Perihal jarak? Tak siapapun di dunia ini yang mau dipisahkan oleh jarak. Tetapi ini akan menjadi jalan terbaik,
agar mereka paham akan makna Rindu yang sebenarnya
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~Selepas sholat subuh tadi, Kayla memutuskan untuk langsung memakai seragam khas anak SMA yaitu putih biru. Setelah selesai, ia pun langsung keluar dari kamarnya
"Bun, Kayla pamit pergi sekolah dulu ya, assalamualaikum" pamitnya hendak melangkahkan kaki keluar rumah, tetapi terhenti karena terkejut kala melihat ayah dan bundanya sudah ada diluar dengan memakai pakaian rapih seperti ingin bepergian.
"Lohh ayah sama bunda mau kemana? Kok tumben pagi gini udah pada rapih" tanyanya tampak heran, sepertinya ia lupa akan janjinya kemarin.
"kamu lupa, Kay? Hari ini kan nak Panji, mau berangkat ke Timika." Ucap Sri, mengingatkan anaknya yang memiliki kebiasaan buruknya.
"Astagfirullah, Kayla lupa, yah." Pekiknya menepuk jidat, "jadi gimana yah, bun? Hari ini kan, Kayla masuk sekolah." Ia mulai kebingungan, memikirkan antara janji dan pendidikannya.
"Udah ayo, ayah sama bunda, udah telpon pihak sekolah. Dan bilang, kalo kamu hari ini masih belum bisa masuk." Terang Sri, yang sudah sedari pagi menghubungi pihak sekolah untuk meminta izin.
"Alhamdulillah, yaudah ayo bun, Kayla takut telat." Ujarnya dengan langkah tak sabar.
Kayla, Sri dan Ridwan, pun langsung naik ke dalam mobil taksi, yang sebelumnya sudah dipesan oleh mereka.
Sementara di sisi lain, seorang lelaki tengah sibuk berbolak-balik arah. Hatinya gelisah dan raut wajahnya tampak kacau.
"Buk, sepertinya Kayla ga bakal dateng deh. Soalnya, setengah jam lagi Panji bakal berangkat." Gumamnya dengan raut sedih
"Sabar le, ibu sama ayah yakin, kalau Kayla pasti datang." Ujar Yuni, mencoba untuk meyakinkan putranya itu.
"Iya Nji, ayah juga yakin, pasti Kayla datang kok." Sambung Bayu - ayahnya Panji.
Meski berat, ia tetap mencoba untuk berpikir optimis.
Tak terasa tinggal 10 menit lagi waktu yang tersisa, rasa cemasnya pun timbul lagi. Sebab sosok wanita yang sedari tadi ditunggu, tak kunjung datang dan ia pun memutuskan, untuk berpamitan kepada kedua orang tua nya saja.
"Yah, buk, Panji pamit. Ridhoi setiap langkah anakmu ini, agar selalu dilindungi dan dijaga oleh Allah swt." Pamit nya dengan berat hati.
"Loh Nji, masih ada waktu 10 menit lagi untuk menunggu, kok nyerah sih?" ujar Yuni yang tak percaya dengan keputus-asaan putranya.
"Iya Nji, tunggu lah sebentar lagi. Ayah yakin, pasti Kayla datang." Sambung Bayu, yang terus saja mencoba meyakinkan putranya itu.
Panji tersenyum, mencoba untuk tetap tegar. "Sudah lah yah, buk, Panji juga ga papa kok, kalo Kayla ga datang. Oh iya, titip salam sama Kayla dan keluarganya ya. Manatau nanti ibu dan ayah punya waktu luang untuk berkunjung kerumah mereka." Pesannya, Yuni dan Bayu hanya bisa menggangguk.
"Yasudah, kamu hati-hati. Ayah sama ibu, akan selalu mendoakan yang terbaik buat anak kami. Jaga kesehatan, tetap jadikan Allah swt. sebagai tempat berlindung dan memohon ampun." Pesan Sri yang masih tetap sama, ketika hendak melepas kepergian suami dan anaknya untuk menjalankan tugas negara.
Mencium tangan kedua orangtuanya secara bergantian lalu setelahnya mengucapkan salam terakhirnya. "Assalamualaikum"
"Wa'alaikumsalam warahmatullahi wabarokatuh."

KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Letnan (REVISI)
Teen FictionEst : 12-12-19 Ini adalah sebuah kisah tentang pengabdian Abang beradik untuk negara. Tanpa disengaja mereka terlibat dalam sebuah kisah cinta segitiga dimana mereka mencintai gadis yang sama. Gadis yang berasal dari keluarga sederhana, bercita-cit...