Tipe-tipe siswa waktu jam kosong sedang melanda itu banyak banget. Ada yang milih tidur, dangdutan di belakang kelas, ada yang tetep ngambis ngerangkum materi, ada juga yang gabut ngelilingin kelas dan sokap basa-basi ke semua orang kaya Jennie. Semua ini karna Nayeon yang lebih memilih tidur, sedangkan Sana sibuk jadi biduan dadakan di belakang kelas.
Jennie membuka tempat pensil berukuran besar yang bergambar flamingo. Warnanya yang kalem sukses membuat Jennie penasaran dengan isinya. Tiga buah pulpen berwarna hitam, pensil, penghapus, stabilo, rautan, dan semua alat tulis hampir tersedia di tempat pensil milik Momo membuat Jennie iri karena tempat pensilnya cuma berisi satu pulpen dan satu pensil seukuran kelingkingnya. Selebihnya ilang dipinjem dan digilir satu kelas.
Setelah selesai dengan tempat pensil Momo, Jennie beralih ke tempat pensil milik Jeongyeon, teman satu bangkunya Momo. Kebiasaannya ketika gabut dan gak tau mau ngapain ya gini. Muter-muter kelas sambil bongkar tempat pensil orang. Selesai dengan tempat pensil milik Jeongyeon, Jennie melirik pada Sana yang kini telah berpindah duduk di samping Chungha.
Buset, berani betul anak satu itu menganggu Chungha yang hobi belajar meski sedang jam kosong. Karena kepo, Jennie menghampiri meja Chungha dan sedikit terkejut melihat Chungha kini tengah berbincang-bincang dengan Sana. Padahal dulu Chungha gak mau ngomong sama Jennie. Katanya semua omongan Jennie melantur seperti orang mabuk, tapi kini dia malah berbincang dengan Sana yang kadar melanturnya lebih dari Jennie.
"Lagi ngomongin apa nih, Bestie?" tanya Jennie berusaha nimbrung meski baru muncul sudah dihadiahi kejutekan Chungha.
"Lagi ngomongin nilai tukar rupiah terhadap dolar," jawaban datar Chungha membuat Jennie terkekeh kering. Mungkin Chungha berniat melucu kali ya, tapi dengan tampang jutek seperti itu Jennie jadi segan untuk tertawa.
"Ibu bendahara bisa aja." Jennie membalas ucapan Chungha dengan mengibaskan tangan ala ibu-ibu sedang bergosip.
"Sini gabung, Sister." Sana mempersilakan Jennie untuk duduk dempetan satu bangku bersamanya. Kemudian mereka berdua lanjut mengobrol tanpa repot-repot membawa Jennie masuk ke dalamnya. Udah mirip kambing congek aja nih.
Ternyata mereka mengobrol seputar uang kas dan Chungha beberapa kali menunjuk orang yang jarang bayar uang kas. Kalo tau gini Jennie gak akan gabung. Dia salah satu oknum penghambat bagi Chungha karna keseringan nunggak gatau diri. Kini giliran dia lah yang kena laser mata Chungha. Jennie cuma bisa terkekeh garing, "gue bayar kok akhir bulan ini."
Hadeh pantes aja Chungha mau diajak ngobrol. Objek obrolan mereka ternyata duit kas yang erat kaitannya dengan jiwa Chungha. Sana juga somplak ngapain coba bahas topik sensitif. Pasti habis ini Chungha kesetanan nagih uang kas pada anak-anak kelas.
Sana kemudian menarik tangannya setelah Chungha secara terang-terangan mengusir mereka karena ingin melanjutkan kegiatan belajarnya. "Gue lagi ngorek informasi siapa aja yang nunggak uang kas," kata Sana tanpa ditanya.
"Gue mau ngejek si Nay seandainya dia nunggak uang kas." Sana melanjutkan dengan nada menggebu-gebu yang Jennie lihat sebagai kekonyolan Sana part sekian. "Ternyata dia udah bayar sampe akhir taun." Raut wajah Sana berubah menjadi sendu membuat Jennie ingin tertawa terbahak-bahak.
"Yeu, orang kaya ngapain nunggak," ujar Jennie sambil menoyor kepala Sana.
Sana merenggut sebal. Mereka kini tengah berdiri di depan pintu kelas sambil bersedekap dada. Sana dan Nayeon sedang terlibat perang. Semua ini berawal dari Nayeon yang putus dengan pacarnya. Tau-tau besoknya sudah pacaran dengan gebetannya Sana. Jennie sebagai teman keduanya cuma bisa iya-iya aja waktu dicurhatin. Sana mengutuk gebetannya yang tidak memberi kepastian padanya selama berbulan-bulan. Dia juga mengutuk Nayeon karena merasa dikhianati. Sedangkan Nayeon dengan sedih menyesali tindakan gegabahnya akibat putus cinta sehingga menyakiti Sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
SMA (Sekolah Makan Ati)
FanfictionSebagai anak bungsu, kasta Jennie di rumah adalah yang terendah. Selain harus nurut sama Ibu dan Ayah, Jennie juga harus nurut sama Kakaknya yang kloningan Mak Lampir, Irene. Sebagai seorang siswa SMA, Jennie gak lebih dari 'adiknya Irene'. Kehidup...