Aku menyipitkan kedua mata setelah keluar dari dalam mobil. Cahaya matahari begitu menyengat. Ku biarkan Shawn mengeluarkan berbagai peralatan dari kap belakang. Dia ingin berselancar, dan aku hanya bisa menikmati dari kejauhan.
Melihatnya berdiri di tengah lautan, bersama sang Ombak menggulung air. Disorot cahaya matahari, memercikkan kilatan bulu di wajahnya yang kuning. Menatap wajahnya yang begitu serius, kadang tertawa bersama angin.
Aku menyedekap diri, melihat beberapa wanita melintas dengan pakaian sexy. Rasanya ingin protes, ingin menggeretnya ke pantai selatan saja. Masa bodo tentang berselancar.
Ku naikkan kaca mata hitam lebih ke atas hidung. Mengangkat wajah congkak ketika sekumpulan gadis melintas. Meliriknya dengan tawa centil.
"Tolong jangan dibuka ya bajunya!" sengaja teriak, agar sekumpulan gadis itu cepat-cepat enyah.
Shawn melirikku saat tangannya ingin melepas. Ku balas dengan tatapan tajam. "Aku sungguh-sungguh dengan ucapanku."
Wajahnya bertanya, kenapa
"Kamu pikir saja!" erangku gusar, melepas kaca mata lalu menyematkannya di kaos cokelatku.
Shawn berjalan ke arah ku, menyodorkan sunscream. "Mau?"
Aku menggeleng, mataku meneduh. "Buat apa?"
"Pelindung."
"Untuk apa aku melindungi diriku, itu sama aja aku menolak kamu," ujarku pelan, malu-malu. "Kamu kan matahariku."
Dia tersenyum lebar, menarik tangan ku lalu menuangkan krim di atasnya. "Setidaknya kamu butuh pelindung, karena matahari terkadang bisa sangat berbahaya."
"Contohnya apa? Aku berlindung dari kamu?" aku menengadah menatap bola mata cokelatnya.
"Jangan ganti baju seperti mereka," ujarnya melirik sekumpulan wanita. "Bahaya buat kamu."
"Terus mereka?" bibir ku mengerucut. "Kamu bisa menatapnya lama-lama."
"Aku tidak menatapnya, mereka sama saja seperti batu dan pasir. Kebetulan ada di sana, tidak ada tujuan buat ku menatap mereka."
"Kalau aku?" balas ku bertanya, memiringkan kepala seraya menyodorkan satu tangan agar dipakaikan. "Aku apa dimata kamu?"
"Lautan beserta ombaknya," bisik Shawn. "Aku tidak bisa berpaling saat melihat keduanya. Tidak bisa menahan diri untuk datang ke lautan, melebur bersama sang ombak."
Wajahku memerah, dia selesai dengan kegiatannya. Melenggang pergi meninggalkan ku dengan degup jantung yang tidak keruan. Shawn menoleh ke belakang, tersenyum lebar melihat reaksi wajahku.
Dia tahu, bagaimana caranya membalas rayuan. Dia pun tahu, bagaimana membuat aku tersipu.