Sepasang netra tajam Han Jungkook terpaku saat gadis kecilnya berhasil menumbangkan salah satu pengawal yang sedang melatihnya. Atas perintah absolut pria itu— tentu saja. Kedua tangan yang dipenuhi tato dengan pola abstrak itu tengah bersedekap, bibirnya yang memakai piercing membingkai senyum miring. Lantas ia menggerakkan tungkai mendekati si gadis yang membeku—merunduk dan menatapi sendu tubuh tak berdaya yang terkapar lemah di bawah kakinya.
"Hasil yang cukup bagus untuk awal latihan," ungkap Jungkook dengan aksen beratnya. Tak ada balasan, ia melanjutkan sembari merangkul bahu sempit itu, "Masih banyak lagi latihan-latihan yang akan kau lewati. Ini belum apa-apa. Akan ada musuh yang lebih hebat dan dapat menumbangkanmu," bisiknya.
Helaan napas beratnya mengudara saat Son Jiyeon mengabaikan konversasi yang ia ciptakan. Berakhir mendecih pelan, Jungkook segera melepas rangkulan masih dengan senyuman miring yang bertengger apik.
Tak ada pergerakan begitu Jungkook meninggalkannya seorang diri, pun tak berminat menyusul. Barangkali Jiyeon merasa enggan untuk terus masuk ke dalam kubangan penuh dosa ketika ia harus mengikuti tiap derap langkah yang Jungkook ciptakan. Berusaha bebas sekalipun maka ia akan tetap ditemukan.
Han Jungkook benar-benar keras dalam mendidiknya hingga tumbuh menjadi sekumpulan es di kutub utara. Dingin, benar-benar dingin dan nyaris membekukan sekitar dimana Jiyeon berpijak. Hidup dibawah naungan kegelapan setiap hari tiada henti membentuk karakter Jiyeon menjadi tidak berperasaan sama sekali, ia juga memiliki secuil rasa iba namun entitas Jungkook dengan cepat melunturkannya.
Rasa iba hanya akan membawa seseorang menuju kesesatan. Terlalu naif jika menganggap semuanya merupakan kebenaran.
Tungkai kekarnya yang semula bergerak hampir satu meter menjauh dari si gadis tiba-tiba terhenti saat merasa ia bergerak seorang diri. Dengusan kerasnya mengudara, tanpa menolehkan kepala ia berungkap pongah dengan aksen tegasnya yang seperti biasa—membahana memasuki gendang telinga.
"Cepat kemari, Jiyeon," ia menjeda demi melirik hanya melalui sudut matanya. "Aku tidak suka dengan orang yang lambat."
Mendengar titahan ultimatum itu, Jiyeon hanya mampu menelan saliva susah payah. Sembari memejamkan mata, ia menundukkan kepala singkat sebagai bentuk permintaan maaf tanpa untaian kata yang perlu diudarakan. Hanya ingin tetap berada di zona nyaman agar dirinya terhindar dari bentakan Jungkook.
Lekas Jiyeon bergerak, memacu langkah menyusul tubuh tegap Jungkook. Dan kembali lagi menceburkan entitasnya ke dalam kubangan penuh dosa yang pria Han itu ciptakan.
Lagi, dan lagi. Sampai Jiyeon merasa nyaman.
...poppy...
Puluhan—tidak. Ribuan—masih belum cukup. Kemungkinan jutaan jenis senjata terpapar jelas saat Jiyeon memasuki ruang bawah tanah dimana Jungkook menuntunnya untuk latihan berikutnya. Jangan beranggapan semuanya akan berakhir dengan gamblang seperti memutar telapak tangan. Ada berbagai rintangan sulit lagi yang akan Jiyeon lalui dibawah kekuasaan Jungkook.
Menggigit bibir saat beberapa senjata yang memasuki iris bulatnya secara tak sengaja tidak dibersihkan sama sekali. Noda darah yang sudah mengering, bahkan sedikit daging atau kulit yang tertinggal. Maniknya menyipit, membuang muka manakala merasa tak sanggup untuk menatap lebih dari tiga detik.
"Jangan membuat ekspresi seperti itu, aku membencinya." Suara Jungkook bergema hingga menyentak Jiyeon. Lekas tone beratnya menimpali, "Ada banyak koleksiku yang mungkin akan aku ajarkan cara penggunaannya padamu. Jadi darah, daging, teriakan kesakitan, rintihan, bahkan tangisan akan menjadi makanan sehari-harimu nantinya," sahut Jungkook ketika membalikkan badan. Nyaris saja Jiyeon membentur dada bidangnya jikalau refleks yang ia miliki tidak bagus.

KAMU SEDANG MEMBACA
POPPY [M]
أدب الهواةHan Jungkook terkenal sadis dan bengis, esensinya di dunia selalu menunjukkan kekejaman yang tiada henti, dan mengasah belati bagaikan jati diri. Pada pertengahan malam hari, Jungkook kembali berburu mencari santapan karena 'mainannya' butuh makanan...