Hari berlalu dengan begitu cepat. Akhir pekan telah datang. Sepulang Wisnu dari rumah sakit, ia pun menghabiskan sisa harinya dengan berkumpul dengan teman-temannya. Kebetulan malam ini mereka berencana berkumpul di apartemen Wisnu sambil menonton pertandingan sepak bola.
Agenda mereka biasanya hanya duduk, menghabiskan malam sambil mengobrol, atau juga bermain kartu. Wisnu bukanlah pria yang suka menghabiskan waktu berlama-lama di cafe atau tempat sejenisnya.
Meskipun hampir semua teman-temannya menikah, ia masih tetap berkumpul dengan mereka semua. Dan tentu saja karena teman-temannya adalah para suami siaga maka mau tak mau Wisnu mengikuti kebiasaan mereka.
Tak jarang Wisnu menghabiskan malamnya di rumah Gibran, ia bahkan pernah ikut membantu Sultan menjaga bayinya saat Dina, istri Sultan kebetulan harus menjaga ayahnya di rumah sakit.
Gibran dan Sultan adalah teman-teman Wisnu saat mereka baru menginjak bangku sekolah menengah atas. Mereka berkumpul kembali setelah beberapa waktu terpisah karena melanjutkan pendidikan di bangku kuliah di kota yang berbeda.
Akhir pekan ini Sultan kebetulan tidak di ketahui akan ikut bergabung dengan mereka semua atau tidak. Ia dan istrinya kebetulan menjenguk atasan Sultan di salah satu bank milik pemerintah yang kebetulan sedang mendapatkan perawatan di rumah sakit. Namun sebelum berangkat tadi Sultan sudah mengirim pesan jika memungkinkan dan bisa kembali lebih cepat ia akan segera ke apartemen Wisnu.
***
Pukul delapan lebih tiga puluh menit, bel di apartemen Wisnu berbunyi. Bisa dipastikan sosok di balik pintu apartemen Wisnu adalah Sultan. Pria itu lima belas menit sebelumnya sudah menghubungi Wisnu jika ia dalam perjalanan menuju apartemen Wisnu setelah mengantarkan istrinya kembali ke rumah."Tumben banget rajin jenguk atasan, bro?" Gibran membukakan pintu untuk temannya itu. Sultan hanya mengedikkan bahu berlalu melewati Gibran. Saat melihat Wisnu duduk sambil mengunyah keripik kentang di sofa depan televisi raksasanya, ia pun melangkah ke sana. Meraih bungkus keripik kentang di tangan Wisnu yang ternyata masih tersisa setengah.
Sultan pun menikmati camilan gurih yang jarang ia nikmati. Istrinya tak mengijinkan ia memakan makanan yang menurut istrinya kurang sehat itu.
"Tumben banget kamu jenguk-jenguk atasan di kantor? Sama si nyonya lagi. Biasanya paling malas urusan gitu-gitu. Apalagi sama atasan, takut di kira jadi penjilat," Gibran mengulang pertanyaannya sekali lagi. Wisnu yang duduk di sebelah Sultan mengangguk menyetujui pendapat temannya itu.
"Kalau yang ini beda, bro. Orangnya baik, sering bantuin aku. Apalagi masalah yang bikin dia sampai sakit seram banget." Sultan menjelaskan di sela-sela kunyahannya.
"Seseram apa emang? Jangan sok dramatis." Wisnu menanggapi.
"Nih, Pak Agung kan seharusnya satu minggu yang lalu punya gawe." Sultan menyebutkan nama atasannya.
"Anak tunggalnya seharusnya menikah minggu lalu, tapi saat akad nikah si pengantin pria nggak datang. Akhirnya ya, tahu sendiri lah setelahnya. Tidak ada akad, apa lagi resepsi di malam harinya. Buyar semuanya. Nah si bapak nih shock banget. Kepikiran, akhirnya tumbang malam itu juga. Baru dua hari ini dia keluar dari ICU. Sekarang sih kondisinya sudah mulai stabil meskipun belum tahu kapan bisa keluar dari rumah sakit."
"Gila bener tuh calon menantunya. Emang nggak dicari tahu atau didatangi tuh rumah si mempelai, kok sampai mereka nggak datang? Kan sudah pasti si calon mempelai laki-laki punya keluarga, punya orang tua. Pasti ada alasannya sampai mereka nggak datang," tanya Wisnu penasaran.
"Nah itu yang nggak aku tahu. Mau nanya juga nggak enak. Situasinya tidak memungkinkan. Semingguan ini orang-orang kantor hanya bisa menduga-duga penyebab kejadian itu."
"Jangan-jangan mereka di jodohin, terus si cowok tidak mau dan akhirnya kabur," Gibran mengeluarkan pendapatnya.
"Entahlah." Sultan memang tak tahu apa-apa tentang masalah keluarga atasannya itu.
"Ceweknya jelek nggak? Bisa jadi si cowok kabur karena hal itu." Wisnu kembali bertanya sambil berdiri menuju lemari pendingin untuk mengambilkan soda untuk kedua temannya. Ia merasa konyol dengan pertanyaan yang ia ajukan. Tapi apa salahnya berpendapat.
"Cuma orang buta yang bilang anaknya Pak Agung jelek. Bodoh banget pria itu sampai ninggalin calon istri yang cantiknya sebelas dua belas sama putri indonesia." Sultan membela.
"Itu kan pendapat kamu, Tan." Wisnu yang sudah kembali sambil membawa kaleng soda di tangannya segera memberikan minuman itu untuk Sultan dan Gibran.
"Tentu saja nggak, lah. Semua orang-orang kantor pada bilang dia cantik. Coba kamu ketemu pasti langsung ngiler lihat dia."
"Berarti kamu juga gitu dong?" tawa Gibran meledak setelah ia melontarkan kalimatnya.
"Ntar aku di cekik si nyonya kalau sampai dia tahu aku pernah ngiler," jawab Sultan polos yang disambut tawa oleh kedua sahabatnya.
"Sudah deh, nggak usah ngakak terus. Kalian memang masih belum lihat tuh cewek. Makanya bisanya cuma ngetawain aku. Oh ya, Pak Agung dirawat di rumah sakit tempat kamu lo. Bisa aja kamu ketemu anaknya." Wisnu seketika menaikkan sebelah alisnya.
"Kebetulan banget." Gibran merespon.
"Siapa tahu kamu bisa kenalan sama tuh cewek," lanjut Gibran.Wisnu hanya meringis. Heran teman-temannya justru meributkan masalah anak Pak Agung, bukan keadaan Pak Agung. Yah mau bagaimana lagi, pembicaraan tentang gadis-gadis cantik memang selalu menjadi topik yang enak untuk dibahas. Apa lagi saat mereka semua sedang dalam posisi single seperti saat ini. Single karena para nyonya berada di rumah masing-masing. Yah, tentu saja Wisnu sebagai pengecualian.
###
Hollaa... Akhirnya om Wisnu muncul juga setelah ribuan purnama wkekwkw....Semoga syuka n jangan lupa tinggalkan jejak ya friends.😘😘😘
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE AT THE TOLL GATE
RomanceBerawal dari saldo e-toll yang tak mencukupi membawa dua orang asing akhirnya bertemu. Entah kenapa setelah pertemuan pertama yang tak di sengaja itu, pertemuan demi pertemuan tak di sengaja lainnya selalu memunculkan mereka sebagai tokoh utama.