1.1 I like it how it is now

2.9K 213 61
                                    

Kaus putih polos, kemeja flanel merah terikat di pinggang, dan ripped jeans terang. Itu setelan Chuuya sore ini. Bibirnya menempel pada sedotan vanilla latte, meminumnya perlahan. Di meja untuk dua orang, ia hanya duduk seorang diri. Beberapa kali menatap kursi kosong di depannya tanpa ekspresi.

"Kau sendirian?" celetuk seorang lelaki seusianya. Surainya hitam legam, sedikit panjang hingga hampir mengenai bahu. Sepasang manik crimson itu mengerling ke arahnya. Kalimat itu sebuah kode rahasia bagi mereka.

Chuuya balas menatapnya. Azure-nya berkilau menggoda. Bibirnya terlepas dari sedotan, lidahnya mengusap sisa latte yang tertinggal di permukaan ranum itu.

"Berapa usiamu?" lontar lelaki itu sambil menduduki kursi kosong.

"18 tahun," balas Chuuya cepat.

"Tahun ketiga, ya?"

Chuuya menundukkan kepalanya dan tersenyum samar. Sosok itu meraih jemari rampingnya, mengusap punggungnya perlahan.

"Semuda ini, bagaimana kau bisa mendapat predikat 'terlaris', hum?"

Sorot crimson itu berubah semakin lekat. Chuuya masih enggan membalasnya. Azure-nya justru melirik ke trotoar di luar kafe.

"Bagaimana kalau kau langsung mencobanya, gaijin-san?"

.

.

.

Akhir minggu berlalu dengan cepat hingga Senin tiba. Sedikit berat untuk seorang Chuuya yang ingin beristirahat lebih lama. Malam Minggu bersama pemuda Rusia berlalu seperti malam-malam lainnya. Ia sudah sering melakukan hal itu.

Raut wajahnya tampak lelah di depan cermin. Ia membasuhnya cepat sebelum bergegas mandi. Ada tahun ketiga yang masih menunggunya di sekolah. Nakahara Chuuya saat ini masih menempuh sekolah menengah atas tingkat akhir.

Saat semua orang sibuk dengan les pelajaran, dirinya malah tidak melakukan apa-apa. Setiap kelas berakhir, mungkin hanya dirinya yang langsung pulang. Ada profesi yang menuntutnya bekerja hingga pagi.

Chuuya sudah mengatakan pada bosnya kalau ia berada dalam masa krisis sehingga sulit untuk bekerja di tengah minggu. Tapi semua itu bergantung pada otoritas klien. Lagipula penghasilannya murni dari para lelaki yang ingin tidur bersama.

Untuk hari ini, kelasnya mengagendakan latihan ujian. Ia memotong waktu bekerjanya di hari Minggu untuk fokus belajar sendiri. Kalau Chuuya masih ingin bertahan hidup, ia tidak boleh menjatuhkan satu nilaipun.

Bisa jadi ada hal lain yang dapat ia lakukan selain mendesah secara profesional. Suatu hari di masa depan.

Untuk sementara, semuanya sudah berjalan dengan baik, sesuai dengan bayangannya.

Chuuya sudah duduk di bangkunya sebelum bel masuk berbunyi. Suasana kelas cenderung ramai sebelum latihan ujian. Semua murid saling tutor satu sama lain.

"Oi, pendek," interupsi teman sekelasnya.

Chuuya mendongak malas. Sorot tajamnya mengarah pada sosok lelaki brunette yang duduk di depannya.

"Bisakah kau mengajariku masalah aljabar ini?" tanyanya sambil menimpa buku catatan Chuuya dengan kertas soal.

"Kau mengambil les matematika di luar sekolah. Kau harusnya lebih mengerti," protes lelaki berambut sinoper itu enggan membantu. Apalagi dengan sapaan mengejek barusan.

Sinoper itu menyingkirkan kertas soal dan lanjut membaca catatannya. Ia sama sekali tidak berniat untuk menanggapi siswa yang masih duduk di hadapannya.

"Ngomong-ngomong, aku melihatmu Sabtu kemarin," celetuknya sambil berusaha mengerjakan soal sendiri.

"Hmm," Chuuya hanya bergumam cepat agar pemuda itu semakin merasa terabaikan.

"Dengan seorang gaijin. Apa kau berkencan dengannya?"

Mendadak sekujur tubuh Chuuya menegang. Ia enggan menanggapi si brunette lagi, tapi topik ini sangat rahasia. Kalau sampai ada orang tahu, Chuuya bisa jadi dikeluarkan dari sekolah karena melanggar kedisiplinan. Ia sedang berada di tingkat ketiga. Keluar di saat-saat terakhir akan sangat merepotkan.

"Oi, pendek," panggil siswa itu melecehkan posturnya lagi.

Chuuya tersadar dari lamunannya dan mendengus pelan, "Kalau kau hanya ingin menggangguku belajar, pergilah."

"Baiklah, pendek. Kalau nilaiku jelek berarti kau yang salah," tutup pemuda dengan tanda pengenal 'Dazai Osamu' di dadanya. Ia berbalik badan dan duduk dengan normal.

Dazai memang selalu menyebalkan. Ia tidak pernah absen mengganggunya. Bahkan tanda pengenalnya seakan transparan karena panggilan 'pendek' selalu melekat pada dirinya.

Soal nilai jelek itu, Chuuya tidak peduli. Selama ini nilai mereka selalu setara, tanpa belajar bersama atau saling bertanya. Anak itu akan baik-baik saja tanpa tutornya.

Bel kelas berbunyi menit ini. Chuuya segera memasukkan buku catatannya ke dalam tas. Guru matematika mereka datang dengan membawa setumpuk soal.

Latihan ujian matematikanya akan segera dimulai.

.

.

.

"Oi, pendek," panggilan itu lagi.

Chuuya berharap Senin ini lekas berganti Sabtu agar dia tidak perlu bertemu dengan laki-laki itu lagi.

"Pergilah," ketusnya tanpa sedikitpun menoleh.

Tapi Dazai justru mendahului dan berhenti di hadapannya. Langkah Chuuya juga ikut tertunda. Sinoper itu melipat kedua tangannya dan memasang ekspresi jengkel. Dazai tidak bicara apapun. Ia hanya menatap wajahnya dengan ekspresi aneh.

"Minggir," usir Chuuya seraya berjalan ke samping Dazai, bermaksud untuk meninggalkan laki-laki itu.

"Tunggu dulu," tahan Dazai menahan tubuh Chuuya dengan sebelah tangan.

"Katakan sesuatu. Jangan membuang waktuku," dinginnya.

"Apa kau benar-benar tidak berkencan dengan orang Rusia itu?" tanya Dazai.

Chuuya bergeming di tempat. Kedua azurenya terbelalak, namun ia masih berusaha mengatur balasan agar sama sekali tidak menyinggung pekerjaan malamnya. Dazai bahkan tahu lelaki itu warga negara Rusia.

"Waktuku tidak selonggar itu untuk berkencan," balas Chuuya cepat. Tangannya sedikit gemetar saat menepis Dazai.

Langkahnya semakin cepat ketika melewati pemuda brunette itu. Dari mana ia bisa tahu? Padahal Chuuya tidak pernah membocorkannya pada siapapun.

Mencurigakan.

.

.

.

To be continued

Pitik is back dengan ff DaChuu~

Ini highschool!au tapi berhubung basis plotnya dari fenomena 'ayam kampus', jadi ya tetep rated-NC

('・ω・')

*gaijin itu artinya bule/orang asing

[√] sunny side up | soukokuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang