Ini adalah karya pertamaku.
Jadi tolong berikan kritik dan saran yang membangun.Dan berikan tanda "bintang" kalian!
~~~
"Aku pulang…"
Setelah aku masuk ke rumah, ada seorang anak perempuan berlari ke arahku.
"Wah, ayah pulang!" dia memelukku. Mendongakkan kepalanya agar bisa menatap mataku.
"Wah wah wah, kau sangat bersemangat."
"Tentu saja aku bersemangat. Ayah tak lupa ini hari apa, kan?" dia terlalu aktif. Entah apa semua anak kecil seperti ini?
Aku menggendong anak itu. Dan berjalan dari koridor ke ruang keluarga.
"Tentu saja. Hari ini hari Rabu awal bulan. Aku gajian hari ini." aku menggodanya. Berpura-pura lupa hari penting sesungguhnya.
Wajah anak ini yang semula ceria, berubah drastis menjadi wajah yang kusut.
"Jadi… ayah tidak ingat lagi?" Matanya mulai berkaca-kaca.
"Hmm…? Ingat apa?" aku muli gusar. Tapi tetap kuusahakan untuk menggodanya.
"Hue…!! Ayah tidak ingat! Turunkan aku!!" Dia meronta dan menangis. Lalu Berlari ke arah dapur.
"Ibuuuu!! Ayah tidak ingat hari ini…!! Huee…!!" Uh, mengadu…
"Eh … benarkah?” Seorang wanita keluar dari dapur. Dengan apron yang masih melekat di badannya.
"T-tentu tidak lah." kujawab dengan gugup.
"Bohong! Ayah hanya ingat hari gajiannya saja!" yah, tidak sepenuhnya salah sih...
"Hei, nak. Kesinilah dulu…" kupanggil dia kemari.
"Tidak mau! Ayah jahat!"
"Lihat dulu apa yang kubawa, nak." Dia berhenti menangis. Menoleh ke arahku. Dan berbalik menghadapku setelah sebelumnya memeluk ibunya.
"Eh… apa?" akhirnya dia mau mendengarku.
"Ini. Maaf telah membuatmu menangis." Kuulurkan tanganku yang memegang kotak kado. Anak itu berjalan dengan wajah bingung.
"Wah, sayang… ternyata kau tidak melupakan hari ulang tahun anakmu." wanita memakai apron, istriku, tersenyum simpul setelah tahu aku membawa kado.
"Bagaimana bisa kulupakan itu."
Anak itu merebut kotaknya.
Memeriksa kotak itu dengan melihat-lihat secara memutar-mutar kotak itu.
Dan merusak kotak itu…
Hei, itu ada pita. Tinggal ditarik. Dan kotak terbuka. Tidak usah dirobek-robek…
"Waaah…!! Tuan beruang!" teriaknya.
"Bagaimana? Suka?" Kuharap dia suka. Sebab harga beruang itu setara makan tiga kali di restoran bintang tiga.
"Ya!" Oh, syukurlah…
"Ibu, lihat!"
"Ya, ibu lihat. Sangat bagus." istriku sepertinya juga terlihat bahagia.
"Tentu saja. Ini kan hadiahku." Kau tak mau menyebutnya kalau itu dari ayahmu?
"Dia terlihat sangat senang." istriku menghadap padaku. Berkata dengan senyum manis di bibirnya.
"Ya… aku tak ingin dia tidak bahagia. Aku tidak ingin dia menjadi sepertiku yang dulu."
"Itu bagus, tapi jangan terlalu memanjakannya, lho."
"Tentu saja. Dia akan kulatih beladiri juga."
"Tapi jangan terlalu keras, lho." Istriku memandangku dengan wajah khawatir…
Semua ini kudapat setelah berjuang keras.
Keluarga, harta, dan kebahagiaan.
Berawal dari hancurnya rumah tangga keluargaku saat aku masih kecil.
Ya, aku masih ingat itu.
Semua ini dimulai saat aku baru menginjak sekolah menengah atas…
~~~~~~~~~
*Selanjutnya adalah flashback dari prolog ini. Prolog ini sebenarnya adalah time Leap dari story. Jadi, mohon bersabar untuk chapter 1!
*Setelah revisi, apa kalian masih bingung masalah dialognya? Kalau masih, komentarlah. Akan kuusahakan untuk merubahnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Never Give Up
Teen FictionSeorang laki-laki yang berjuang agar bisa bahagia dengan orang yang dicintainya. Setelah dia kehilangan orang yang berharga, dia hampir putus asa dengan kehidupannya. Dia memperjuangkan wanita yang dia cintai. Bekerja keras untuk memenuhi hasrat pri...