2. Uh oh what's going on?

90 17 7
                                    

      Bel berbunyi nyaring, menggema melalui lorong-lorong. Tanpa aba-aba anak-anak sekelas secara serentak membereskan seluruh alat mereka.

      Jisung yang sudah menunggu hal ini sedari tadi buru-buru memasukkan pensil dan pulpennya pada tas, tanpa mempedulikan kotak pensilnya yang teronggok di laci meja. Dengan segera Jisung memakai ransel hitamnya, tanpa memedulikan guru sejarahnya yang mengoceh di depan sana.

      Sepertinya wanita itu sudah lelah untuk memberitahu para murid disini, dapat dilihat dari raut wajah dan gelengannya. Ms. Aiden segera saja keluar dari ruang kelas.

      Jisung berniat untuk mengikuti langkah kaki guru muda tersebut, sebelum sebuah lengan tiba-tiba menahannya.

      “Mau kemana kau Sung?”

      Jisung menoleh, mengernyitkan dahinya saat mendapati seseorang menahan kepergiannya.

      “Ya mau pulang lah, kemana lagi?” Dengan santai Jisung menjawab. “Sekolah hari ini pulang lebih awal kan?”

      Renjun mendesah. “Kau lupa festival olahraga?”

      “Hah?” Jisung memasang raut kaget. “kan aku bukan peserta, memang wajib ya?”

      Sekali lagi, jawaban dari pemuda tupai itu berhasil membuat seorang Huang Renjun mendesah. “Sudah kuduga kau tidak buka grup chat.”

      “Yah kan ponselku memang mati-“

      “Alasan padahal kau sedang asyik mabar,” Renjun melirik ke depan kelas, seorang siswa lain sudah berdiri di depan sambil menatap mereka.

      “Cepat duduk! Jongho mengawasi kita dari tadi.”

      Dengan segera Jisung melihat keadaan sekitar, beberapa murid memang nampak sudah memakai ransel mereka namun entah kenapa mereka kembali duduk dengan raut yang tidak bisa dijelaskan.

      “Sialan kenapa bisa kita sekelas sama mahluk itu.”

      “Ehem”

      Deheman terdengar dari depan kelas, atensi semua terpusat pada satu orang.

      “Yah seperti yang Ms. Aiden tadi bilang, hari ini beberapa murid mewakili sekolah dalam festival olahraga tahunan Kota Hongkong.”

      Beberapa murid bertepuk tangan. Jisung memutar bola matanya malas, Jongho di depan tersenyum miring.

      “Sung si Choi melihatmu.” Sambil menyenggol pundak Jisung, Renjun berbisik.

      “Dan karena aku disini telah terpilih sebagai perwakilan sekolah dalam kategori lomba sprint 200 meter..”

      Tiba-tiba semua bertepuk tangan dengan meriah, seolah-olah merayakan keberhasilan pemuda yang di depan. Yah walaupun Jisung bisa melihat, beberapa anak memasang senyum palsu yang kentara.

      Seperti biasa anak laki-laki pendukung Jongho bersahut-sahutan menyorakinya.

      “Aku harap kalian semua bisa mendukungku nanti.” Senyum yang amat manis tampil setelah kalimat tersebut berakhir.

      Bila seorang Choi Jongho berkata seperti itu maka mau tak mau semua anak harus menurutinya. Walaupun aslinya menonton festival olahraga di stadion Hongkong hari ini bukan hal yang wajib. Bertahan di bawah panas terik matahari hanya untuk melihat para lelaki berlari? Oh ayolah.

      Namun siapa yang berani membantah perkataan milik putra salah satu donatur terbesar sekolah yang sialnya jago kungfu tersebut.

      Siap-siap kau tidak akan bisa melihat masa depan yang cerah di sekolah ini.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 30, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Blue HourTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang