Part 4
Baru sahabatan, belum jadian, tapi sudah main cemburu-cemburuan. Manusia namanya.
*****
Setelah tiga hari tidak masuk sekolah karena izin sakit, kini Kanna mulai kembali melakukan rutinitasnya kembali.
Berangkat sekolah dengan Nazar, dengan Nazar yang menjadi ojek onlinennya. Kemana-mana, Kanna selalu diantar jemput oleh Nazar, atau jika tidak, cowok itu akan menunggunya.
Antar-jemput Kanna memang sudah menjadi tugas Nazar sejak mereka mulai bersahabat.Awalnya Nazar memaksa untuk mengantar-jemput Kanna, tapi awalnya gadis itu menolak. Nazar yang tidak suka penolakan akhirnya memaksa Kanna untuk menjadi pelanggan setia ojeknya, dan Kanna hanya bisa pasrah.
Tapi sekarang, keadaan sudah terbalik. Nazar yang sudah bosan menjadi ojek Kanna, malah gadis itu yang tidak mau Nazar lepas.Motor yang Nazar dan Kanna taiki masuk ke area parkiran sekolah, setelah tadi motornya telah melaju membelah jalan raya yang masih sepi, sekarang telah sampai pada tujuan.
Kanna langsung turun dari motor dan berlari, tujuan utamanya adalah ruang kelas yang Kanna rindukan selama ia tidak masuk sekolah, ia rindu dengan teman sekepopersnya, Juli.
Tapi baru beberapa langkah Kanna berlari, suara Nazar memanggilnya. Kanna berhenti, berbalik badan dan menatap Nazar yang masih berdiri disamping motornya.
"Apaan sih, lo?". Tanya Kanna ketus.
Nazar mendengus sebal, Kanna yang salah tapi gadis itu yang marah-marah, aneh. "Helmnya lepas dulu, Na!". Perintah Nazar.
Ucapan Nazar membuat Kanna repleks memegang kepalanya, dan keras .... ternyata helm milik Nazar belum terlepas dari kepalanya.
"Helm lo layaknya suka sama kepala gue deh, put. Nggak mau lepas, nih". Ucap Kanna sambil berkekeh dan memberikan helm kepada pemiliknya.
"Ck, dasar pikun". Decak Nazar sebal.
Kanna tidak menanggapinya, Kanna memilih berlari menuju kelasnya.
Kanna berlari dengan Nazar yang berjalan dibelakangnya, sudah sangat mirip seperti seorang ayah yang mengawasi anaknya bermain.
Sesampai didepan pintu, Kanna melihat Juli berada dibangku tempat duduknya. Tanpa pikir panjang, Kanna langsung melangkahkan kakinya menuju Juli.
"Ya ampun, Na. Lo udah sehat?". Tanya Juli antusias, seakan kedatangan Kanna ke dalam kelas seperti kedatangan Sehun EXO saja. "Tiga hari lo nggak masuk, rasanya tuh kayak seminggu tau, Na. Ngebosenin bangat". Langsung saja, Juli melayangkan keluhannya kepada Kanna.
Kanna tertawa ringan, lalu duduk dibangkunya. Menghadap kearah Juli tanpa memikirkan Juni yang duduk dibelakang mereka.
"Hahaha, lebay lo. Kan si Juni ada, lo ajak dialah buat duskusiin itu si oppa-oppa koriyah lo".
"Si Juni mah kudet, Na. Gimana nggak kudet coba? Kuota aja jarang ada. Palingan online seminggu sekali, dia mah". Ejek Juli sambil melirik Juni yang sekarang sedang melotot kepadanya.
"Hahaha, menghina bangat lo". Sembur Kanna dengan tawanya.
"Tapi emang bener, Na, si Juni jarang punya kuota. Iya kan, Jun?" Tanya Juli pada Juni.
Juni yang tidak mendengar terlalu jelas pertanyaan Juli hanya mengangguki saja, biar cepat berlalu pikir Juni.Diambang pintu, Nazar masuk kedalam kelas bersama Renata. Mereka berdua terlihat senang, sesekali mereka terlihat membalas perkataan satu sama lain yang diiringi kekehan ringan, hampir mirip seperti orang yang sedang kasmaraan sih menurut Kanna.
Nazar dan Renata tidak memperdulikan lirikan sekitar yang menatapnya, seakan dunia milik mereka berdua. Hingga akhirnya mereka berpisah, Nazar berjalan ketempat duduknya, dan juga Renata.
Dan Kanna melihatnya, melihat kedekatan Nazar dan Renata disekolah, setiap hari.
Tapi Kanna tidak cemburu. Memamgnya apa yang harus dicemburu'kan? Statusnya dengan Nazar hanya sebatas sahabat, tidak lebih.Bukannya sahabat tidak berhak untuk cemburu? Dan Kanna tahu pasti akan hal itu.
