Rise From Agony

14 3 0
                                    

"Keisuke kau sudah sadar???" Gadis mungil berparas cantik nan imut itu menjerit khawatir sambil menggenggam erat tangan kananku.

Aku terhenyak saat membuka mata. Sosok itu membuatku terkejut saat aku tersadar. Mataku terbelalak, nafasku tercekat, lidahku kelu tak bisa berkata apa - apa. Aku berusaha bergerak, Namun sekujur tubuhku sakit ketika berusaha menggerakkannya. Kutepis genggamannya dan aku berusaha meraba sesuatu yang ada disekitarku. Kutarik sesuatu yang menempel menutupi seluruh tubuhku selain kepala. Sebuah selimut putih dan aroma obat. Dimana aku? Kenapa aku berada disini? Berada di rumah sakit? Apa yang terjadi pada diriku?
Mengapa aku bersama?

Seorang gadis yang telah mati 1 tahun yang lalu.

Kini dia duduk di sampingku, hendak membalas dendamnya padaku sebagai arwah penasaran.

"Mau minum?" Tawarnya. Aku berusaha menjerit tapi suaraku susah keluar. Aku berusaha menjauh, tapi makin sakit sekujur tubuh kurasa. Aku langsung panas dingin, keringat dingin langsung membasahi sekujur tubuhku. Ingin rasanya aku berteriak tetapi suaraku tercekat, dia mulai tersenyum kearah ku.

Piip... piip... piip.

Tiba-tiba suster langsung bergegas mendatangiku.

"Ha, kau sudah sadar rupanya Keisuke. Kau sudah koma 3 hari 4 malam." Ujar suster tersebut, sementara aku masih menggila dalam kepanikan.

"H... ha... han... hantu..." teriakku sambil berusaha bangkit dari tempat tidur dengan nafas tersengal-sengal. Namun suaraku tersangkut di tenggorokan sehingga menimbulkan suara parau yang hanya bisa didengar oleh suster.

"Arrrgghhh" erangku. Aku merasakan sakit yang sangat hebat di tulang belikat ku. Suster berusaha menenangkanku dan mendorong tubuhku perlahan ke tempat tidurku. Sejurus kemudian gadis itu membelai lembut kepalaku sembari mendekatkan wajahnya pada wajahku.

"Tenanglah Keisuke, kau belum sembuh benar, berbaringlah dahulu." Ucapnya lembut sambil mengelus-ngelus kepalaku. Aku sangat terkejut. Mataku memandang nanar kearahnya.

"Umm, ada apa Keisuke? Mengapa kau memandangku seperti itu? Tanyanya.

"Kau harus istirahat yang baik dahulu. Nanti kalau kau sudah pulih kau boleh pulang. Nanti saya buatkan resep obatnya setelah itu nona mohon ambil di ruang jaga dan tebus di apotek." Ujar suster memecah keterkejutan ku sembari meninggalkan diriku.

"Reina, k... kau masih hidup?" Ujarku gemetaran. Dia menganggukkan kepalanya sembari tersenyum.

"K... kau..."

"Ssst. Seharusnya aku yang bertanya kepadamu. Kau tidak apa-apa? Apa kau baik-baik saja? Bagaimana perasaanmu saat ini?" Tanyanya sambil merapikan selimutku.

"A... aku baik..." jawabku tergagap.

"Kau tahu Keisuke! Kau ditabrak mobil sampai tidak sadarkan diri, kau terpelanting sejauh 3 meter. Kebetulan aku melihat langsung kejadian itu, jadi kamu segera kubawa ke rumah sakit."

"Reina..." aku tidak pernah habis pikir dan mataku terus memandang wajah cantiknya. Aku melihat dengan mata kepalaku sendiri, siswi teman sekelasku. Seorang gadis cantik dengan rambut hitam tergerai. Yang telah mati  terpenggal setahun yang lalu. Gadis lincah itu diperkosa habis-habisan sebelum dibunuh. Lalu kenapa dia...?

Ususnya diburai keluar oleh kawan-kawan ku sendiri. Gadis lincah itu diperkosa habis-habisan sebelum dibunuh. Bahkan mereka mematahkan tulang selakangan dan lengan berikut lehernya. Dan buruknya aku termasuk diantara mereka. Aku turut memperkosanya, mengencinginya, turut memutar lehernya, bahkan aku yang menyiksanya dengan mengiris-ngiris tenggorokannya dengan pisau yang agak tumpul sebelum kemudian aku memenggal lehernya dengan pisau daging. Dan kini dia duduk di sampingku, menolongku, mengkhawatirkanku, menemaniku dan menyelamatkanku dari kematian yang sia-sia! Tak terasa air mataku mulai mengalir.

"T... tapi..."

"Mm... tenang saja! Biaya rumah sakit sudah kutanggung. Aku tahu ke 2 orang tuamu sudah tidak ada sehingga kau bekerja keras untuk menghidupi ke 2 adikmu." Ucapnya.

Kini air mataku mengalir deras.

A Piece Of RegretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang