Tak ada yang berubah kendati waktu terus bergulir setiap harinya. Tetap sama, terasa monoton dan hambar. Kegiatan Jiyeon tidak pernah keluar jalur bahkan perdetik pun. Tetap mengasah kemampuan sebagaimana mestinya. Sesuai perintah mutlak Jungkook yang selalu menjadi teratas; penguasa. Berlatih, bergelut, keringat yang mengucur di sekujur tubuh bukan hal awam lagi. Pun deru nafas yang memburu pertanda latihan usai dengan tingkat kefokusan tinggi.
Sebab, Jiyeon hanya tidak ingin entitasnya menjadi mengecewakan dimata Jungkook.
Bermacam-macam senjata yang Jungkook koleksi sudah dicoba tanpa terlewatkan. Jiyeon lekas mendongak dan memejamkan matanya. Di bawah pancuran sinar ultraviolet, keringat yang melekat di epidermis halus wajahnya terlihat mengkilap sebab terpapar langsung. Matahari mulai naik saat jam menunjukkan pukul sepuluh lewat seperempat, pun Jungkook belum kunjung menunjukkan presensinya saat meninggalkan mansion subuh hari.
Obsidiannya mulai terbuka, menampakkan semesta yang ia punya. Kejanggalan saat sarapan seorang diri tentu saja membekas hingga nyaris saja kefokusannya hilang saat latihan. Jiyeon juga tidak mengerti dengan isi kepalanya yang mendadak memikirkan hal remeh seperti itu.
Berakhir mendecak, Jiyeon memutar tungkai dari tempat pijakannya di halaman belakang mansion Jungkook.
Rasa gerah yang memenuhi sekujur tubuhnya benar-benar menyiksa dan menggangu kegiatan. Jiyeon bergerak menyusuri lorong menuju kolam berenang untuk membersihkan tubuh. Ini adalah pertama kali baginya mengunjungi tempat pribadi Jungkook saat pria itu tidak ada. Sesekali bukanlah masalah, Jiyeon hanya ingin menjadi seorang gadis pada umumnya.
Kurva kepuasan tercipta sangat jelas manakala pemandangan sejuk menghiasi netranya.
Tangannya bergerak untuk membuka kancing kemeja yang melekat satu persatu. Terlihat sensualitas berpadu dalam tiap jemari lentiknya yang melepas. Berlanjut dengan menanggalkan bawahan yang menyisakan dalaman sewarna; maroon.
Jiyeon benar-benar memonopoli kolam renang milik Jungkook dengan kesenangan membuncah. Senyum itu tak kunjung luntur saat pergerakannya dalam memacu kecepatan kurang lebih dua putaran. Rasa gerah yang sebelumnya ada kini telah lenyap digantikan dengan kesejukan.
Lama mengasah kecepatan, kini Jiyeon menjeda pergerakan di pinggiran kolam. Menumpu kedua lengannya dan merebahkan kepala dengan senyum merekah yang tidak pudar. Memejamkan mata menikmati waktu istirahat yang ia ciptakan. Jarang sekali Jiyeon dapat memanjakan dirinya sendiri seperti ini.
Derap langkah kaki yang menghentak pada marmer berbunyi cukup keras memasuki indera pendengaran. Agaknya Jiyeon sudah mulai masuk bersatu dalam bunga tidurnya hingga ketukan sepatu pantofel milik Jungkook tak diidahkan.
Netra setajam itu melihat paparan punggung mulus Jiyeon yang membelakanginya. Sudut bibir Jungkook lantas terangkat, dengan tungkai yang diredam ia mulai mendekat. Dalaman merah maroon terlihat seksi melekat di tubuh ramping Jiyeon hingga Jungkook terbawa fantasi kecil sekilas.
Gerak tangannya membuka pelan jas yang ia kenakan disusul dengan kemeja yang melekat. Dengan bawahan yang menyisakan celana boxer, Jungkook memasukkan kakinya pelan tak ingin menimbulkan bunyi percikan air. Beringsut seringan udara dengan hati-hati, bahkan pernafasan sempat ia tahan.
Lekas memeluk tubuh ramping itu dari belakang hingga Jiyeon terkesiap dibuatnya. Manik cerah itu terbelalak total saat menyadari sentuhan yang tak asing lagi baginya. Sepasang lengan kekar yang keras dan kejam. Melatih dan mendidiknya hingga tumbuh menjadi gadis melebihi dinginnya bongkahan batu es.
![](https://img.wattpad.com/cover/192374273-288-k618862.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
POPPY [M]
FanfictionHan Jungkook terkenal sadis dan bengis, esensinya di dunia selalu menunjukkan kekejaman yang tiada henti, dan mengasah belati bagaikan jati diri. Pada pertengahan malam hari, Jungkook kembali berburu mencari santapan karena 'mainannya' butuh makanan...