Park Jihoon. Berandalan sekolah yang terkenal menyeramkan. Ia suka berkelahi dan mengoleksi luka di wajahnya, sampai sekarang, tidak ada orang yang tau bagaimana wajah asli Park Jihoon tanpa lukanya.Pagi ini dia berjalan sendirian di koridor menuju kelasnya. Siswa siswi yang melihatnya refleks mumdur dan menunduk, seakan takut.
"Pagi Ji. Semalam berhasil mengusir preman preman itu lagi?" tanya Woojin, sahabat baik Jihoon.
"Yah, tentu saja."
"Tapi wajahmu bertambah lukanya. Hahaha!"
"Itu resiko."
"Ohiya, anak dari sekolah tetangga menantangmu lagi. Ambil?"
"Baiklah, kapan dan dimana?"
____________________________________________
"Lepaskan aku! Ya! Aku bukan orang kaya, lepaskan!"
Jihoon terkejut saat mendengar teriakan seseorang dari sebuah gubuk yang ia lewati. Dia segera menghampiri gubuk itu dan melihat.
"Halo?"
"Ada seseorang?!! Tolong! Aku diculik!!"
Otomatis Jihoon menendang pintu gubuk itu hingga terbuka lebar. Pemandangan yang ia lihat sekarang adalah seorang pria bertubuh besar diikat di sebuah kursi.
Astaga. Kenapa dia tidak melawan? Padahal tubuhnya sebesar beruang.
"Siapa kau? Tempat ini seharusnya sepi!"
"Lepaskan dia," seru Jihoon dingin.
"Memangnya kau siapa, bocah?"
Jihoon memukul orang itu.
"Argh!"
K.O
Pria yang diikat itu menganga. Dengan badan sekecil itu, dia membuat orang yang menculiknya K.O dengan sekali pukul.
Jihoon menghampiri nya dan berniat melepaskan ikatannya. Sebelum seseorang lagi datang dari belakang dan memukulnya.
Beruntung reflek Jihoon bagus, dia bisa menghindar sebelum orang itu kembali memukulnya.
"Hahh, majulah. Dan bawa semua temanmu." tantang Jihoon dan banyak orang datang.
"L-lepaskan ikatanku dulu. Aku akan membantumu!" bisik pria itu.
"Tidak perlu. Kau hanya akan menghalangiku."
"A-apa?!!"
bugh!
buak!
brukk!
suara pukulan demi pukulan terdengar.
"Mereka bukan apa apa. Hanya preman kompleks bukan?" ujar Jihoon setelah selesai dengan urusannya.
"Kau hebat." Jihoon diam, tangannya sibuk melepas ikatan pria itu.
Mereka berdua keluar dari gubuk itu, dan berjalan menjauh. Sekarang ini duduk di teras sebuah minimarket, pria itu memaksa Jihoon.
"Terimakasih sebelumnya. Namaku Kang Daniel."
"Park Jihoon. Dan tidak perlu repot repot mengobati lukaku!"
"Aku memaksa! Nanti bisa infeksi, bodoh! Sebagai ucapan terimakasihku juga."
Daniel mengoleskan obat merah di luka Jihoon. Sebelumnya luka itu sudah dia basuh dengan air dan memberi alkohol di sekitar lukanya.
"Plester terakhir---" Daniel menempelkan plester luka bergambar kelinci di pipi kanan Jihoon, "selesai."
"Terimakasih..."
_____________________________
"Jadi kau adalah tetanggaku." ujar Jihoon.
Daniel mengangguk, "aku baru saja pindah."
"Aku pulang dulu, Daniel. Sampai jumpa," ujar Jihoon lalu memasuki rumahnya.
"Sampai jumpa."
sampai di dalam rumah, Jihoon menghela nafas kasar saat mendengar teriakan ibunya yang nyaring. Disusul teriakan ayahnya, dan mereka saling bersahutan dan berteriak.
"Bisakah kalian tenang sehari saja? Telingaku sakit mendengar kalian terus berteriak," ujar Jihoon datar di depan orangtuanya.
"Diam kau anak berandal! Anak tidak tau diuntung!"
"Aku menyesal melahirkanmu! Bisa bisanya berkata seperti itu!"
"Kalian tau? Aku lebih menyesal menjadi anak kalian."
Jihoon memasuki kamarnya dan membanting pintu sekeras mungkin. Tubuhnya lelah, batinnya lebih lelah. Dia memasang earphone di telinganya dan mendengarkan lagu dengan volume kelras. Tidak peduli jika telinganya sakit nanti.
Lebih baik seperti itu daripada mendengar pertengkaran orangtuanya yang tidak tau kapan berakhir.
________________________________
Jihoon tertekan. Dia mengurung diri di kamar selama beberapa hari. Tidak mempedulikan orangtuanya yang jarang pulang, menelantarkan Jihoon di rumah sendirian.
Jihoon berkelahi karena dia suka. Dia senang mendapat luka di wajahnya daripada luka di hatinya karena kalimat menyakitkan yang sering diucapkan orangtuanya.
Sore ini bel rumah Jihoon berbunyi. Tidak ada orang di rumahnya selain dia, jadi mau tidak mau dia beranjak dari kamar dan membuka pintu.
"Astaga ya Tuhan! Jihoon?" itu Kang Daniel
"Masuklah."
Daniel masuk dengan senang hati.
"Wajahmu---"
"Aku tau. Pasti sangat berantakan. Maaf kurang sopan. Aku ke toilet dulu."
Jihoon pergi ke kamar mandi dan mencuci wajahnya. Melepas plester luka di wajahnya juga.
Lalu kembali ke ruang tamu setelah selesai.
"Astaga. Kau--manis Ji."
"Dengan wajah penuh luka? terimakasih pujiannya."
"Tidak, tidak! Wajahmu sangat---manis."
End

KAMU SEDANG MEMBACA
All About NIELWINK
Fiksi PenggemarKang Daniel dan Park Jihoon. Mereka tidak bisa dipisahkan! "Hyung~" "Jihoonie~" ______________________________________ kumpulan oneshot NielWink Warn! NielWink area! Jangan sampai salah lapak!! B X B YAOI!