Waiting

457 56 24
                                        

Happy reading! ❤

______________________________________________

"Maaf ya sayang. Hyung tidak bisa pulang hari ini."

Jihoon meremas kemeja bagian dadanya. Dadanya berdenyut sakit mendengar kalimat yang dilontarkan Daniel dari seberang sana.

"Kenapa?"

"Masih. . .  Ada yang harus Hyung bereskan disini. Kau bisa menunggu sebentar lagi kan?"

"Iya. Aku akan terus menunggumu, Hyung," jawab Jihoon setelah menghela nafasnya.



🐻  🐻


"Berhentilah, Hyung. Kau bekerja terlalu keras. Kau bisa sakit. Pulang dan istirahatlah."

Jihoon tersenyum, "aku akan pulang setelah laporan yang satu ini selesai. Terimakasih sudah mengkhawatirkan aku, Woojin - ah."

Woojin menghela nafasnya saat melihat Jihoon kembali berkutat dengan laptopnya.

"Bagaimana Daniel Hyung?" tanya Woojin.

Jihoon menghentikan aktivitasnya. Terdiam beberapa saat, lalu tersenyum lagi.

"Dia belum bisa pulang."

"Setelah lima tahun ini? Apa yang dia kerjakan sebenarnya?" 

Jihoon menutup laptopnya dengan kasar, "aku tidak ingin membahas ini Woojin - ah."

"Kau bisa menyusulnya ke LA."

Jihoon terdiam, lagi. Terakhir dia mengunjungi Daniel di LA, dia disuruh pulang besoknya. 

"Aku--- sepertinya aku tidak bisa." Jihoon menyandarkan punggungnya di kursi yang dia duduki.

"Susul dia, aku tau kau merindukannya." Woojin menepuk pundak Jihoon, lalu keluar dari ruangannya.

______________________________________________


"Mommy!"

"Hai sayang." Jihoon memeluk putranya dengan sayang.

"Jihoonie," panggil Baekhyun.

"Iyaa?"

"Susul Daniel. Bawa dia dan biarkan dia bertemu dengan Danish. Ini sudah terlalu lama. Kalian bahkan belum menikah."

Jihoon menunduk, dalam hati membenarkan perkataan ibunya.

"Danish ingin bertemu dengan Daddy, Mom."

Jihoon mengeratkan pelukannya. Mengelus kepala putranya dengan sayang, lalu mengecupnya sesekali.

"Besok, kita bertemu Daddy, ya?"

Danish, anak berumur 5 tahun itu bersorak senang. Mengucapkan terimakasih, lalu mengecupi seluruh permukaan wajah ibunya.


🐰 🐰

"Momm, dimana Daddy?"

"Daddy ada di dalam sana, ayo kita masuk," ujar Jihoon menggandeng Danish.

Mereka melangkahkan kaki memasuki apartemen Daniel di LA.

Jihoon tau Daniel tidak ada di kantor saat ini. Pukul 9 malam, dia pasti sudah pulang. Jihoon menekan tombol password, ia masih mengingatnya dengan jelas.

Pip

Pintu terbuka.

"Daniel Hyung?"




















































"Ahh ~ Lebih cepath nielhh!"

Jihoon refleks menutup telinga Danish mendengar suara itu.

"Danish sayang, Danish tunggu disini ya? Bermain game kesukaan Danish. Mommy ingin ke tempat Daddy."

Danish tersenyum polos lalu mengangguk. Menerima handphone Jihoon dan bermain game disana. Jihoon sengaja mengeraskan volume hp nya.

Jihoon berjalan ke arah kamar Daniel. Hatinya hancur melihat apa yang ada di depannya. Daniel, sedang melakukan kegiatan panas dengan orang lain di atas ranjangnya.

"N - Niel Hyung . . ." lirihnya. Tapi Daniel masih bisa mendengarnya.

"J - Jihoon ?"

Jihoon menutup mulutnya, menahan isakan yang keluar. Pipinya sudah dibanjiri air mata sekarang.

"Mommy ! Danish kalaahh huhh--- mom? Kenapa menangis?" Danish datang dengan handphone di tangan mungilnya.

"Mommy baik-baik saja. A - ayo pulang, sayang." Jihoon menggendong Danish. Berjalan menjauh.

"T - tapi Danish belum bertemu Daddy !" 








Daniel bangkit dari ranjangnya setelah mengerti keadaan.

"Seongwoo - ya, maafkan aku."

"Kang Daniel !"

Daniel memakai pakaiannya dengan tergesa, lalu mengejar Jihoon yang keluar dari apartemennya.

"Jihoon !"

Daniel menarik tangan Jihoon, menahan pria manis itu untuk pergi.

"Lepas Hyung---" Jihoon meronta dengan Danish yang ada di gendongannya.

"Dengarkan dulu--"

"Apa yang perlu kudengarkan?! Jadi ini alasan Hyung tidak pulang ke Korea selama lima tahun ini?! Hiks, Hyung bilang aku harus menunggu--"

Jihoon menghempaskan tangan Daniel.

"Hyung memintaku untuk menunggu dan menunggu. Aku selalu sabar untuk menunggumu Hyung. Tapi ini--- apa yang aku dapat setelah selama ini? Hiks."

"Ji--"

"Sudah cukup Hyung. Aku tidak akan menunggu lagi. Pergilah, hiks."

"Mommy . .  Jangan menangis . ."  Danish menghapus air mata Jihoon yang ada di depannya.

"Mommy? Dia..."

"Anakku."

"Anakmu? B - berarti anakku, Ji? Jawab aku !"

Jihoon tidak menjawab. Danish menatap Daniel di depannya.

"Apa dia Daddy? Apa dia Daddy Nya Danish,?" 

Jihoon mengangguk. Daniel terdiam. Terlalu terkejut.

"Danish ingin pulang, Mom. Danish tidak ingin bertemu Daddy lagi. Daddy membuat Mommy menangis."

"Ayo pulang, sayang."


Jihoon berjalan menjauh. Meninggalkan Daniel yang masih mematung di tempatnya.












TBC / END? 


Btw maaf ni kalo gadapet feelnya :(

All About NIELWINK Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang