"Bi, bangun tampan, sekolah." Perintah wanita paruh baya dengan panggilan Bunda.
Si bujang, anak semata wayang nya justru tak berkutik dan masih betah pada posisi meringkuk nya, memeluk guling. Bunda beralih membuka lebar tirai yang menutup jendela, membiarkan cahaya pagi masuk tepat menyinari wajah tampan putra nya.
"Hari ini cuma pengenalan murid baru, Bun. Aku nggak masuk juga nggak apa-apa." Protes putranya masih memejamkan mata.
PLAK
Tangan ringan Bunda memukul bokong putranya, "masuk." Tegas Bunda. "Justru kamu itu harusnya memberikan contoh yang baik sebagai kakak kelas."
"Tapi Bun—"
"Bangun! Mandi! Siap-siap ke sekolah! Bunda tunggu di meja makan." Setelahnya Bunda melangkah keluar kamar tersebut, namun kembali melongok sambil berkata, "15 menit." Lalu benar-benar menutup pintu.
Si bujang yang ditunggu-tunggu akhirnya ikut bergabung di meja makan untuk sarapan. Mengambil sehelai roti yang pinggirannya sudah sengaja Bunda nya buang lalu mengoleskan selai cokelat di atasnya.
"Hari ini penerimaan siswa-siswi baru?" Tanya Ayah nya.
Si bujang hanya mengangguk.
"Kesempatan bagus." Ucap Ayah. "Cari pacar gih, memangnya kamu nggak malu, jomblo dari lahir?"
"Kenapa harus malu? Lagian Aku bukan jomblo, tapi memilih untuk single."
"Nah, kata-kata kayak gitu tuh yang biasa diucap oleh orang-orang yang nggak laku. Sepertimu." Ledek Ayah.
"Apasih Ayah." Dumel si bujang. "Udah ah, Aku berangkat ya. Dah." Pamit nya dan segera keluar rumah. Menyalakan mesin motor nya dan kemudian melaju setelah lengkap memakai helm.
Nama nya Dimas Bi Narendra, tak punya kakak atau adik. Kini sudah senior tingkat dua di SMA HARAPAN BANGSA atau yang biasa anak milenial sebut Smahasa.
Sebenarnya cukup populer, juga tampan. Tapi entah kenapa tak punya niat untuk cari pacar.
Dimas sampai di Smahasa dan segera memarkirkan motornya, belum sempat melepas helm nya, seseorang lebih dulu melemparkan benda mengenai pundak belakang nya.
Dimas menoleh dan melihat kalau yang di lempar nya adalah kaleng bekas minuman, dengan segera ia melepas helm nya dan melihat belakang baju seragam yang untung nya tidak ada bekas cairan minuman atau semacamnya.
"Sialan." Umpatnya kemudian menaruh helm yang tadi ia pegang.
"Ih, Dimas pagi-pagi udah ngomong kotor." Ledek si pelaku.
"lo yang bikin gue berkata kotor."
Lalu si pelaku dengan akrab mengalungkan lengannya di pundak Dimas dan berjalan beriringan, sepanjang jalan menuju kelas dengan sesekali tertawa dan saling meledek.
KAMU SEDANG MEMBACA
LET'S TRY
Teen FictionDimas suka Sera. Dimas mau ke Sera. Tapi sulit untuk membujuk Sera, dan meyakinkan hati gadis itu.