*****
Rasanya mulai sekarang, Kanna ingin hidup tanpa bantuan Nazar, Kanna ingin hidup dengan tanpa Nazar disampingnya. Kanna ingin mandiri dan jauh dari Nazar.
Kanna sadar, kadar kedekatannya dengan Nazar sebagai sahabat sudah melampaui batas normal pada umumnya.
Kanna takut, kedekatan mereka menjadi bumerang untuk kisah cinta Nazar.
Kanna takut, Nazar membencinya karena merasa terkekang oleh Kanna, tidak bisa leluasa untuk berkencan dengan orang yang di sukainya.
Kanna takut jika pada akhirnya Nazar lelah pada Kanna, dan memilih menghindar atau bahkan menghilang, pergi jauh meninggal'kan Kanna.
Kanna takut jika semua yang ditakutkannya itu terjadi. Kanna hanya takut.....
Dan Kanna akan menghindar dari cowok itu, mulai detik ini juga. Lebih cepat, lebih baik.
Dan Kanna akan memulai itu semua dengan berhenti berlangganan ojek dengan nazar.Kanna memilih pulang sekolah sendiri. Kanna menolak dan menyuruh Nazar pulang terlebih dahulu dengan alasan kerja kelompok. Padahal, tidak ada kerja kelompok apa pun itu.
*****
Nazar pulang sekolah seorang diri hari ini, tanpa Kanna yang mengisi jok belakang motornya. Gadis itu izin kepada Nazar untuk kerja kelompok. Dan Kanna juga menolak Nazar yang mau mengantarnya. Nazar sudah memaksa ingin mengantar Kanna, tetapi gadis itu juga tetap bersikeras menolak.
Nazar memilih mengalah terhadap Kanna. Dan ahirnya ia pulang dengan membonceng Renata karena gadis itu yang memintanya.
Dan sekarang, Nazar sudah dirumahnya. Berbaring ditempat tidurnya sambil menatap plapon kamarnya.
Sesekali, matanya melirik handphone yang berada dinakas samping tempat tidur. Lalu Nazar meraih benda pipih itu dan menatapnya lama.
Sebenarnya, ia ingin sekali menghubungi Kanna dan menanyakan apakah gadis itu sudah pulang atau belum? Tapi Nazar tidak melakukannya, entahlah, Nazar hanya ragu untuk menelpon.
Lama dengan pikirannya, tiba-tiba saja, handphone ditangannya bergetar. Panggilan dari tante Rani tertera disana. Tanpa ragu, Nazar langsung mengangkatnya.
'Assalamu'alaikum, Nazar. Apa Kanna ada dirumah kamu? Kanna belum pulang, tante khawatir, Nazar'. Terdengar suara disebrang sana tampak panik.
Kanna belum pulang? Sedangkan jam sudah menunjuk'kan pukul jam 6 sore.
"Wa'alaikum salam, Tan. Kanna nggak ada dirumah Nazar, tadi katanya dia mau kerja kelompok sama Juli, Tan. Dan Nazar disuruh pulang duluan sama Kanna. Ini Kanna udah telpon minta dijemput sama Nazar kok, Tan".
Nazar berbohong, walau tidak sepenuhnya cowok itu bohong. Memangnya Kanna bilang dia akan kerja kelompok dengan Juli? Kanna hanya bilang ia akan kerja kelompok, tidak lebih. Dan lagi, memangnya Kanna sudah menghubungi Nazar? Nazar rasa dirinya mulai ngaco sekarang.
'Oh, yaudah kalau begitu. Kamu hati-hati ya jemput Kanna nya. Yaudah, Tante matiin dulu ya telponnya, Assalamu'alaikum'.
"Wa'alaikumsalam, Tan". Ucap Nazar dan sambungan telepon terputus.
Langsung saja, Nazar bangkit dari tempat tidurnya. Menyambar kunci motor dan jaket kulitnya yang berada dihanger. Berniat mencari Kanna hingga ketemu.
Sudah jam setengah tujuh dan Kanna belum pulang, sungguh, hati Nazar tidak tenang.
*****
Ada yang nunggu cerita ini up? Ada nggak? Nggk ada.
Gimana cerita ini nenurut kalian?
Gimana Kanna?
Nazar?
Juni dan Julinya, gimana juga?
Yang sudah baca cerita ini, terimakasih banyak💙
KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah untuk Nazar
Teen FictionMau disembunyikan atau disampaikan, yang namanya cinta tetap saja akan berujung menyakitkan. Apa lagi tentang cinta ditengah kata pertemanan. Menyembunyikan sesuatu hanya akan membuat orang penasaran. Dalam pertemanan, kebanyakan menyimpan banyak...