Begitu menginjakkan kaki di rumah sakit, Wisnu segera bergabung dengan rekan kerjanya yang lain. Beberapa korban sudah mendapatkan pertolongan. Namun ada beberapa pasien yang masih membutuhkan penanganan lebih lanjut.
Setelah berkoordinasi dengan timnya, pria berusia tiga puluh dua tahun itu pun melaksanakan tugasnya.
Saat jam menunjukkan pukul lima pagi pria itupun bergegas meninggalkan rumah sakit. Langkah kaki Wisnu berayun pelan menuju mobilnya yang terparkir tak jauh dari pintu lift di lantai dasar gedung rumah sakit. Tangan kanannya memegang sebuah gelas plastik berisi kopi yang sudah nyaris tandas. Ia harus benar-benar menjaga matanya agar tetap terbuka. Sapaan beberapa petugas kebersihan dan petugas keamanan yang kebetulan berpapasan dengannya di jawab dengan ramah.
Ya, Wisnu dikenal sebagai dokter bedah umum yang tak hanya berwajah di atas rata-rata, namun juga memiliki pribadi yang menyenangkan. Tak heran semua orang di rumah sakit ini begitu menyukainya. Terutama kaum hawa. Siapa sih yang tak tergiur untuk menjadi istri atau juga kekasih dokter berpostur menjulang itu? Semua ada pada dirinya. Muda, tampan, juga mapan. Perpaduan yang sempurna sebagai calon pendamping masa depan.
Tak sampai lima menit kemudian mobilnya sudah keluar area parkir rumah sakit, namun saat hendak bergabung dengan lalu lintas yang terlihat mulai ramai di depan rumah sakit, mata Wisnu secara tak sengaja menangkap sosok yang beberapa jam lalu sempat menyita perhatiannya.
Seketika dihentikan mobilnya, matanya memindai sosok yang terlihat berjalan memasuki loby rumah sakit. Wisnu segera memutar kemudi hendak berbalik arah. Namun suara klakson di belakang mobilnya menunjukkan si pemilik mobil sedang menunggunya untuk segera berlalu.
Sial, terpaksa ia harus mengalah. Ia segera memacu mobilnya keluar area rumah sakit terlebih dahulu kemudian baru berputar arah menuju pintu masuk rumah sakit. Jarak yang cukup jauh, mengingat pintu masuk dan pintu keluar berjarak ratusan meter. Belum lagi jalur satu arah yang membuatnya harus memutar arah hingga beberapa kilometer. Memarkir mobilnya dipinggir jalan juga bukan solusi yang tepat. Ia tak mau tiba-tiba harus berurusan dengan polisi lalu lintas akibat terkena tilang.
Ia tak yakin akan bertemu sosok yang membuatnya begitu penasaran sedari dini hari tadi. Tapi apa salahnya ia mencoba. Siapa tahu ia bisa menemukan gadis yang berpenampilan ala kuntilanak itu.
Hampir sepuluh menit berlalu saat ia akhirnya tiba kembali di area parkir rumah sakit. Petugas kebersihan yang beberapa menit lalu menyapanya bertanya heran. "Loh, dokter kok balik lagi? Ada yang tertinggal?"
"Iya, pak," jawab Wisnu singkat sambil berlari menuju loby rumah sakit, tempat terakhir matanya menangkap sosok perempuan berbaju putih itu. Ia tidak berbohong kepada petugas kebersihan itu, ada yang tertinggal di rumah sakit. Ya keingintahuannya akan perempuan itu yang tertinggal.
Begitu Wisnu menapakkan kakinya di loby, matanya seketika menyisir segala penjuru loby. Namun sepertinya ia terlambat. Sosok yang dicarinya telah lenyap. Ia yakin sosok itu memasuki loby, maka dengan menekan sedikit rasa malu, ia berjalan menuju meja resepsionis demi mendapatkan sekelumit informasi yang mungkin bisa didapatkannya.
"Ada yang bisa dibantu Dokter Wisnu?" sapa salah satu resepsionis dengan ramah. Siapa yang tidak bisa ramah dengan dokter tampan seperti Wisnu? Jawabnya, tidak ada.
"Kamu tadi lihat perempuan yang memakai baju putih ke sini nggak? Sekitar sepuluh menit yang lalu saya melihatnya memasuki loby.
Seketika senyum lebar sang gadis resepsionis berubah masam. Percuma jika ia bermanis-manis pada dokter tampan di depannya jika si dokter malah mencari gadis lain.
"Maaf, saya tidak tahu, dok," gadis itu masih memasang senyum meskipun dengan sangat terpaksa.
"Apa dia tadi tidak mencari informasi atau bertanya kesini?" Wisnu mengetuk-ngetuk meja resepsionis menggunakan telunjuknya.
"Tidak, dok. Mungkin saja dia sudah tidak butuh informasi di sini. Lagi pula saya sedari tadi tak melihat seorang pun yang berbaju putih memasuki loby." Wisnu mengangguk pelan. Ia yakin betul gadis yang ia cari memasuki loby.
"Oke, terima kasih," ucap Wisnu tanpa menunggu respon gadis di depannya.
Ia harus bergerak cepat. Ia yakin gadis itu pasti mengunjungi salah satu keluarganya atau entah siapa itu Wisnu tak tahu.
Dengan langkah terburu-buru, Wisnu menyisir area sekitar loby. Nihil. Ia tak mendapatkan hasil. Terbesit keinginan untuk menuju pos keamanan dan meminta petugas keamanan untuk mengecek kamera pengawas, namun hal itu sepertinya terdengar berlebihan.
Akhirnya, ia hanya pasrah. Mungkin ia masih belum berkesempatan mengenal gadis itu. Dengan langkah lunglai, Wisnu akhirnya kembali menghampiri mobilnya dan membawanya pergi meninggalkan rumah sakit. Jika memang berjodoh, ia pasti akan bertemu lagi dengan gadis kuntilanak itu. Ya, ia harap begitu.
###
Setelah sekian lama lapak ini tak tersentuh, akhirnya saya kembali mengunjungi untuk membersihkan sarang laba-laba yang sudah pasti tergantung di mana-mana wkkwkwkw😆😆😆. #Penulisnya semakin halu.So, dienjoy aja deh tulisan absurd saya kali ini. Semoga menghibur n kalau suka jangan lupa tinggalkan jejak ya. 😄😄
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE AT THE TOLL GATE
RomansaBerawal dari saldo e-toll yang tak mencukupi membawa dua orang asing akhirnya bertemu. Entah kenapa setelah pertemuan pertama yang tak di sengaja itu, pertemuan demi pertemuan tak di sengaja lainnya selalu memunculkan mereka sebagai tokoh utama.