Chapter 10 - Kebahagiaan

561 77 39
                                    

....Di waktu malam, di kala sunyi senyap. Hanyalah, detakan jantungmu dan jantungku yang terdengar. Menderu dan menggebu bagai berlomba. Namun, tiada garis akhir dan tiada pemenang. Cobalah tenang, kita tak akan hilang...

*
**
***

[No details proofreading.]

Keesokan paginya.

Nadine bersiap pergi untuk bertemu teman-temannya, karena keesokan harinya mereka akan kembali ke Fredericksburg.

Namun, sungguh terkejut Nadine ketika membuka pintu rumahnya.

"Ja.. James?"

James sedang menunggunya duduk di anak tangga rumahnya.

"Nadine.." sahut James yang telah buta kembali di pagi hari.

"Sedang apa kau di sini, James?" Usut Nadine.

"Aku ingin menemanimu hari ini.." jawab James.

"Menemaniku?" Nadine bingung dengan maksud James.

"Iya, mau ke mana kau hari ini?"

"Mm.. aku akan pergi ke kampus, lalu siangnya aku akan pergi makan siang bersama teman-temanku James. Rencananya besok kami akan pergi ke Fredericksburg lagi."

"Kalo begitu aku akan menemanimu ke kampus dan bertemu teman-temanmu.."

"Hah? Ti.. tidak usah, James."

"Mengapa?"

"Ng.. jika nanti kami membicarakan tentang kota itu, takutnya teman-temanku tidak akan mau membahas itu karena ada orang lain."

"Oh, kau benar. Lalu bagaimana aku bisa ke sana?"

"Ke sana, ke kota itu?

"Iya, Nad."

"Bagaimana kalau kau berubah menjadi gagak saja? Mereka tidak akan tahu jika itu dirimu."

"Baiklah, tapi izinkan aku mengantarmu ke manapun kau pergi hari ini." Pinta James.

"Hah? Tak usah, James." Tolak Nadine walaupun ia tak enak hati.

"Aku mohon, Nad. Aku akan berusaha tak terlihat, aku tidak akan menganggumu." James kembali memohon, membuat Nadine semakin tak enak hati.

"Baiklah, James." Nadine akhirnya menerima permohonan James.

James tersenyum di balik pandangan kosongnya. Sama halnya dengan Nadine, ia sebenarnya juga bahagia.

Nadine merasa bahagia jika dapat melihat James, begitu pula James.

"Kalau begitu, ayo kita pergi." Ajak Nadine.

"Tunggu dulu." Tahan James.

"Ada apa lagi, James?"

James lalu menyerah sebuah kotak, yang sepertinya kotak sepatu.

"Apa ini, James?" Usut Nadine lagi.

"Bukalah." Sahut James.

Nadine lalu perlahan membuka kotak itu.
"Ya Tuhan, James!" Decaknya sampai-sampai mulutnya menganga.

Bagaimana tidak, kotak itu berisikan sepasang sepatu sneakers dari Converse. Sudah lama ia ingin membeli sepatu semacam itu. Namun, ia tak punya uang cukup.

"Aku melihat sepatu lamamu. Mereka sudah tak layak kau pakai. Jadi, aku ingin kau memakai yang baru. Tapi, aku tak tau jika itu pas di kakimu atau tidak."

"Baiklah, akan kucoba dan kukenakan sekarang juga." Ucap Nadine penuh semangat. Iapun duduk kembali ke anak tangga rumahnya. Menanggalkan sepatu lamanya. "Wow! Ini sungguh pas di kakiku, James!" Senyumannya mengembang.

Dari Balik Mata Sang GagakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang