Prolog

23 11 3
                                    

Huuuuusshhhh....
terpaan angin debu tak terasa menyentuh lembut mukaku. Kaki ini perlahan ku angkat melangkahkan di tengah samudera pasir yang luas. Kepala tertongak ke atas, dengan mata yang sulit tuk berkedip.

Malam itu memang terasa berbeda. Bulan begitu indah, merah kebiruan seolah memandangku. Langit penuh gelap, sepi tak ada awan. Gugusan bintang pun seolah menyeruak dari kejauhan.

"Ah....bodoh. Aku mengira ini nyata. Padahal aku tau, ini hanyalah bagian dari mimpi panjang ku yang tak tau kapan berakhir" ucap benakku.

Perlahan setelah ku menyadari, aku berhenti berjalan dan merebahkan diri diantara pasir-pasir.

Yaahh seperti biasa, mimpi selalu menjadi makin aneh. Di tengah gurun pasir, sekelopak bunga merah muda mampir di atas bibirku. Tercium harum oleh hidungku, bau semerbak yang menenangkan.

Tak terasa aku terlelap beberapa saat.

Entah perasaanku saja atau apa. Cahaya bulan nampak semakin menyilaukan.

Dengan berat, bola mataku sedikit mengintip dari kelopaknya menatap cahaya itu. Nampak dari kejauhan ada seseorang datang dari arah bulan terus mendekatiku. Ingin ku lebih jelas melihatnya, tapi apa lah daya mata ku seolah sulit tuk membuka.

Dekat... Semakin dekat, ia menghampiri. Walau rabun terlihat, namun nampak ada dia sosok wanita berbaju kimono merah muda.

Kali ini bukan hanya mataku yang terasa berat, badan ku pun sulit tuk dialihkan.

Menjadi lebih nampak wajah putih yang berkilau, mata sipit dengan pupil besar hitam pekat menyoroti, serta bibir mungil yang semakin dekat ke samping wajahku. Tangan kanan halusnya pun jatuh di atas dada, tepat di atas jantung ku.

Serontak jantung ini berdegup kencang.

Dugdug...dugdug..dugdug.. Jantung ini semakin terpompa, sampai terdengar jelas ke kedua telinga ku.

Terus semakin kencang...

Mataku perlahan sudah mampu tuk membuka lebih lebar. Nampak pipi putih merah muda di samping pipi ku.

Namun, tiba-tiba....

Tiiittiit...tiiitttittt...tiitttiit... Terdengar keras di telinga ku mengganggu, bercampur suara degup kencang jantung ku.

Wajah wanita itu semakin nampak menyilaukan. Sosok dirinya pun perlahan menghilang, berubah menjadi butiran cahaya. Nampak sinar sorot lampu memutih.

Di depan mata ku ada bayang-bayang tiga orang pria bermasker yang sedang memeriksa EKG, alat pengukur detak jantung yang suaranya dari tadi mulai mengusikku.


Sebelum serpihan cahaya wanita itu benar-benar menghilang. Suara lembut terdengar berucap di telinga kiriku.

"Aku adalah istrimu..."

Serontak aku terbangun, melihat dunia nyata kembali.


###

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 05, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Sahara SakuraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang