1.4 you are already my sun

1.3K 154 21
                                    

Dazai hanya mengatakan satu kalimat saja. Tidak lebih. Tapi Chuuya tidak dapat menyahut dengan apapun. Begitu melihat lelaki brunette itu lengah, ia langsung menendang kakinya dan membuka jalan keluar dari bilik toilet.

Sinoper itu mendengus kasar seraya menghentakkan kakinya selama perjalanan pulang. Lagi-lagi Chuuya tidak habis pikir. Mengapa Dazai justru meminta untuk berpacaran?

Dugaan demi dugaan buruk terus muncul di dalam kepala Chuuya. Lelaki itu bisa saja menjadi kekasihnya agar bisa melakukan hal itu dengan leluasa.

Chuuya tidak mau menjadi bahan pelecehan. Apalagi tanpa bayaran. Ia tidak ingin Dazai bertindak sesuka hati. Kalau menjadi pacar lelaki itu sama dengan partner seks, maka permintaan itu tidak akan terkabul.

Tidak akan pernah.

Dazai pasti sudah gila kalau berpikir Chuuya akan langsung menerima permintaan itu. Lebih baik dipanggil 'pendek' setiap hari daripada menjadi partner seksnya.

.

.

.

Satu hari berlalu tanpa jawaban. Chuuya harus kembali ke sekolah pagi ini. Ia seharusnya memang menikmati 5 hari liburnya, namun Dazai mengacaukan segalanya. Ia tidak mengira melayani seseorang berhubungan bisa jadi serumit ini.

Semuanya karena Dazai. Kalau saja lelaki itu tidak mengungkit lagi atau menyalahkannya atas ketidaknyenyakan tidurnya.

Apa urusannya?

Benak Chuuya masih melayang bebas sampai ia menemukan seseorang duduk di bangkunya terlebih dahulu. Sinoper itu mendengus kesal. Ia menaruh tasnya di atas meja.

"Permisi," sindirnya dengan nada jengkel.

"Oh, kau sudah datang, sayang? Aku menunggumu sejak pagi," sapa suara lelaki brunette dengan nada menjengkelkan.

"Minggir," hardiknya sambil memukul permukaan meja.

"Kau tidak perlu marah, Chuuya sayang. Kau bisa mengatakannya baik-baik dan aku akan kembali ke bangkuku," balas Dazai panjang lebar seraya berpindah ke bangku di depan.

Chuuya duduk di bangkunya sendiri. Ia memijat pelipisnya pelan, mencoba meredakan amarah. Mengapa Dazai menyisipkan afeksi pada panggilannya? Padahal ia jelas menolak mentah-mentah dengan tendangan kemarin.

"Kalian berpacaran?" celetuk Higuchi, perempuan dengan rambut pirang sebahu di seberang mejanya.

Sontak Chuuya menoleh dan memasang raut terkejut.

"Tidak." "Iya."

Barusan Dazai yang menyela. Dua jawaban itu terlontar secara bersamaan, membuat siswi itu terkekeh pelan, "Sudah kuduga cepat atau lambat kalian akan bersama."

"Kalian," serunya pada gerombolan siswi di sisi kanan kelas, "Aku dan Gin akan mendapatkan crepes gratis!"

Chuuya masih terpaku pada perempuan itu. Mendadak buyar karena tertawaan kecil yang keluar dari bibir Dazai.

"Ini semua demi taruhan?" tuduhnya sambil menarik kerah lelaki itu.

Dazai mengangkat kedua tangannya di udara, "Tentu saja tidak. Aku tidak suka mempertaruhkan sesuatu." Kemudian ia mengedipkan sebelah matanya jahil, "Aku lebih menyukai sesuatu yang pasti."

"Tapi aku tidak berpacaran denganmu. Katakan pada mereka semua," geram Chuuya.

"Kau saja yang mengatakannya. Aku baik-baik saja dengan hal itu."

"Aku tidak. Berhentilah mengganggu hidupku, tolong!" mohon Chuuya lalu melepaskan cengkraman pada kerah seragam Dazai.

"Kita bicara nanti. Pelajaran sudah dimulai," tutup lelaki brunette itu sepihak.

[√] sunny side up | soukokuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang