Aku membuka mataku perlahan. Aku mendongak sedikit kearah jendela besar dikamarku dengannya. Sinar mentari pagi menyilaukan, kedua netraku refleks menyipit. Aku lalu mengalihkan perhatianku pada lelaki mungil yang tidur dengan tangan melingkar sempurna dipinggangku, memelukku erat dan kepalanya terbenam didadaku. Senyum tipis terulas diwajahku saat melihat wajah damainya. Tanganku terangkat, mengelus surai hitam lembutnya. Dia melenguh pelan. Perlahan, tapi pasti, matanya terbuka. Dia mendongak menatapku dengan kedua netra beriris hitam kelamnya yang berkilau.
"Sudah bangun, Yoongi-chi?" tanyaku lembut seraya mengelus-elus rambutnya. Bibirnya mengerucut sebal karena sepertinya secara tidak sengaja aku membangunkannya. Dia membenamkan wajahnya pada dadaku, lalu mengangguk. Kedua tanganku melingkar di tubuh mungilnya dan membalas memeluknya.
"Maaf, karena aku membangunkanmu," ucapku, merasa bersalah. Yoongi pasti lelah karena dia pulang lewat tengah malam. Yoongi yang masih dalam pelukanku menggeleng pelan, melepaskan pelukan eratnya. Aku kecewa dalam hati karena dia melepaskannya. Yoongi menatapku dengan senyum manisnya.
"Tidak apa," kata Yoongi dengan suara serak khas bangun tidur.
"Ayo kita memasak sarapan bersama hari ini," ajak Yoongi, tersenyum lebar. Dia bangkit dari kasurnya. Diraihnya jemariku, ditautkannya erat bersama miliknya. Aku tertawa pelan.
"Seokjin-hyeong... Ayo bangun," katanya dengan nada merengek khasnya ketika dia menginginkan sesuatu.
Aku membuka mataku perlahan. Mimpi itu lagi, suara itu lagi yang membangunkanku. Aku mendongak sedikit kearah jendela. Sinar mentari pagi menyilaukan yang berhasil masuk membuat kedua mataku refleks menyipit. Aku kemudian mengalihkan perhatianku pada area disebelahku. Kosong. Dia tidak ada. Dia tidak memelukku. Setiap pagiku, setiap kali aku membuka mataku. Selalu kosong. Tidak ada wajah damainya ketika tidur, lenguhan kecilnya ketika terbangun.
Aku bangkit dari kasurku, memakai sandal rumahku. Kuraih ponselku yang terletak diatas nakas kecil disamping kasurku dan mengantonginya. Aku lalu berjalan keluar kamar dengan malas. Kulangkahkan kedua tungkaiku menuju dapur untuk memasak sarapan. Kuhentikan sejenak langkahku pada saat aku melihat kalender yang tergantung pada dinding ruang tamu.
12 Juli 2019. Aku benci hari ini. Kemudian kembali melanjutkan langkahku dengan malas.
▪▪▪
Kuletakkan perlahan kedua piring panekuk dengan siraman sirup mapel diatasnya di meja makan. Aku kemudian duduk menghadapnya. Aku tertawa remeh memandangi Yoongi dengan wajah berbinar-binar melihat sarapan yang kubuat.
"Katanya membuat sarapan bersama?"
Yoongi terkekeh menatapku sembari memotong panekuk menjadi kecil-kecil sehingga lebih mudah dimakan. Dia memasukkan sepotong dan menjawab, "Aku mendadak malas."
Aku tertawa mendengar jawabannya. "Baiklah, kau selalu malas kalau begitu," ucapku, bercanda.
"Aku akan menyuapimu," kata Yoongi sembari menyodorkan garpunya yang menusuk sepotong panekuk dengan balutan sirup mapel yang menggugah selera.
"A briber!" seruku sambil tersenyum. Mulutku terbuka lebar menerima sesuap panekuk darinya.
Mulutku terbuka lebar, menerima sesuap potongan panekuk dari diriku sendiri. Aku tersenyum miris ketika mengingat kenangan itu, sekilas kenangan yang tidak bisa terulang lagi. Tidak ada lagi Yoongi yang menyogokku dengan sesuap panekuk yang telah dipotongnya kecil karena dia mendadak malas dan berakhir tidak membantuku membuat sarapan.
KAMU SEDANG MEMBACA
still feel it all [sin]
Fanfictionsudah dua tahun, dan aku masih merasakannya merasakan kehadiranmu setiap detiknya seolah-olah kamu belum meninggalkanku atau hanya aku yang belum bisa melupakanmu? [seokjin x yoongi] oneshoot, bxb⚠️