02. Apa sih apa?

516 87 2
                                    

10.30

Kring....

Aku bernafas lega, setelah tadi ulangan matematika mendadak, dan setelahnya lagi harus menyaksikan pak Jaehwan menerangkan materi sejarah, akhirnya jam istirahat datang.

Aku membereskan buku-buku punya ku yang berserakkan di atas meja, lalu memasukkannya kedalam tas. Chaewon pun sama halnya dengan ku.

"Chae Chae apa yang Won? Chaewon~ ke kantin yuk~" ajak ku, Chaewon malah menggeleng.

"Tadi bawa bekal, say to the ton," jawab Chaewon, sembari mengeluarkan kotak makan miliknya dari dalam tas. Tau gini aku juga bawa bekal.

"Na Na apa yang Ana? Ana~ pinjem tempat duduk dong~"

Aku berbalik, mendapati Felix dibelakang ku yang sedang memegang kotak bekal juga. Dasar, kompakan bawa bekal.

Aku berdiri dari tempat duduk ku, mengijinkan Felix duduk disamping Chaewon. Ini memang udah biasa. Kadang aku iri sama Chaewon dan Felix, selalu aja mau kompakan, dasar bucin.

Aku mah apa, boro-boro punya pacar, baru aja mau naksir doi, doinya udah ditakut-takuti sama kak Hangyul duluan. Lalu, setiap kali aku kesel karna kak Hangyul nakut-nakuti calon doi aku, kak Hangyul malah jawab;

"Uji nyali aja. Masa pacarnya bisa liat setan, dianya malah takut setan."

Huft.

Kalau terpikir kejadian itu, aku selalu menatap kak Hangyul sinis, dan kak Hangyul malah menatap balik dengan ekspresi kebingungan. Tapi, aku gak mau melakukan hal itu disekolah, nanti malah disangka kurang waras.

Aku mengambil ponsel ku yang kini telah berada di saku seragam, mengetik beberapa kalimat di kolom pesan. Kalau gak mau disangka gila, ini jalan satu-satunya buat bicara sama kak Hangyul.

"'Kak, temenin ke kantin.' Yaudah ayok," kata kak Hangyul yang tadi sempat membaca pesan ku.

Biar pun kadang kesel sama kak Hangyul, tapi berkat kak Hangyul aku jadi gak kesepian kalo mau kemana-mana.

Selama dijalan, aku gak mau bicara sama sekali. Kalo keadaannya udah sepi atau gak ada orang, baru aku buka suara.

"Tadi malah diem pas gue ngebacot," ledek kak Hangyul, aku ngejawabnya cuma haha hihi doang.

Pas nyampe kantin, kantinnya bisa dibilang penuh. Ya, terpaksa cuma beli snack dan makan dikelas aja, babay soto.

"Na, diujung sana kosong, orangnya baru pergi," kata kak Hangyul, sambil nunjuk-nunjuk salah satu meja di kantin.

Bener sih, mejanya kosong, tapi mentok di dinding trus kayak terisolir gitu. Siapa yang bakal tahan?

Aku nyuruh kak Hangyul buat duduk dikursi itu. Kalau ada yang mau ngambil tempat aku itu, siap-siap aja ngeliat garpu sama sendok terbang.

Setelah mengantri yang cukup panjang, akhirnya aku bisa dapat soto ayam mang Jisung. Astaga, seneng banget, udah lama gak makan soto soalnya, padahal cuma soto.

Aku naruh sotonya di meja, orang-orang ada yang ngeliatin aku kayak kasian atau gimana gitu. Aku makan sotonya sendiri soalnya, sementara yang lain ada temen makan.

Oke, ingatkan aku untuk harus memperbanyak main sama manusia, daripada main sama kak Hangyul.

"Permisi, boleh duduk sini gak?"

Aku mendongak, mendapati kak Yohan yang lagi memegang sotonya juga. Hsjsjsjsjsjsjsjk, kenapa harus kak Yohan?

Aku mengangguk, kemudian kak Yohan duduk disebrang ku, dia juga lagi sendirian kayaknya.

Soul; Lee HangyulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang