Imperfect Life

22.2K 2.3K 1K
                                    

Sejak malam itu, semua orang dewasa di rumah ini jadi heboh

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sejak malam itu, semua orang dewasa di rumah ini jadi heboh. Savanna langsung menelepon Karin dan jerit-jerit sendiri. Savanna minta Karin datang secepatnya buat permak mukaku. Katanya, aku butuh muka cadangan biar kelihatan cakep.

Buat apa, sih? Mukaku yang kayak gini saja bisa bikin Heath suka, kok.

Heath sendiri pergi pagi-pagi sekali bawa tas pakaian. Dia bertahan sebentar buat menenangkan Vi yang nangis sambil merangkak menyusulnya. Mereka susah dipisahkan. Lama sekali ķubujuk Vi biar nggak ikut Heath, tapi gagal. Baru waktu Archie dengan semangat pahlawan kesiangan menggendong dan menjatuhkannya, Vi yang kesakitan mau memelukku.

"Vi tidak apa-apa?" tanya Heath di telepon setelah bisa melarikan diri dari rumah.

"Aman, kok. Dia nenen."

"Archie?"

"Masih dimarahi bapaknya. Kepala Vi benjol. Drey marah banget ke Archie."

"Astaga! Apa perlu dokter?"

"Drey sudah memanggil dokter spesialis katanya. Nggak tahu juga spesialis apaan. Menurutku sih nggak masalah. Dulu aku pernah benjol segede telur pas jatuh dari meja."

Dia tertawa. "Oh, ya? Kenapa sampai jatuh dari meja?"

"Aku naik meja buat lihat mainan Savanna. Tapi Tundra malah mendorongku. Dia dipukuli Ayah."

Heath tertawa lagi. "Lalu, kamu apakan telur di kepalamu?"

"Dikompres sama Ibu. Kalau nilaiku jelek, Ibu bilang itu karena otakku sudah berkurang sedikit."

Heath terbahak-bahak lagi. Saking kerasnya, Vi yang kuneneni sampai bangun dan menarik HP-ku. Jadi kusudahi saja ngobrol sama dia. "Heath, sudah, ya. Aku ngurus Vi dulu."

"Ya," katanya pelan. Dia menarik napas panjang, lalu diam. Setelah kukira dia menutup telepon, ternyata dia bilang, "Aku akan merindukanmu."

Aku juga? Apa aku akan merindukannya? Apa aku sekarang merindukannya?

"Dah, Heath," kataku saat menutup telepon.

Aku nggak bisa mengatakan lebih dari itu sekarang. Aku belum pernah jauh dari dia lagi. Aku nggak tahu apa benar aku bakal merindukannya. Apa aku akan kehilangan saat dia pergi?

Sambil nenen, Vi menatapku dengan mata bulatnya yang cokelat muda cerah. Tangan mungilnya meraih-raih wajahku.

"Kami bakal beneran jadi anak Heath sebentar lagi, Vi. Dia sayang banget sama kamu."

"Dadda."

"Iya. Dadda." Kucium kepalanya dengan lembut seperti biasanya Dave mencium aku dan anak-anak. "Sebentar lagi kamu punya Dadda sungguhan."

Kayak mengerti ucapanku, Vi melepaskan nenen dan berguling ke tempat tidur. Dia memandangiku sambil ngoceh bahasa bayi. Mungkin dia pengin cerita tentang Dadda yang sayang sama dia. Mungkin juga dia senang akhirnya bisa benar-benar punya Dadda.

Lovely Glacie (Terbit; Penerbit Galaxy)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang