-- Syifa Azzariah Maharani --

5 2 0
                                    

Jika dua cerita sebelumnya terpaksa masuk pesantren karena orang tua, maka cerita kali ini akan sedikit berbeda.

Beginilah ceritanya ...

.

.

.

.

.

.

.

.


Seorang wanita paruh baya terlihat sedang menelpon seseorang. Di tangannya juga ada sebuah buku tebal bewarna biru, apalagi kalau bukan raport.

Ekspresinya terlihat bahagia, senyuman tak henti mengembang dari bibir wanita tersebut. "Iya Bi, nilai Syifa bagus-bagus. Kata gurunya dia juga ranking satu di kelasnya."

"Oh ya, Alhamdulillah kalau begitu. Terus sekarang Umi lagi mau pulang?"

"Iya, ini Umi sudah dekat dengan rumah. Gak sabar mau ngasih tau ke Syifa."

"Ya sudah, kalau begitu kita lanjutkan saja obrolannya di rumah. Abi juga gak bisa lama-lama, lagi banyak kerjaan. Assalamualaikum."

Tut!

"Waalaikumsalam."

Wanita berhijab itu meneruskan langkahnya menuju rumah. Rumah hijau yang tidak begitu besar dan tidak juga memiliki halaman. Hanya ada teras kecil, dengan rak sepatu dan beberapa sandal yang berserakan.

Ia membuka pintu, tak sabar untuk menunjukkan rasa bangganya pada sang anak. "Assalamualaikum, Umi pulang."

"Waalaikumsalam." Datang seorang gadis yang memakai mukena, tampaknya ia habis selesai shalat Dhuha.

"Eh, Umi cepet banget. Emangnya gak pada dateng buat ambil raport?" tanya gadis tersebut.

"Bukan begitu, Syifa. Justru Umi dan Abi bangga banget sama kamu, Nak."

"Bangga kenapa?"

Dengan ekspresi bahagia, sang Ibunda memeluknya. "Kamu dapat ranking satu!"

"Alhamdulillah. Yang bener, Mi?" tanya Syifa yang masih tak percaya. Pasalnya, baru kali ini ia mendapatkan ranking satu.

"Iya, Nak. Tadi guru kamu manggil sesuai urutan ranking, karena itu Umi dipanggil duluan dan cepat pulangnya."

"Oalah, begitu." Syifa mengambil raport di tangan Uminya. "Coba sini, Mi. Aku mau liat raportnya."

Syifa membaca setiap angka yang tertera di sana. Memang tidak sangat bagus, namun kebanyakan nilainya di atas rata-rata. Terutama dalam biologi dan agama, sepertinya ia menyukai kedua pelajaran tersebut.

"Alhamdulillah, Mi. Aku masih tak nyangka bisa dapet ranking satu, baru  kali ini soalnya," ujar Syifa sambil mengembalikan raport tersebut.

"Iya, sayang. Abi juga sampe kaget tau, abis itu dia senang sekali. Sampe katanya nanti malam dia bawain sesuatu buat kamu sebagai hadiah," jelas Uminya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 26, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

PesantrenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang