. Hina. Dan keji.

Padahal, aku hanya seorang anak biasa yang tak tau apa-apa. Dalam kondisiku yang seperti itu, aku hanya makan sehari sekali, atau kadang dua hari sekali. Itu juga ku dapat dari sisa makanan orang. Aku tak punya tempat tinggal. Aku tidur dimanapun yang bisa kujadikan tempat tidur. Entah di depan ruko, di kolong jembatan, ataupun di pos satpam. Sangat mengenaskan bukan? Pernah aku ingin mengakhiri hidupku. Tapi sekali lagi aku ingat Bunda. Aku tidak akan membuat Bunda kecewa. Karena Bunda percaya kalau aku gadis kuat. Aku harus bisa.

Pada akhirnya aku menjadi pengamen jalanan. Karena hanya itulah yang bisa kulakukan. Aku tak masalah. Setidaknya aku masih bisa makan. Aku selalu rajin mengunjungi pusara Bunda. Aku selalu mengadu pada Bunda. Tapi sekalipun aku tak pernah menangis. Aku tak mau membuat Bunda bersedih diatas sana. Aku harus banyak-banyak berterimakasih pada Bunda. Karena itu aku selalu ceria, seperti apapun kondisiku. Kuusahakan aku harus tetap tersenyum. Karena aku yakin, Tuhan sayang padaku. Pasti suatu hari nanti kebahagiaan itu akan datang dengan sendirinya. Aku selalu percaya itu. Dan aku selalu berharap itu menjadi kenyataan. Semoga saja.

Kehidupan seperti itu kujalani kira-kira satu bulan. Ketika tiba-tiba ada yang mengajakku bicara. Laki-laki. Namanya Kak Zio. Waktu itu Kak Zio berumur 25 tahun. Kak Zio adalah manager di sebuah perusahaan swasta terkenal. Kebetulan hari itu Kak Zio sedang berbelanja di supermarket dan bertemu de8nganku tak jauh dari sana. Mungkin Kak Zio merasa iba dengan kondisiku yang lusuh dan makan di dekat tempat sampah. Aku tak masalah. Aku sempat terkejut ketika Kak Zio ikut berjongkok di sampingku. Dengan manisnya dia bertanya padaku.

Aku bersyukur pada Tuhan karena telah bertemu dengan Kak Zio. Karena semenjak itu Kak Ziolah yang menghidupiku. Awalnya aku tinggal dengan Kak Zio dan keluarganya. Tapi sepertinya orang tua Kak Zio kurang suka padaku. Tidak masalah. Aku sudah terbiasa dengan penolakan. Hingga akhirnya Kak Zio menyewakanku sebuah kost kecil. Tak apa aku tinggal sendiri. Aku meyakinkan Kak Zio yang sempat ragu. Awalnya Kak Zio tetap mengajakku tinggal di rumahnya. Tapi aku cukup tau diri. Akhirnya Kak Zio mengalah. Aku tinggal sendiri di kost. Dan setiap hari Kak Zio akan mengunjungiku ketika pulang kerja. Kak Zio juga yang menyekolahkanku. Kak Zio bilang aku harus sekolah dan pintar agar menjadi orang sukses. Untuk itu aku selalu semangat dan rajin belajar. Aku tidak akan mengecewakan Kak Zio. Orang yang sudah berperan seperti ayahku. Bunda benar, Tuhan sayang padaku.

Aku juga bersyukur karena aku di berikan otak dengan kecerdasan yang diatas rata-rata. Aku berhasil mendapat beasiswa ketika masuk SMP. Tentu saja Kak Zio bangga. Dan sekarang pun. Aku juga mendapat beasiswa. Aku saat ini sekolah di SMA Nusa Bakti. Dan sekarang aku sudah kelas 11 IPA1.

Soal Kak Zio, semenjak aku masuk SMA aku sudah bilang pada Kak Zio untuk berhenti membiayai ku. Aku akan berusaha mandiri. Aku juga bekerja part time di sebuah cafe. Jadi cukup untuk makan dan membayar sewa kost. Awalnya Kak Zio menolak dan marah padaku. Tapi setelah aku meyakinkannya akhirnya dia mengalah dengan syarat akan tetap mengunjungiku seminggu sekali. Aku benar-benar beruntung bertemu Kak Zio. Dia satu-satunya orang yang kusayangi saat ini.

Sebenarnya alasanku adalah karena Kak Zio sebentar lagi akan menikah. Aku sama sekali tidak mau merepotkan Kak Zio lagi. Terlebih calon istri Kak Zio juga tidak menyukaiku. Dengan terang-terangan dia mengatakan padaku kalau aku hanya benalu untuk Kak Zio. Memang benar. Untuk itu, aku akan mandiri. Dan akhirnya aku berhasil. Sampai saat ini aku masih bisa bertahan hidup. Aku tidak akan melupakan sosok Kak Zio. Malaikat yang Tuhan berikan untukku.

***

Tbc❤

Semoga suka :)
Jangan lupa vomentnya :*
Love you all😍

El SecretoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang