Kemarin

6 0 0
                                    

Flashback❤ dua hari yang lalu

Aldira pov

Bel istirahat berbunyi. Teman-temanku berhamburan keluar kelas. Suara gaduh mereka ciptakan, dan hal itu membuatku tersenyum. Seandainya. Seandainya saja aku seperti mereka. Dikelilingi banyak teman. Ah, tidak. Sepertinya tak perlu banyak. Sedikitpun tak apa. Aku hanya butuh tempat berbagi rasa sakit. Selama ini, aku selalu memendamnya sendiri.

Terkadang aku ingin seperti orang lain. Dilahirkan di lingkaran keluarga bahagia dan harmonis. Setiap hari bertemu ayah dan ibu. Sarapan bersama. Bercerita apapun pada ayah dan ibu. Aku ingin, ibu mendengar keluh kesahku. Aku ingin, ibu yang menjadi malaikat sekaligus temanku. Aku ingin memiliki ibu. Tapi, kurasa mustahil. Aku tidak tau ibuku siapa. Lagipula, berandai-andai itu terlalu menyenangkan. Rasanya aku tidak pantas. Apa yang bisa diharapkan dariku?

Aku membereskan buku-bukuku dan bersiap ke perpus. Ya, lebih baik aku membaca di perpustakaan untuk melupakan rasa lapar. Karena untuk jajan pun aku harus mempertimbangkan dulu. Aku terlalu sayang membuang uang. Untuk saat ini, aku harus benar-benar berhemat. Setidaknya di rumah nanti, aku masih bisa makan. Lagipula aku harus memikirkan hari esok.

Ketika aku hendak membuka pintu perpustakaan, tiba-tiba dari arah belakang seseorang menarik tanganku.

"Heh, ambilin tas gue di kelas. Buku gue disana, ketinggalan." Sandra, cewek populer di sini, dan termasuk salah satu dari sekian banyak orang yang sering membullyku.

"Tangan sama kaki Lo masih sehat, gunain itu selagi bisa." Aku melengos tak peduli, jika dibiarkan dia makin semena-mena. Baru ketika aku akan kembali membuka pintu tiba-tiba dia menarik kasar tangan ku sekali lagi. Dan secepat itu pula aku menghempasnya kasar, hingga tanpa sengaja dia terjatuh.

Alay.

Batinku dalam hati.

"Lo tuh bener-bener. Awas aja liat apa yang bisa gue lakuin buat nyingkirin sampah ga berguna kaya Lo." Katanya penuh peringatan.

"Ga peduli." Tentu saja, jawabanku yang santai membuatnya naik pitam. Aku tau itu. Dia pasti akan membullyku seperti yang sudah-sudah. Untuk kali ini saja. Aku tidak ingin harga diriku selalu diinjak-injak. Tidak masalah jika nanti aku menjadi korbannya lagi.

***

Ketika pelajaran kimia berlangsung, tiba-tiba Bu Mayang, guru BK yang terkenal killer memasuki ruang kelas 11 IPA 1.

"Permisi pak, maaf mengganggu waktunya sebentar." Ujarnya sopan meminta ijin kepada Pak Satya, guru kimia.

"Tidak apa-apa, Bu. Ada urusan apa Ibu kemari?"

"Begini, saat ini diadakan razia dadakan. Dikarenakan tadi ada siswi yang melapor bahwa handphone dan dompetnya hilang. Untuk mengantisipasi apakah murid disini ada yang bertindak kriminal atau tidak, untuk itu kami dari tim BK akan mengadakan razia di setiap kelas." Bu Mayang menjelaskan dengan singkat dan tegas. Tentu saja hal itu membuat sebagian siswa siswi di kelas itu mengerang. Bagaimana tidak. Mereka takut ketahuan membawa make up, seragam yang tidak sesuai aturan, dan masih banyak lagi.

Bu Mayang meminta semua siswa siswi meletakkan tas masing-masing di atas meja. Dengan teliti, Bu Mayang menggeledah satu persatu. Dari beberapa tas yang beliau geledah tentu saja menemukan barang-barang yang seharusnya tidak dibawa murid-muridnya. Seperti bedak, liptint, kaca, dan sebagainya. Bu Mayang menghela napas melihat itu semua. Ada-ada saja.

Sementara itu, Aldira tampak acuh tak acuh. Dia tenang-tenang saja, karena selama ini sekalipun Dira tak pernah menginjakkan kaki di ruang BK. Dia bukan siswi bermasalah, jadi dalam kondisi seperti ini dia tidak tegang sama sekali. Karena dia juga tidak pernah melanggar aturan, apalagi membawa make up yang menurutnya tidak penting. Remaja seusianya tentu tidak perlu memakai make up. Toh untuk apa? Mempercantik diri? Ada-ada saja. Kalau pada dasarnya sudah cantik, tidak perlu di poles pasti akan cantik. Justru dia jijik melihat remaja seusianya memakai make up berlebihan. Seperti tante-tante saja. Huh.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 12, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

El SecretoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang