Teman Baru

28 4 0
                                    

12.00 tengah malam -  Club - Jakarta

Seminggu sudah sejak kejadiaan naas pernikahan yang gagal antara Fauzan dan Sarah.
Fauzan kembali ke Ibu kota dengan perasaan penuh luka. 
Selama seminggu pula Fauzan tidak pernah absen datang ke Club milik salah satu sahabatnya.

Bukan hanya karena cintanya yang gagal.  Melainkan reputasinyalah yang dia khawatirkan akan hancur dan kehormatannya sebagai seorang pria juga cukup terluka.  Sebagai public figur jelas membuat kisahnya menjadi topik pembicaraan dimana-mana. 

"wah aku bisa kaya karena uang mu Zan" seorang pria tampan mendekati Fauzan.  Lebih tepatnya pria super tampan yang membawa sebotol minuman malam kelas dunia.  "Aku senang kau selalu datang tapi jangan terlalu sering juga.  Kau bisa bangkrut" lanjutnya dengan tawa kencang.

Fauzan hanya mendelik tidak ingin repot meladeni ucapan teman sialannya.

"aku sedang tidak mood meladenimu Austyn"

Orang yang baru datang itu adalah pemilik dari club malam yang selalu di datangi oleh Fauzan.  Namanya Austyn Milokha,  perawakan bak makhluk penggoda tercipta sempurna di setiap lekuk tubuhnya.  Austyn sangat tampan, gagah, pintar berbisnis,  dan berprilaku sangat ramah pada siapapun tanpa terkecuali.

Entah sudah berapa gelas telah di teguk habis oleh Fauzan.  Perasaan marah, menyesal, dan kecewa terus menyeruak di relung hati.  Ingin sekali dia meluapkan segalanya.  Tapi bila dia melakukan hal itu maka provesinya akan terganggu.

"sudahlah kawan.  Masih banyak wanita di dunia ini" Austyn merangkul tubuh ringkih Fauzan mencoba menyalurkan kebahagiaan pada sahabatnya.

Ditengah hingar bingar musik dan lampu kilat,  seorang wanita tengah fokus memperhatikan ke arah Fauzan dan Austyn.  Beberapa menit kemudian senyum mengembang di bibirnya.  Dia berlari kecil mendekat tanpa mempedulikan umpatan orang yang tidak sengaja tertabraki.

"Mr. Fauzan" seseorang berbisik tepat di depan telinga Fauzan.  Membuat bulu kuduk berdiri.

Fauzan repleks berbalik menengok si pemilik suara.  "shittt...  Siapa sih?" sejenak Fauzan mengerutkan kening. Mengingat siapa wanita cantik berpakaian manis ini.  "Milly?"

Millyra memutar bola mata.  Jengah dengan keterlambatan laju pria tampan di hadapannya. 
"iya ini aku Millyra.  Masa udah lupa sih?  Baru juga seminggu"

Fauzan manggut-manggut dan kembali berbalik melanjutkan acara minum meminum yang tertunda. Berkali-kali Austyn memaksa Fauzan untuk berhenti tapi hasilnya percuma saja.  Fauzan bukanlah orang lemah yang mudah di bujuk apalagi di paksa.

"emmm hey" Milly menekan jari telunjuk beberapa kali ke lengan Austyn.  Ingin berkomunikasi tapi takut-takut karena belum saling mengenal. 

"ada apa gadis manis? " Austyn tersenyum merespon usaha PDKT Milly.

Milly agak tercengang dengan ke ramahan Austyn.  Ternyata selain tampan,  Austyn juga memiliki sifat bak Malaikat.

" berapa gelas yang sudah dia minum? "

" mungkin satu atau dua..... " sejenak Austyn nampak berpikir mengingat setiap jumlah tegukan Fauzan "yah kira-kira segitulah"

Milly tertawa riang meragukan ucapan Austyn sedangkan Austyn masih di posisi santai memperhatikan Milly. 

" mana mungkin satu atau dua gelas bisa membuat dia repot begitu.... " seketika Milly menghentikan ucapan saat Austyn masih dengan gaya super slow menimpali kesimpulan Milly.

" Botol " satu kata ringan dan cukup mencengangkan .

" apah? " Millyra tidak mampu berkata apa-apa lagi.

Perlahan tapi pasti gadis imut itu menuruni kursi bar mendekati tempat Fauzan tersungkur.  Milly mulai mengangkat telapak tangan mungilnya,  menempelkan tepat di rahang Fauzan. Milly memandang sendu ke arah Fauzan.  Selama dua puluh satu tahun hidupnya baru kali ini dia melihat sorot kekecewaan yang begitu besar dari seorang pria.

"berhentilah ka.  Jangan rusak dirimu" Milly mengusap dengan sengat lembut sebelah pipi Fauzan.

Fauzan memejamkan mata menerima setiap sentuhan perempuan yang baru dia kenal tepat seminggu yang lalu.  Rasanya sedikit damai saat ibu jari Milly bergerak di bawah matanya.

"ayo biar ku antar pulang" kini giliran Milly yang mengatakan akan mengantar Fauzan pulang.

Entah angin dari mana Fauzan menjadi pria penurut malam ini. Fauzan menuruti semua perintah Milly,  bahkan Austyn sampai menggerutu karena ucapannya tidak pernah di dengar. Austyn merasa Fauzan lebih menghargai orang baru ketimbang dirinya yang sudah menemani Fauzan dari SMA.

***

Beruntunglah Austyn masih mau membantu Fauzan.  Austyn mengangkat dan mengantar Fauzan sampai ke dalam kamar Apartemennya di bantu oleh Milly yang juga ikut memapah,  menjaga Fauzan di kursi belakang mobil bahkan ikut ke Apartemen Fauzan hanya untuk memastikan Fauzan selamat sampai tujuan.

"sepertinya aku dan Fauzan baru saja mendapat  teman baru"

Austyn dan Milly tengah duduk bersandar di sofa ruang tengah.  Masih di dalam Apartemen milik Fauzan. 

"siapa?" Milly sedikit memejamkan mata mengistirahatkan kepeningan di otaknya.

"tentu saja kau.  Aku iri pada Fauzan karena  menemukanmu lebih dulu" Austyn tersenyum memandang langit-langit.

"tenang saja, aku menerima permintaan pertemananmu ko"

***

Tbc yah...
Jangan lupa tinggalin jejak
Kalo suka ya aku seneng
Tapi kali gak suka coba aja baca dulu siapa tahu nanti jadi suka hehehe
Ig : Putririnimus
Loveeee💞💞💞

When i meet "Fauzan" Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang