Viktor Axelsen si pemain bulutangkis berdarah Denmark ini selesai mengikuti Singapore Open dirinya memutuskan untuk kembali ke Malaysia untuk melakukan sparing bersama beberapa pemain tunggal putra Malaysia.
"Dude! Where the hell your mind is? Focus on the practice we're doing right now" Suara Antonsen, teman tunggal putra yang berasal satu negara dengan Viktor pun memecah lamunan dirinya.
"Ah- ya, I'm so sorry"
"We need to improve your netting skill, you need to focus!" Antonsen lagi-lagi berteriak kepadanya.
Netting. Trik itu mengingatnya akan seseorang. Seseorang yang beberapa bulan ini berhasil membuat hari-hari Viktor berwarna, tidak monoton di bulutangkis terus.
"I think that's all for today, I'm tired. We'll do it again back in Denmark. Alright? Thanks, pal. See you tomorrow!" Viktor langsung berlari keluar arena lapangan, membawa tas dan seluruh peralatannya.
Saat istirahat sejenak di kursi luar arena ia membuka hpnya untuk mengecek aplikasi WhatsApp, adakah pesan dari Anthony.
Ya, Anthony Ginting pemain bulutangkis yang berasal dari Indonesia ini lah yang telah membuat hari seorang Viktor menjadi lebih berwarna akhir-akhir ini.
Berawal dari pertemuan mereka di Sudirman Cup 2017, sampai akhirnya bertemu di Japan Open 2018 dan China Open 2018.
Dari pertama bertemu dengan Anthony, Viktor sudah berpikiran bahwa dia adalah pemain yang tangguh walaupun dengan badannya yang tidak terlalu tinggi. Dia harus bisa mengalahkan Anthony, itu tekatnya. Sampai akhirnya ia berhasil mengalahkan Anthony di Japan Open 2018, dirinya senang akhirnya bisa revans tapi sesaat di beri senyuman dan ucapan 'congrats, you played well' oleh Anthony sejak itu juga dirinya merasa seperti tersihir oleh sang "musuh" di lapangan. Maka dari itu dia tidak berhenti posting foto dirinya di Instagram dengan Anthony setelah match itu dan tidak lupa dia juga menyebut nama Anthony di caption. Mereka berakhir saling dm-an dan sejak saat itu pula mereka bertukar nomor ponsel agar bisa berlanjut chatting lewat WhatsApp.
Viktor tidak bisa berhenti tersenyum mengingat moment dirinya pertama kali kenal dengan Anthony. Karena tidak ada balesan dari sang lelaki mungil itu, Viktor memutuskan untuk menghubunginya lewat video call.
"Come on pick up, Anthony..." sudah kedua kalinya ia mencoba menelepon Anthony dan si lelaki mungil itu tetap tidak mengangkatnya. Ekspresi kecewa di wajah Viktor pun terlihat.
Waktu sudah menunjukan pukul 3 sore di Malaysia, itu artinya Viktor harus segera kembali ke hotel dan beristirahat karena besok dirinya sudah harus pulang ke negaranya yaitu Denmark. Sesaat dirinya sampai ke kamar hotelnya dan menaruh peralatan bulutangkis di meja hotel, tiba-tiba iPad nya berbunyi. Ia pikir itu pelatihnya atau Tim yang menyuruhnya untuk melakukan tahap pendinginan setelah latihan, tapi ternyata bukan, nama Anthony lah yang ada di layar iPad nya. Ekspresi wajah Viktor pun langsung berubah 1000% menjadi bahagia.
"Hey big guy! Sorry I didn't pick up your calls, you know I never bring my phone to the practice hall right?" Anthony memasang wajah minta maaf ke Viktor, karena lelaki berbadan tinggi ini sudah menelepon dirinya sebanyak 3x.
"Yeah no, it's alright small guy. I just want to see your smile." Yep, itu panggilan spesial dari Viktor untuk Anthony. Yaa walaupun awalnya Anthony sempat marah karena ia pikir Viktor ngatain dia pendek. Tapi dirinya saja memanggil Viktor dengan big guy, masa Viktor tidak boleh memberinya nama panggilan juga?
"What? Why?" Anthony menjawab dengan sedikit tertawa dan pasang wajah bingung.
"You know what? I think I have a crazy idea" Viktor disini sudah tersenyum lebar.