Aldira pov❤
Kehidupan SMA ku tak jauh beda dari sebelumnya. Tak ada yang mau menjadi temanku. Entahlah. Aku pun tak tau. Bulyy an selalu ku dapat setiap hari. Cemoohan dan segala caci maki sudah menjadi makan sehari-hari. Tak apa. Aku sudah terbiasa. Pagi ini aku berjalan dengan diiringi tatapan kebencian dari semua orang yang kulewati di sepanjang koridor sekolah. Aku tersenyum kecut. Berusaha menguatkan hati. Tatapan sinis mereka tujukan padaku. Padahal aku tidak melakukan apapun. Mungkin nasibku memang begini. Tak ada yang mau menerimaku. Aku melamun dalam pikiranku sepanjang jalan. Hingga tak menyadari seseorang yang berlari berlawanan arah dan tiba-tiba menabrakku di kelokan koridor. Aku terjatuh. Sekali lagi aku tersenyum kecut. Bully lagi. Hm. Sudah biasa. Aku hendak beridiri ketika tiba-tiba orang itu mengulurkan tangan.
"Sorry gue ga sengaja. Lo gapapa kan?" Orang itu mengulurkan tangan. Tapi aku tidak menyambutnya dan beridiri sendiri. Aku kembali berjalan melewatinya. Tapi dia menahanku.
"Eh tunggu. Lo marah, ya? Gue minta maaf. Ga sengaja. Buru-buru soalnya. Ada yang sakit nggak?" Aku sedikit heran. Kenapa dia bisa bicara sepanjang itu padaku. Dengan perlahan aku menggeleng. Tapi ekor matanya melirik lututku.
"Ihh.. itu lutut lo berdarah. Aduh. Ayo ke UKS. Gue harus obatin itu dulu." Dia menarikku ke UKS.
"Gausah. Aku gapapa." Aku melepaskan tangannya dari pergelangan tanganku. Tapi tanpa menghiraukanku dia kembali menggenggamnya dan menarikku ke UKS. Aku diam saja. Tatapan orang-orang kian menusukku. Aku yakin. Mereka makin membenciku. Padahal aku sendiri tidak tau apa salahku.
Tanpa kusadari kini aku sudah berada di UKS. Orang itu menyuruhku duduk di tepi ranjang. Aku menurut. Dia sibuk mencari kotak P3K. Setelah mendapatkannya dia duduk di depanku.
"Tahan ya. Agak perih soalnya." Orang itu berkata sambil tersenyum tulus. Aku hanya mengangguk. Setelah lima menit semua beres. Lukaku sudah di obati dan balut plester luka.
"Oh iya. Ngomong-ngomong kita belom kenalan. Gue El. Lo siapa?" Dia mengulurkan tangan sambil tersenyum manis. Dengan ragu aku menyambutnya sambil tersenyum kikuk.
"Aldira Firnanda"
"Nama yang cantik. Kayak orangnya. Haha." Dia tertawa. Aku tersenyum makin canggung.
"Makasih." Aku menunduk.
"Senyum lo manis loh. Sering-sering senyum ya." Dia mengacak puncak kepalaku. Dengan patuhnya aku mengangguk.
"Oh iya, gue kok ga pernah liat lo? Anak pindahan ya?" Aku menggeleng.
"11 IPA 1." kataku pelan.
"Ohh. Anak IPA. Pinter dong. Gue 11 IPS 3. Hehe. Mulai sekarang kita temenan ya?" Dia berkata dengan mata berbinar. Sedangkan aku cukup tertegun. Ini bukan mimpi kan? Akhirnya ada juga yang mau menjadi temanku.
"Iya." Dengan senyum manis aku menjawabnya. Lagi-lagi dia tertawa dan mengacak rambutku. Manis sekali.
"Makin cantik deh senyumnya." Kali ini dia mencubit pipiku seperti anak kecil. Aku senang. Aku memiliki teman. Dia satu-satunya temanku saat ini.
"Jadi, mulai sekarang lo panggil gue El, dan gue panggil lo Al. Oke?" Katanya sambil tersenyum hangat.
"Iya."
"Yaudah deh. Bentar lagi bel. Ke kelas yuk. Perlu dianter?" Tanyanya dengan senyum jenaka.
"Gausah. Aku bisa sendiri kok." Jawabku sembari tersenyum dan menggeleng. Dia menarikku keluar UKS setelah itu berlari terlebih dahulu setelah mengangguk dan mengacak rambutku. Aku tersenyum.
"Pulang bareng gue." Katanya, tiba-tiba berbalik dan tersenyum lebar. Aku mengangguk dan kini senyumnya berubah tawa. Dia melambaikan tangan lalu melempar kiss. Aku tertawa kecil. Geli dengan tingkahnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
El Secreto
Misterio / SuspensoApa yang terlihat belum tentu benar. Apa yang kau anggap baik, belum tentu baik. Karena manusia hanya senang menilai dan menyimpulkan segala sesuatu berdasarkan sampul yang mereka lihat. Ini bukan tentang cerita cinta remaja SMA biasa. Bukan. Ini h...