Bunda mengetuk pintu kamar Dimas sebelum masuk,
"Dim, bangun, kamu nih setiap hari masih aja harus dibangunin sama Bunda."
Ucap Bunda sambil membuka lebar tirai yang menutup jendela kamar Dimas.
"Iya, Bun." Jawab Dimas dengan suara serak.
Bunda menoleh dan segera menempelkan punggung tangan nya pada dahi Dimas.
"Kamu demam." Ucap Bunda, kemudian menepuk paha Dimas, "Main terus. Pulang sekolah bukannya pulang, malah main, kan gini jadi nya."
"Udah, kamu izin ngga masuk sekolah hari ini, biar Bunda yang telepon wali kelas kamu."
"Ngga bisa, Bun."
"Bisa, Bunda kan punya nomor telepon wali kelas kamu."
"Maksudnya, Dimas ngga bisa kalau ngga masuk sekolah."
"Kenapa?"
Dimas turun dari tempat tidur nya, "udah, Dimas mau mandi dulu." Katanya kemudian memasuki kamar mandi.
Dalam ruang kelas seorang guru sedang menjelaskan tentang sejarah peperangan di masa yang sudah berlalu.
Bima bosan, jadi dia menjahili Sera.
Karena tempat duduk nya berada tepat di belakang Sera, Bima dengan sengaja menarik-narik rambut gadis itu.
Sera masih bisa menahannya, ia memajukkan posisi duduknya, tidak bersandar pada kursi.
Tapi kali ini Bima menggunakan kaki jenjang nya untuk mendorong-dorong pelan kursi Sera.
Sera menoleh, memberikan tatapan tajam pada Bima, namun dibalas senyum manis tak bersalah oleh pemuda itu.
Sebentar tentram.
Kemudian Bima menggunakan pensil untuk menyentuh pundak Sera, membuatnya menoleh, lalu memberikan secarik kertas yang terlipat.
"Cieee, kemarin abis date ya sama Kak Dimas. Sampai larut malam. Ekhem.. ekhem.."
Isi dari kertas yang Sera baca dalam hati.Sampai larut malam? Batin Sera
Bel berbunyi.
Sedikit demi sedikit para murid keluar ruangan untuk jam istirahat mereka.
"Yuk, Ra." Ajak Erin.
Sera hanya mengangguk.
Dimas ke kantin, ia membeli sebotol air mineral, meneguknya sedikit, kemudian dengan santai bersandar dekat sebuah meja.
Menelusuri pandang, sampai menemukan Sera yang sedang makan.
Memperhatikannya, cukup lama, kemudian tersenyum, lalu pergi dari kantin.
Sera kembali ke kelas, mendekati Bima yang sedang memainkan game di ponsel nya.
"Lo ngga makan?"
Bima mendongak sebentar, "udah."
"Ngga ke kantin?"
"Udah."
Sera mengernyit, "kok gue ngga liat?"
"Aish," Bima mendengus, sepertinya kalah saat bermain game.
"Kak Dimas sakit. Gara-gara lo ya?" Tuduh Bima.
"Kak Dimas sakit?"
"Iya, lo nanyain gue karena mau tanya soal kak Dimas, kan?"
Sera reflek memandang ke sekeliling, masih merasa sungkan kalau menyebut nama Dimas.
"Semalem, gue, kak Andy, dan yang lain kumpul di tempat biasa, terus kak Dimas baru gabung jam 11 atau jam 11.30 malem gitu. Habis pergi sama lo, kan?"
Sera mendengarkan Bima.
Tapi, kemarin Dimas langsung mengantarnya pulang sore itu.
Jam pulang sekolah tiba.
"Jadi ngga, Dim?" Tanya Angga yang sudah menggendong ransel nya.
"Kemana?"
"Rumah sakit. Lo ngga mau berobat?"
"Lebay ah, cuma flu kok, di minumin obat warung juga sembuh."
"Heh, jangan main-main," sambung Doni, "hari gini yang namanya flu doang juga bahaya."
"Udah ah, gue mau pulang." Ucap Dimas yang berdiri dan melangkah keluar kelas.
"Hai.. kak." Sapa Sera yang berada di luar ruang kelas Dimas.
"Oh.. hai." Jawab Dimas sedikit terkejut. "Belum pulang?"
"Belum. Ini." Sera menyodorkan plastik yang berisi beberapa obat di dalam nya.
"Oh... pantes ngga mau ke rumah sakit." Ucap Doni.
"Hai." Sapa Angga pada Sera, yang di balas dengan senyuman.
"Yaudah gue duluan ya, Dim." Pamit Angga menarik paksa Doni. "Jaga kesehatan, Dim."
Lanjutnya, kemudian pergi.Tuh kan, Dimas jadi kikuk kalau ditinggal berdua dengan Sera begini.
"Sakit gara-gara gue ya, kak?" Tanya Sera.
"Hah? Engga kok, siapa bilang?"
"Bima."
Dimas menghela napas, "lo dengerin omongannya Bima?"
"Harusnya kemarin langsung keramas, karena katanya kalau habis kehujanan terus keramas itu ngga bakal jadi flu." Jelas Sera, tak menjawab pertanyaan Dimas.
Dimas tertawa, "emang gitu ya?"
Sera mengangguk "buktinya gue ngga flu."
Dimas masih sedikit terkekeh sambil melihat beberapa obat yang Sera bawa.
"Kemarin... langsung pulang kan, kak?" Tanya Sera.
Dimas menatap Sera.
"Dim," Iren berjalan mendekat, "nih, punya lo kan?" Tanya nya dengan menyodorkan sebuah jam tangan.
"Ketinggalan di rumah gue kemarin." Ucap Iren.
Dimas menerima jam tangan tersebut, "iya, makasih, Ren."
Iren bertemu tatap dengan Sera, kemudian tersenyum manis.
"Yaudah gue duluan ya." Pamitnya pada Dimas.
Dimas dan Sera masih sama-sama diam ketika Iren pergi.
"Ra..."
Sera mendongak, menatap Dimas, "jangan bersikap manis sama gue, kak. Gue suka salah mengartikan soalnya."
280320
***
KAMU SEDANG MEMBACA
LET'S TRY
Teen FictionDimas suka Sera. Dimas mau ke Sera. Tapi sulit untuk membujuk Sera, dan meyakinkan hati gadis itu.