Again, lemme say my warmest-thanks to all my readers <peluk hangat>
Sorry banget baru bisa up part sekarang lantaran gak sempat untuk menulis panjang-panjang (lebih kebanyakan lack of mood sih) >3<
Doakan saja ke depannya bisa up part lebih banyak. Kalo bisa up part di Is This Called Serendipity?
-xoxo-
------------------------------------------------------------------------------------------------
Saat masuk SMA, gue sedikit merengek untuk meminta dibelikan kalkulator. Bukan kalkulator biasa, tetapi kalkulator ilmiah yang udah lama gue idam-idamkan semenjak SD. Iya, sejak esdeh gue kepingin banget tuh punya kalkulator yang ada tulisan sin cos tan sama ada panah kiri kanan atas bawahnya.
Dulu gue bersama keluarga sering banget mengunjungi rumah kakek. Gak setiap minggu sih, tapi tiap bulan kami ada berkunjung ke sana sambil membawa buah atau kue hehe. Jadi, waktu itu sepupu ayah gue yang masih kuliah di jurusan kimia di salah satu univ di kota gue, tinggal di rumah kakek. Nah, sejarah gue kepengen beli kalkulator ilmiah itu ya dari tante gue yang ini. Gue memanggil beliau dengan sebutan Tek (Tek = etek = tante). Gue sering main ke kamarnya, dia cantik banget dengan rambutnya potong bob dan punya kulit yang putih. Dia juga termasuk mahasiswi yang pintar karena selalu juara kelas semasa sekolahnya. Pokoknya gue kagum beut sama dia.
Saat masuk ke dalam kamarnya, gak heran deh banyak buku-buku tebal, majalah remaja, alat tulis dan kalkulator terletak di kasurnya.
Salah satu hal yang gue gak suka yaa itu, terlihat berantakan :D
Nah gue gak biasa tuh lihat alat elektronik kaya kalkulator tapi kok panjang gitu kalkulatornya gak seperti kalkulator yang biasa gue lihat di kedai fotokopi atau warung. Jadi, gue ambil itu kalkulator.
"Tek mut, ini kalkulator apa bukan sih? kok banyak tombol tambahannya?" Kepo gue
"Itu namanya kalkulator ilmiah nidyaa (sambil nyubit pipi gue)" Ujar Tek mut.
"Loh ini kalkulator apa apa aja fungsinya tek mut? tombol yang ini, ini, ini (nunjuk ke segala tombol berbau trigonometri) gunanya apa seeh -_-?"
"Nanti nidya tau sendiri deh, pas SMA nidya udah harus pake itu juga"
Gue mengiyakan perkataannya. Tapi serius loh, gue kepengen banget punya kalkulator. Gue memang udah punya kalkulator yang gabung dengan pencil case macam gini BHAK!
Yaa ya, fyi nih ya, sejak kecil gue suka koleksi peralatan tulis yang epic atau edisi yang bagus-bagus gitu loh. Semisal pensil yang desainnya bagus, buku tulis yang bergambar dalamnya, correction pen kaya kaset radio yang harus ditekan ituloh dan masih banyak lagi. Sehobinya gue beli alat tulis yang lucu-lucu gitu.
Lanjut, setelah gue menjadi murid kelas 3 SMP akhirnya gue boleh beli kalkulator. Kenapa pake kata boleh? Karena gue diledekkin minta beli kalkulator seperti yang ga pandai menghitung saja. Tapi gue tunjukkan kalo belajar matematika gue ga terlalu butuh kalkulator. Alhasil gue pengumpul logo bintang sebanyak 25 tercepat dari murid yang lain, nilai ujian harian juga ga ada yang di bawah 96. Bahkan ujian semester alhamdulillah paling banyak salah 4 atau 5.
Kalkulator yang dibeliin itu kalkulator yang biasa. Yang gue suka dari kalkulatornya adalah dimensinya yang tipis dan ringan HAHAHAH. Jadi ga terlalu nambah beban banget. Gue sayang banget sama kalkulator ini T_T
Kalkulator itu gue pakai hingga SMA kelas 2.Gila juga bisa tahan selama itu, padahal casing belakangnya udah patah. Tapi masih bisa dipakai. Karena takut rusak dan mengingat pelajaran yang mengandalkan menghitungnya sudah meninggi, akhirnya gue minta dibelikan kalkulator ilmiah.
Gue jaga dan gue bela tuh kalkulator yang baru, Alhamdulillah masih tahan sampai detik ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jepret Sana Sini
Short StoryOke daripada gue bingung mau bikin cerita-cerita kaya punya orang, susah mikirnya harus serealistis apa dan gue bingung mau mulai darimana, yaudah gue mulai dulu aja belajar bikin cerita dari hasil jepretan gue selama gue hidup. Singkat cerita, kega...