01

35 4 2
                                    

Warning!!
Diharap membaca cerita ini ditempat yang nyaman dan aman. Misalnya di bahu si doi, tempat yang satu itu pasti nyamanlah yaa? 😂

*****


Part 1

Sahabat itu bagaikan dua buah tali yang saling mengikat erat dan saling berkaitan. Tidak dapat dilepaskan walau berusah untuk dipisahkan.

*****


"Ih Putput, sinian dong duduknya!". Perintah teriakan itu menggelegar memenuhi ruang tamu yang hanya dihuni oleh dua spesies, manusia cerewet dan yang satu manusia dingin. Manusia yang sama-sama tidak jelas dan jarang pernah akur.

Namanya Nazar Putra Adiaksa, tapi sering dipanggil 'Putput' oleh Kanna. Katanya, 'Putput' itu panggilan spesial darinya untuk Nazar. Kanna yang dengan seenak jidatnya mengubah nama Nazar tanpa membuatkannya bubur terlebih dahulu.

Gadis manja yang kini sedang menonton film kartun kesukaannya diTV yang ada diruang tamu rumahnya, sedang asik menarik-narik lengan kaos dan bersandar dibahu nyaman milik Nazar.

Kanna Adhistia.

Gadis SMA dengan sifat manjanya yang nggak ketulungan, membuat orang yang barada disekitarnya hanya mampu menggelengkan kepala.

Hobi Kanna itu menggangu ketengan hari Nazar,  membuat cowok itu kesal setengah mati atas sifatnya yang selalu mampu memancing emosi siapa saja.

Kanna dan Nazar adalah sahabat sejak kecil, lebih tepatnya sejak mereka berada di sekolah dasar. Mereka berdua bertetangga, walaupun begitu, Kanna dan Nazar jarang terlihat akur dan malah sering bertengkar karena hal sepele.
Mereka lebih sering berdebat hingga masalah kecil pun berubah menjadi bencana.

"Apaan sih lo? Nonton nonton aja, nggak usah berisik!". Sahut Nazar ketus.
Nazar jengah, badan kanna itu berat. Dan ia harus menopang berat kepala Kanna di bahunya.

"Tapi lo nya disini, jangan pergi, Put". Pinta Kanna pada Nazar.

Nazar tampak menghela nafas kecil, sebenarnya ia tidak ingin menyakiti hati kecil Kanna dengan menolak permintaan gadis itu untuk tetap stay ditempat, menemani dan mejadi sandaran untuk Kanna. Tapi Nazar juga tidak mau berdekatan terus dengan gadis manja yang satu ini.

"Gue mau keluar, Na". Ucap Nazar geram.

"Kenapa keluar? Mau keluar kemana sih, Putput? Panas". Ucap Kanna dengan kening yang mengkerut dan mata yang ikut menyipit, curiga. "Film kartun kesukaan kita'kan lagi tayang, masa lo mau pergi". Lanjut Kanna.

"Itu film kesukaan lo, bukan film kesukaan gue". Tunjuk Nazar pada TV yang kini sedang menyala menayangkan kartu si kucing biru dengan kantung ajaibnya.

Apa-apaan Kanna ini? Masa Nazar yang tampan dengan segudang pesonanya dibilang menyukai film anime dari negeri sakura itu, si kucing biru dari abad duapuluh dua. Tentu saja itu bukan Nazar. Dan bagi Nazar, itu adalah suatu pembohongan publik, dan sudah termasuk kedalam fitnah tentunya.

"Lho, bukannya lo suka doraemon ya?". Tanya Kanna tanpa dosa.

Nazar menahan geram, Kanna benar-benar pemancing emosi terbaik yang ada didunia.
Dari sekian banyaknya orang yang pernah Nazar temui didunia ini, baru Kanna yang memiliki sifat aneh bin nggak jelas.

Kisah untuk NazarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang