"Daichan, bilang apa kek gitu", kata To-i, matanya yang terlihat sayu itu melihat Daichi hanya menatap aneh ke mereka.
"Bang Dai kenapa? Ada yang abang pikirkan?", kata Masaki, alisnya yang tipis itu sedikit terangkat menandakan ia khawatir pada abang keduanya itu.
"No. Aku teringat kalau hari ini ada menu baru", jawab Daichi yang membicarakan tentang sebuah kafe tempat mereka berempat bekerja, kannai devil.
"Menu baru? Kau tau apa itu?", celetuk To-i yang penasaran dengan menu baru itu.
"Kata master semacam mie, tapi entahlah", jawab Daichi.
"Aku mau cobain deh... Pulang sekolah aku makan disana ya...", kata Masaki, bibir yang menutupi gigi manisnya itu terbuka sangat lebar.
"Jangan pulang larut malam, ingat itu", kata To-i.
"OK OK~~", balas Masaki.
"Aku pergi dulu, ya! Udah telat banget! Baibai!", teriak Takumi yang tiba-tiba berlari dari tangga menuju pintu rumah dengan tergesa-gesa.
"Be careful", jawab ketiga saudara yang saat ini masih duduk di meja makan.
"Semangat kerjanya ya~~", kata To-i yang menyemangati adiknya.
"Iya, terima kasih. Sampai ketemu nanti malam", balas Takumi sambil menutup pintu rumah mereka.
Cklek
*pintu tertutup*"Mandi sana, nanti telat sekolahnya", kata Daichi yang menyuruh Masaki mandi karena harus sekolah.
"Iya, dan abang jangan lupa buatin aku menu baru ya...", balas Masaki.
"Iya...", kata Daichi dengan nada yang terdengar malas.
Masaki pun berjalan menuju tangga dan menaiki tangga itu satu persatu agar sampai ke kamarnya yang tepat berada di sebelah kamar Takumi itu. Masaki yang sudah selesai menaiki tangga pun berjalan menuju kamarnya dan membuka pintu.
"Panasnya....", gerutu Masaki.
Masaki pun keluar dari kamarnya yang berukuran 6×8 meter yang dihiasi banyak pernak-pernik gitar dan sederetan kotak CD sepanjang 2 meter yang berada tepat dirak yang terletak di samping kanan tempat tidurnya.
"Bang! Aku boleh mandi di kamar Takumi? Kamarku panas sekali", kata Masaki yang berbicara dengan seseorang yang ada lantai di bawah.
"Iya, boleh!", ucap To-i yang mendengar suara adiknya itu.
"Makasih, bang!", balas Masaki.
"Iya iya!", kata To-i.
Masaki yang mendapatkan izin menggunakan kamar mandi Takumi itu pun langsung bergegas menyiapkan baju seragamnya serta pakaian dalam dan handuk untuk dipakai di dalam kamar Takumi.
Setelah membawanya kekamar Takumi, Masaki pun langsung masuk ke kamar mandi dan tentu saja, mandi.
Sementara itu,,,,,
"Bang, udah manggil tukang AC gak?", kata Daichi yang saat ini sedang melihat smartphone nya.
"Belum, tolong telpon dong, Daichan. Aku lupa telpon tadi pagi", balas To-i yang sedang mencuci piring dan gelas bekas sarapan tadi.
"Ok"
Menghubungkan panggilan
Halo,
Ya.
Saya Tachibana Daichi.
Jadi...
Eh? Udah Tau?
Iya, terima kasih.Panggilan berakhir
"Bang, Tukangnya kok udah tau aja? Padahal aku belum bilang apa-apa", kata Daichi yang heran dengan si Tukang AC itu. Kenapa dia bisa tau bahkan belum diberi tau?
"Lah? Kan namanya juga Tukang AC, ya pasti tau yang rusak itu AC kan...", respon To-i yang berbicara dengan logika orang normal.
"Iya ya... Tapi alamatnya?", respon Daichi.
"Ntar juga nelpon lagi nanya alamat", balas To-i.
"Ok lah, aku mandi dulu ya. Ada kelas pagi", ucap Daichi sambil berjalan kekamar mandi yang ada didapur.
"Lebih baik kau pakai kamar mandi dikamarmu. Nanti aku pakai yang itu", kata To-i yang sudah selesai mencuci piring dan sedang mengeringkan piring dan gelas.
"Oh ok", balas Daichi.
"Bang! Aku pergi sekolah dulu ya~~", kata Masaki yang sudah turun dari tangga.
"Cepet banget, baru naik udah turun aja", kata To-i, dahinya mengernyit bingung.
"Aku gak wanita, bang...", kata Masaki sambil memakai sepatunya.
"Ya ya, pergi lah. Belajar yang baik ya...", kata To-i.
"Nanti bawa teman-temanmu ke kafe ya", kata Daichi yang masih berada disana.
"Kenapa? Bang Dai mau traktir?", kata Masaki yang mencoba menggoda abangnya itu.
"Gak lah, biar kafenya banyak pelanggannya, Masaki~~", Daichi menyela perkataan Masaki dengan memutar bola mata ke atas.
"Iya deh, iya... Aku pergi dulu~", kata Masaki.
Setelah pintu tertutup rapat oleh dorongan yang diberikan Masaki saat dia keluar rumah, Daichi berjalan masuk ke kamarnya yang dipenuhi dengan buku-buku kuliahnya. Kertas hasil tugas kuliah tersusun rapi dimeja belajarnya, disana juga ada lampu belajar dengan bentuk vintage berwarna hijau lumut. Tempat tidur minimalis yang berukuran pas untuk satu orang terletak tepat disamping jendela kamarnya.
Daichi kemudian masuk kekamar mandi dan mandi menggunakan shower. Tak butuh waktu lama, ia dalam 5 menit sudah keluar dari sana. Sambil mengeringkan rambutnya dengan handuk, ia berjalan menuju meja belajarnya yang sangat rapi itu.
"Sepertinya aku kehilangan sesuatu", pikirnya.
Daichi pun memakai pakaiannya yang ada dilemari persegi panjang tanpa cermin yang letaknya tepat di sebelah kiri meja belajar nya. Iya, sebelumnya dia tidak pakai pun ditubuhnya, handuknya cuma satu dan dia memakainya untuk mengeringkan kepalanya.
Sesudah memakai pakaian yang tampak stylish, ia pun keluar dari kamarnya.
"Bang, lihat laptopku, gak?", kata Daichi, ia melihat To-i sedang main nintendang swotch di kamarnya yang sama sekali tidak ditutup itu.
"Di kamar Takumi, kan kemarin dia pinjam ", jawab To-i.
"Oh iya, lupa", kata Daichi.
Daichi kemudian menaiki tangga untuk menuju ke kamar Takumi, ia memandang setiap sudut kamar Takumi dan akhirnya ia menemukan apa yang dia cari.
Setelah mendapatkan laptopnya kembali, ia menuruni tangga dan mengambil tasnya yang terletak di atas kursi meja belajarnya.
"Bang, aku pergi ya", seru Daichi saat berjalan ke arah pintu rumahnya.
"Iyaow~ bawa kunci cadangannya ya, nanti aku pergi kerja soalnya", kata To-i yang masih saja memainkan nintendang swotch nya.
"Hmm", balas Daichi.
Ting tung~~
Tiba-tiba bel rumah mereka berbunyi, sepertinya ada orang yang datang berkunjung."Permisi~~", kata orang yang menyebabkan bel rumah berbunyi hingga keseluruh sudut rumah mereka.
"Bukain pintunya, Daichan. Mungkin itu tukang service AC yang udah dapat alamat rumah kita", kata To-i.
"Iya...", kata Daichi, tangan kanannya yang sedang memegang tasnya memberikan tas itu ke tangan kiri. Dan Daichi membuka pintu
"Lama gak jumpa, Daichi!", sahut orang itu.
Mata Daichi terbelalak kaget ketika melihat laki-laki bermata coklat dengan alis tebal berwarna pirang seperti rambutnya yang sepanjang bahu itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
That's My Life
FanfictionAnak-anak yang entah datang darimana kini muncul dari arah yang berbeda. Dari kutub Selatan mungkin... Empat Saudara dengan nama keluarga Tachibana, tinggal jauh dari orang tua. Meskipun begitu, mereka tidak perlu mencari dan membayar untuk uang se...