5

7 1 0
                                    

Sebenarnya yang sedang dilakukannya itu mencoba menciptakan sekat, atau membuat kode morse? Sangat sulit dipahami hanya dengan satu kedipan mata.

───────

Seorang wanita berdiri mematung di tengah-tengah hamparan sekat ladang. Sorot matanya tepat mengarah ke sudut Naura berdiri. Wanita itu benar-benar seorang diri, dan hanya diam tak bergerak. Memakai terusan berwarna cokelat dengan rambut sebatas pundak yang terkibaskan angin tak beraturan. Sangat kontras terlihat diantara hamparan sereh hijau.

Seketika Naura tercekat, merasa aneh dengan kehadiran wanita di tengah-tengah rerimbunan sereh. Naura memberanikan diri untuk melangkah lebih dekat. Ia berjalan perlahan ke arah ladang sereh yang sepi. Mencoba memperjelas penglihatannya akan sosok wanita yang tadinya berada cukup jauh dari tempatnya berdiri.

Naura mulai melangkah di antara sekat ladang. Bersamaan dengan itu, Naura semakin gemetar saat mendapati wujud wanita itu yang semakin jelas melotot ke arahnya. Rambutnya tergerai berantakan. Lantas perlahan-lahan mulai bergerak mendekati Naura. Seketika langkah Naura terkunci, sedangkan wanita itu tiba-tiba bergerak semakin mendekat. Langkahnya tidak tampak dan hampir seperti melayang.

Segera Naura mengambil melangkah mundur karena takut. Sementara wanita itu justru melaju semakin cepat diantara semak sereh, mengejar derap Naura yang berusaha ia percepat. Semakin dekat dan semakin tampak jelas wajahnya yang sangat pucat. Saat itu Naura sadar jika wanita itu bukan manusia. Ia tidak peduli kemana derap kaki membawanya. Yang ia pikirkan hanya bagaimana menjauh dari sosok wanita melayang itu.

Naura masih terus berlari menjauh saat wanita itu hampir menjangkaunya. Hingga akhirnya Naura jatuh terjerembab ke tanah rumput. Saat itu Naura sudah pasrah jika wanita mengerikan itu telah berhasil menjangkaunya atau bahkan berbuat sesuatu padanya. Jantungnya masih bergedup liar karena dikuasai rasa takut.

Sampai beberapa saat kemudian, Naura masih duduk bersimpuh di tanah dengan kedua tangan yang menutupi wajahnya. Hingga ia mendengar derap kaki mendekatinya. Ia masih tidak berani memalingkan muka sekedar untuk melihat siapa yang datang.

"Mbak Naura, sedang apa disini?" itu suara laki-laki.

Naura kenal suara itu. Suara yang sama seperti suara Nando, adiknya. Dengan mantap Naura mengalihkan pandangannya. Dan benar, dia Bayu. Seketika Naura menghela napas berat. Merasa begitu lega karena bukan wanita aneh itu yang datang.

Naura segera berdiri dibantu oleh Bayu. Pemuda itu masih saja menampakkan pandangan yang penuh selidik. Seolah ada yang tidak beres dalam diri Naura.

"Di mana aku?" tanya Naura kebingungan saat melihat hamparan sawah yang lebih luas. Sejauh mata memandang hanya sawah yang terlihat.

"Mbak Naura ada di ladang timur. Mari kuantar kembali ke Bale waluya," ujar Bayu datar, kemudian berjalan mendahului Naura yang mengekor di belakangnya.

Bayu duduk di patokan beton yang ada di depan rumah Ano. Mengamati Naura yang masih terduduk dengan raut kebingungan.

"Sebenarnya Mbak Naura ini kenapa? Kok bisa ada di ladang timur?" tanya Bayu penasaran.

"Tadi ada perempuan aneh yang berdiri di tengah-tengah sana." Naura menunjuk tepat ke arah ladang sereh tempat wanita tadi berdiri. Bahkan sampai sekarang pun Naura masih merasa merinding saat melihat hamparan sereh di depannya yang sekarang kosong melompong.

"Mungkin petani sereh," sahut Bayu pelan, ia ikut melempar pandangan ke arah yang sama seperti Naura.

"Tapi dia melotot padaku, dan kemudian perlahan mengejarku. Maka dari itu aku bisa sampai ke ladang timur. Beruntung akhirya kamu datang," terang Naura penuh penekanan. Sedangkan Bayu hanya diam tidak menanggapi. Anak itu masih menatap sisi yang sama seperti sebelumnya.

Untuk sesaat Naura tidak habis pikir karena ternyata ia telah berlari melewati setapak sempit persawahan hingga cukup jauh. Lantas secara kebetulan bertemu dengan Bayu di sana. Naura menduga jika Bayu mungkin memiliki lahan di sebelah timur.

"Mbak Naura sampai kapan di sini?" tanya Bayu tiba-tiba.

"Surat tugasnya hanya sampai satu bulan ke depan. Kenapa memangnya?" tanya Naura penasaran. Namun Bayu bangkit berdiri seraya melangkah pergi.

"Baguslah, jangan terlalu lama di sini Mbak!" sebelum benar-benar pergi, Bayu sempat bergumam seperti itu. Tentu saja Naura terkejut. Melihat sikap Bayu yang terkesan kaku, kini semakin besar rasa penasaran Naura. Lantas Naura menyusul langkah Bayu yang masih belum terlalu jauh. Diraihnya lengan Bayu hingga langkah anak itu terhenti. Sejujurnya, dalam hati Naura masih ingin berbicara banyak dengan Bayu.

"Tidak bisakah kita menjadi lebih dekat? " Akhirnya Naura melontarkan pertanyaan yang cukup nekat.

"Untuk apa, Mbak?" tanya Bayu remeh.

"Kau sangat mirip dengan Nando, adikku," sahut Naura pelan. Namun masih bisa didengar jelas oleh Bayu. Anak itu mendesah panjang.

"Maaf, tapi saya bukan Nando," pungkasnya. Dan setelah itu skakmat. Naura tidak bisa lagi mengambil kesempatan untuk bicara lebih banyak dengan Bayu. Setelahnya ia langsung melangkah pergi tanpa menghiraukan Naura yang masih berdiri mematung untuk beberapa saat.

Butuh waktu cukup lama bagi Naura kembali ke rumah Ano hingga Bayu benar-benar lenyap dari pandangannya. Ia masih berharap Bayu akan berubah pikiran untuk menjadi lebih ramah padanya. Nyatanya tidak, atau belum?

Semuakalimat-kalimat Bayu sebelumnya masih berputar-putar di kepala Naura. Iamengisi jurnal harian di meja kerjanya sembari menerka-nerka maksud daritindakan Bayu. Naura merasa, Bayu sedang memberikan kode-kode yang seolah-olahmenolak kehadirannya. Jika memang ia tidak ingin Naura berlama-lama di desaini, lantas apa alasannya? Mungkinkah ia tidak menyukai Naura? atau ada sesuatuhal lain yang tidak diketahui oleh Naura? Semua pikiran-pikiran itu cukupmengganggu pekerjaan Naura.

Kastil AnoWhere stories live. Discover now