Aku meringis menatap wajah Salman dari remang cahaya senter ponsel, wajahnya berlendir dan menguarkan bau busuk.
"Apa itu tadi mas?"
"Setan!!" Erangnya, entah sedang mengumpat atau menjawab pertanyaan ku, kurasa keduanya. "Astaga, baunya seperti bangkai busuk! Hoek!!" Salman muntah disisi jalan.
Aku meringis lagi melihat Salman muntah dengan hebatnya, sedangkan tanganku masih berusaha menahan motor itu.
"Kau tak apa mas?"
"Apa aku terlihat baik Wan?" Geramnya menatapku dengan mata berair. "Setan sialan!"
"Sebaiknya tidak mengumpat berlebihan Mas, ingat kita sedang di hutan." Aku mengingatkan, karena sedari tadi Salman terus mengumpat dan berkata kasar.
"Setan seperti mereka akan lebih kuat kalau kita merasa takut Wan!" Salman bangkit dari posisi jongkoknya dan mulai membersihkan lendir anyir di wajahnya dengan bagian bawah kaosnya. Sepertinya barusan wajah Salman menabrak sesuatu yang melayang dan memekik itu, sesuatu yang di sebut Salman sebagai setan, tapi aku ragu, karena setan biasanya kan tidak bisa disentuh. "Sudahlah, lebih baik kita bergegas pulang, aku mau mandi, bau sekali."
"Baik Mas." Aku kembali mendorong motor itu sambil mengiringi langkah Salman.
Akhirnya kami sampai dirumah setelah Salman mengalami muntah lagi sebanyak tiga kali, dia bergegas masuk tanpa menungguku yang harus memarkir motor terlebih dahulu.
"Kok lama sih Mas." Ardi langsung menyambut Salman di depan pintu, tapi Salman tidak menggubris pertanyaan Ardi, tapi mengambil langkah cepat menuju dapur. "Mas Salman kenapa Wan?" Ardi beralih menyapaku yang juga sudah sampai didepan pintu. "Abis kecebur di mana dia?" Ardi memencet hidungnya, rupanya indra penciumannya menangkap bau busuk dari tubuh Salman.
"Nanti saja aku jelaskan." Aku menepuk bahu Ardi. "Tolong masukkan motor itu ke garasi ya." Pintaku, dan Ardi mengangguk cepat. Ardi berlalu keluar dan aku meneruskan langkahku masuk kedalam rumah.
Di ruang tamu, Ali dan Faiz sedang bicara sambil menatap kearah dapur, lalu segera menyadari kehadiranku.
"Kenapa Salman Wan?" Faiz sepertinya juga sudah melihat Salman.
"Nanti saja Mas ceritanya." Kata ku, lalu berlalu ke arah dapur untuk membersihkan tubuhku. Dari arah belakang aku mendengar Faiz bergumam dan Ali menanggapinya sambil tertawa.
Setelah selesai dengan kegiatan malam ku, aku keluar dari kamar mandi berbarengan dengan Salman yang juga keluar dari kamar mandi satunya, terlihat menggigil dengan handuk kecil yang melingkar di pinggangnya.
"Masih bau nggak sih Wan?" Salman menegurku terlebih dahulu, aku maju satu langkah untuk membauinya. Lalu menggeleng.
"Nggak Mas, udah wangi kok."
"Gila Wan, aku pakai sabun sampai lima kali tau, sialan tuh setan." Salman berlalu dari hadapanku menuju kamarnya. Aku segera mengikuti langkahnya.
"Eh Mas, gimana pembagian tugasnya?"
"Besok saja sebelum berangkat, aku lelah." Salman membanting pintu. Aku hanya mengangguk walau pria itu tidak akan melihatnya.
Aku kembali keruang tamu, dan tiga orang temanku masih disana. Kembali menagih penjelasan tentang Kedatangan Salman yang berbau busuk, dan saat ku ceritakan, Ali tertawa, Ardi Syok, dan Faiz tertawa lebih parah daripada Ali.
"Kasian banget Mas Salman, biasa mas namanya juga orang baru, dagingnya masih manis jadi banyak yang suka deketin." Celoteh Ali masih sambil tertawa.
"Tapi itu apa ya kira-kira Li?" Aku menunjukkan rasa penasaranku.
"Setan lah! apalagi." Sahut Faiz. Aku tidak menggubris.
KAMU SEDANG MEMBACA
×PANDALANAN×
HorrorJANGAN BACA!!! Goth Horor Buka mata, dia bisa saja berada diantara kalian, berbaur dengan manusia lain. Tapi entah apa yang akan terjadi jika saat perubahan itu tiba. jangan coba-coba mencari tau, atau kalian akan mendapatkan kenyataan yang tidak in...