1

39 6 1
                                    

"Morning, sleepyhead

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Morning, sleepyhead."
Suara parau khas seseorang yang baru saja terbangun dari tidurnya menggelitik telinga Kim Namjoon. Membuat pria itu sedikit membuka sebelah matanya, memastikan siapa perempuan yang tidur bersamanya semalam.

Ia merenggangkan otot tubuhnya, beranjak turun dari tempat tidur. Namun tangan sang perempuan malah merengkuh tubuh pria itu ke pelukannya.

"Aku masih rindu, Tuan Kim." Keluhnya. 

Ia melingkarkan tangannya di antara pinggang si pria, mendekap Namjoon erat. Kepalanya terbenam pada dada bidang milik Namjoon. 

"Aku harus berkerja." Namjoon menghela nafasnya. 

Tangannya berusaha melepaskan rengkuhan Park Sera. Namun, perempuan itu sepertinya lebih agresif. Hingga Namjoon mendorong tubuh perempuan itu, membuat Sera hampir terdorong jatuh dari ranjang, jika saja ia tidak bertopang pada selimut yang melilit tubuh mereka. Sera terdiam. Namjoon mengalihkan pandangannya dari Park Sera, terlentang menatap langit kamar berwarna putih gading sembari menyisir rambutnya ke belakang dengan tangannya, memperlihatkan dahinya yang memikat. Bibirnya mendengus kesal, namun kesan yang diberikan lesung pipitnya berbanding terbalik dengan apa yang dirasakannya.

Jemu, mungkin hanya kata itu yang menjelaskan keadaan Namjoon saat ini.  Komitmen dan cinta merupakan hal yang sama sekali tidak bisa berjalan seiringan di pemikirannya. Ia benci jika seseorang bergantung padanya, ataupun jika ia harus bergantung pada seseorang. Namjoon bukanlah orang yang memilih untuk  mengakhiri apa yang tidak pernah ia mulai. Pria ini tidak menyukai hal yang berhubungan dengan ikatan yang tak terlihat.

Hingga semburan air datang, membuat keduanya terkesiap turun dari ranjang.

"Ups, aku tidak tahu kalau ada dua orang di sini. Tapi--" 

Suara perempuan, yang tidak asing bagi Kim Namjoon, mendistrak pikirannya, menggeser segala yang ia pikirkan tadi. Namjoon merapikan pikirannya, berusaha mempercayai keadaannya saat ini. 

"Kim Namjoon. Suamiku. Kamu harus bangun, ada rapat direksi yang harus kau hadiri hari ini."
Perempuan itu tersenyum datar, atau mungkin memang itu batas senyumnya. Namjoon sendiri tidak pernah paham. Namun satu yang pasti, senyuman perempuan itu menimbulkan rasa bersalah mendalam pada dirinya.

Setelah merasa telah melakukan tugasnya, perempuan itu kemudian pergi dengan menenteng ember pink yang telah kosong. Meninggalkan Kim Namjoon dan Park Sera yang membatu di kanan-kiri ranjang, tanpa sehelai benangpun yang menutupi tubuh kuyup mereka.

Should I Stay?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang