EP 2 - PENGIKUT.

56 35 56
                                    

Acara kembali di mulai, kini sejumlah peserta didik baru Smahasa diminta untuk masuk dan duduk dalam tiap ruang kelas, hal ini karena akan diumumkan dan diperkenalkannya berbagai ekstrakurikuler yang dapat diikuti sebagai nilai tambah.

"Lo mau apa?" Tanya Doni pada Dimas yang mengikutinya saat akan memasuki ruang kelas.

"Memperkenalkan band kita."

"Kita? Biasanya juga lo nggak tertarik sama hal-hal kayak gini."

"Gue nggak melakukan hal yang biasa." Jawab nya acuh dan segera memasuki ruang kelas membuntuti yang lainnya.


Bersama dengan masuknya Doni, total ada enam kakak kelas dalam ruang tersebut. Bergiliran, mereka memperkenalkan masing-masing ekstrakurikuler- (atau disingkat eskul) -nya.

Dimulai dari Sakti sebagai perwakilan dari eskul basket, lalu Aji dengan eskul futsal , ada Mia dengan eskul dance, lalu Iren sebagai perwakilan eskul cheerleader dan terakhir Doni.

Setelah Doni dan Mia mengumpulkan kembali formulir yang sudah diisi dan Sakti memberikan sedikit kalimat sebelum acara hari ini selesai, enam orang tadi keluar kelas untuk menuju kelas lainnya.


Mereka masuk dan keluar, kemudian masuk lagi dan keluar dari sebuah ruang kelas. Sudah sebanyak lima ruang kelas yang mereka datangi, namun yang Dimas lakukan hanya berdiri di samping Doni dan memperhatikan siswa-siswi dalam ruangan tersebut.

Saat berjalan menuju ruang kelas selanjutnya, Doni memberhentikan Dimas dengan beberapa lembar formulir di tangan kiri nya yang ia rentangkan.

"Sebenarnya apa yang lo lakuin?" Tanya nya sedikit kesal.

"Apa lagi? Tentu memperkenalkan eskul kita, band kita."

"Memperkenalkan apanya? Yang bicara, gue. Yang membagikan formulir, gue. Apa yang lo lakuin?"

"Memperkenalkan... nama?"

"Aish—" Gerutu Doni dengan mengangkat tangannya seolah akan memukul Dimas.

"Udahlah Don, lagipula lo juga jadi punya lebih banyak waktu untuk tebar pesona sama siswi-siswi baru itu, kan?"

"Hah?" Tanya Doni kikuk. "Hey—Gue nggak tebar pesona ya."

Dimas hanya mengangguk lalu mendorong Doni untuk lanjut berjalan dan memasuki ruang kelas selanjutnya.

Sakti memulai pembicaraan dengan urutan seperti pada ruang kelas yang mereka datangi pertama.

"Ketemu." Desis Dimas.

"Ketemu apa nya?" Bisik Doni yang berdiri tepat di sebelah Dimas.

"Hah? Apa nya yang Apa? Memang gue bicara apa?"

Doni menatap tajam Dimas dan mendengus kesal, "nggak jelas." Lalu kembali fokus pada siswi-siswi canti—pada kalimat yang Sakti bicarakan maksud nya.

Saat Doni dan Mia seperti biasa akan mengumpulkan kembali formulir yang sudah diisi, Dimas sudah lebih dulu maju selangkah di depan Doni.

"Biar gue aja." Ucap nya pada Doni.

Dimas mulai berjalan mengumpulkan satu-persatu formulir, sampai pada di sebuah meja yang formulirnya ia ambil lalu ia taruh di urutan paling akhir dalam genggamannya.

Setelah selesai, para perwakilan eskul yang ditugaskan kembali keluar kelas untuk lanjut ke ruang kelas lain.

Saat sudah berjalan agak jauh, Dimas kembali melihat formulir yang tadi sengaja ia taruh di urutan paling akhir.

LET'S TRYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang