Sepulang sekolah sore itu, Sera sampai di rumah dan segera menyadari lampu luar dan dalam rumah nya yang sudah menyala. Ia pun segera masuk melalui pintu yang terbuka lebar, dan mendapati ruang tamu yang kosong.
Berjalan sedikit menuju dapur, Sera baru melihatnya, "Mama?" Panggil Sera ragu.
Perempuan itu menoleh, "Sayang," ucapnya senang dengan merentangkan kedua tangannya, "sini-sini Mama peluk. Uh, kucing kecil nya Mama."
Sera membalas tak kalah erat pelukan sang Mama. "Kapan sampai disini, Ma?" Tanya Sera saat pelukan kedua nya terlepas.
"Tadi siang." Jawab Mama, "kamu ganti baju dulu ya, Mama lagi siapin makanan kesukaan kamu." Pinta nya yang dituruti Sera.
Setelah kurang lebih 10 menit, Sera kembali turun ke lantai satu, duduk tenang dengan senyum yang terus mengembang sambil memperhatikan sang Mama di dapur."Kenapa sih, kok senyum terus? Lagi ada hal bagus ya?" Tebak Mama saat melihat ekspresi putri sematawayang nya.
"Iya, bagus. Soalnya Mama pulang. I'm happy."
Mendengarnya Mama tersenyum lebar, "Kamu ada telepon Papa?"
Sera mengangguk, "dua atau tiga hari yang lalu, tapi nggak Papa jawab."
Mama kemudian mendekati Sera, dan mengelus pipi nya, "sabar ya. Kalau Papa nggak jawab telepon kamu, berarti Papa sedang ada pekerjaan." Jelas Mama. "Kamu bisa mengerti, kan?"
"Iya, Aku mengerti. Papa sudah punya keluarga baru juga Aku mengerti kok, Ma."
Mama kini mengusap lembut rambut Sera,
"lagipula, yang Aku rasakan, keadaan keluarga kita sekarang ini, jauh lebih baik."
"Kenapa? Kenapa kamu bisa merasa seperti itu?"
"Karena... Mama sama Papa udah nggak berantem lagi." Jawab Sera. "hubungan kalian juga jadi lebih baik, Mama juga berteman akrab dengan istri baru nya Papa. Dan Papa masih sangat menyayangi Aku. Begitu juga istri baru nya."
Mama tersenyum dengan masih mengusap rambut Sera, "menurut kamu itu hal baik?"
Sera mengangguk, "Terkadang, hal yang baik memang mungkin harus berpisah. Agar hal yang lebih baik dapat tercipta."
Mama memandangi Sera dengan senyum bangga, lalu mendekatkan wajahnya dan menciumi putri nya itu. "Wah, sejak kapan kucing kecil nya Mama pandai berbicara seindah itu. Hmm?"
Sera hanya tertawa dan menikmati kedekatannya dengan sang Mama.
***
"Seharusnya Mama nggak perlu nganter Aku ke sekolah, Aku ini sudah besar lho Ma, sudah SMA." Keluh Sera ke-esokan pagi nya, saat Mama memaksa mengantar nya ke sekolah."Oh ya? Tapi bagi Mama kamu tetap kucing kecil nya Mama."
"Ma, Aku manusia."
"Iya iya, Mama percaya." Ledek Mama, "udah sana, nanti kamu terlambat."
"Iya, makasih ya Ma."
Mama mengangguk, "iya, Sayang."
Sera berjalan masuk ke dalam ruang kelas nya, namun tanpa sadar memperlambat langkahnya saat melihat Dimas, Doni dan Angga berada di dekat tempat duduk nya. Mereka sedang asik mengobrol dengan Bima, yang tempat duduk nya tepat di belakang Sera.Sera melirik mencari Erin, namun lebih dulu tertangkap oleh Bima.
"Eh... yang punya tempat duduk udah dateng." Ucap Bima, membuat Dimas dan yang lain jadi menatapnya.
Sera tersenyum kecil.
Tanpa perintah, tatapannya langsung mengarah ke Dimas. Namun, Dimas tak balas tersenyum seperti yang lain. Laki-laki itu hanya menatap Sera kemudian kembali pada Bima, berbicara sebentar lalu berjalan ke luar kelas.
KAMU SEDANG MEMBACA
LET'S TRY
Teen FictionDimas suka Sera. Dimas mau ke Sera. Tapi sulit untuk membujuk Sera, dan meyakinkan hati gadis itu.