Destiny 01 | Perencanaan

51 24 52
                                    

•••••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•••••

Rambut panjangnya bergerak tak beraturan saat ia merasakan hembusan angin sepoi yang juga menerpa wajahnya. Tepat di balkon kamarnya, ia menikmati sejuknya angin sore sedikit malam yang kian terasa menenangkan. Gadis yang bernama Victorea de Enject atau yang kerap disapa Rea itu, perlahan menghirup udara sebanyak-banyaknya melalui hidung mancungnya yang bertindik.

Matahari telah terbenam sejak duapuluh menit yang lalu, namun Rea sama sekali tak menghiraukan keadaan kamarnya yang saat ini terlihat sangat gelap.

Hingga beberapa menit kemudian, terdengar suara teriakan heboh dari arah pintu kamarnya.

"Oh Moon Goddes! Apa yang terjadi dengan penghuni kamar ini." Seseorang itu berjalan menghampiri Rea.

Seseorang itu bernama Arianna Grissham atau kerap disapa Anna. Anna merupakan sepupu sekaligus sahabat terbaik Rea.

Yah, memang benar. Sedari Rea terlahir sebagai vampire, dirinya telah diasuh dan dibesarkan oleh Paman dan Bibinya. Rea bahkan sudah dianggap sebagai Putri kandung oleh Paman dan Bibinya. Paman dan Bibinya tidak pernah membedakan dirinya dengan kedua Anak mereka, mereka memperlakukan Rea dengan sangat baik.

Layaknya anak kandung, Paman dan Bibinya bahkan memberinya fasilitas yang setara dengan Anak kandung mereka.

"REAAAA!" Anna sengaja berteriak tepat di telinga Rea, membuat si empunya refleks tesentak kaget.

"Tidak bisakah kau berbicara tanpa harus berteriak? Kau membuat telingaku sakit!" Balas Rea sembari memegangi telingannya.

Anna tertawa meledek. "Memangnya telingamu bisa mendengar suara pelanku, hum?" Sindir Anna disela tawanya.

"Ya ya terserah." Beradu mulut dengan Anna memang tidak akan ada habisnya, karna pada akhirnya Rea lah yang harus mengalah. "Ada apa?"

Anna membuang napasnya perlahan. "Apa kau tidak lihat sekarang pukul berapa?"

"Pukul enam sore, lalu?"

"Lalu?" Anna membeo perkataan Rea. "Rea, astaga! Kau membuatku harus lebih bersabar." Anna menepuk dahinya pelan.

"Memangnya kesalahan apa yang telah kuperbuat?" Rea bertanya sedikit bingung.

"Mom dan Niel sudah menunggumu untuk makan malam, sejak limabelas menit yang lalu. Dan kau tak kunjung keluar dari kamar berhantumu ini." Jelas Anna panjang lebar.

"Oh."

Mendengar jawaban singkat dari Rea, mulut Anna pun membulat sempurna.

"Dan lihat ini! Apa kau berniat ingin menambahkan satu tempat untuk bersarangnya para hantu? Gudang di belakang rumah saja masih lebih baik dari kamarmu, Rea." Anna pun mulai menyalakan lampu kamar Rea satu persatu.

D E S T I N YTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang