Penutup

55.2K 476 83
                                    

Telah beberapa bulan sejak perselingkuhanku dengan Pram yang betul-betul nyata itu terjadi. Akan tetapi, perselingkuhan itu tidak berhenti di hari itu saja, melainkan terus berlanjut. Sesekali, Pram yang datang ke kamarku, dan sesekali aku yang mendatangi kamar Pram. Semuanya kami lakukan di malam hari setelah training. Bukannya menyesal, tapi malah kami melakukannya dengan semakin bersemangat, dan saling mengekspos diri satu sama lain dan mencoba hal yang baru bagi kami.

Memang jika dipikir-pikir, kesetiaan itu betul-betul hal yang aneh. Disatu sisi, kita ingin setia kepada pasangan kita. Akan tetapi, di sisi lain, kita pun setia pada perasaan kita yang mencintai orang lain selain pasangan hidup kita. Betul kata Pram, kita selalu setia kepada perasaan kita. Kesetiaan pada pasangan hidup kita, bukanlah kesetiaan karena jika kita menyangkal hati kita yang juga mencintai orang lain, namanya berarti kita bukan setia. Kesetiaan pada pasangan hidup kita itu adalah integritas, yaitu integritas untuk tidak melukai perasaan pasangan hidup kita. Tidak melukai perasaan pasangan hidup kita tentunya adalah bagian dari cinta. Dengan demikian, apakah kita tidak setia terhadap cinta kepada pasangan hidup kita? Hah, dipikirkan jadi pusing. Kesetiaan itu memang hal yang rumit.

Hari ini adalah hari terakhir kita training di Jakarta. Besok, pesawat kami masing-masing akan berangkat menuju kota kami masing-masing. Pesawatku besok berangkat jam 7.15, sedangkan pesawat Pram berangkat jam 5.30. Aku sekarang sedang merenung. Besok, aku akan kembali bertemu dengan keluargaku. Akan tetapi, dengan perselingkuhan yang telah kulaksanakan itu, masih pantaskah aku bertemu dengan mereka? Aduuh, memikirkan itu malah jadi eneg sendiri. Entah kenapa aku sudah tiga hari ini merasa eneg. Kemungkinan besar diakibatkan oleh aku dan Pram selalu begadang demi mengungkapkan cinta kami masing-masing. Sudah tiga hari ini kami sangat intens bersetubuh, bahkan sampai dua sampai tiga ronde. Akibatnya tentu saja kami jadi kurang tidur.

Pintu kamar mandi pun terbuka, dan Pram keluar dari kamar mandi tanpa mengenakan handuknya sama sekali. Ia baru saja selesai mandi. Tubuh kekar dan wajah tampannya tetap tidak berkurang sejak pertama kali kami mengungkapkan cinta kami, bahkan sekarang ia terlihat lebih tampan. Memang tidak salah lagi, aku betul-betul telah jatuh cinta kepadanya, positif.

Ia pun duduk disebelahku, dan kemudian mencium bibirku. Setelah melepaskan ciumannya di bibirku, ia merangkul pundakku.

“Mikirin apa, sayang?” Tanya Pram.

“Nggak. Besok pulang ya.” Kataku.

“Iya. Kita kayanya ga bisa ketemu lagi ya.” Kata Pram.

“Iya, sebaiknya begitu. Demi kebaikan keluarga kita berdua.” Kataku.

“Aku akan kangen sama kamu, sayang.” Kata Pram.

“Hahaha.” Tawaku singkat.

“Emang kamu ga akan kangen sama aku?” Tanya Pram.

“Ngapain kangen sama orang yang suka bugil kaya kamu? Baju aja nggak dipake-pake daritadi.” Kataku.

“Yaudah, aku pake baju deh ya.” Kata Pram.

“Eh tunggu. Emangnya...” Kataku.

“”Kita ga mau bercinta dulu”. Begitu?” Tanya Pram.

“Yeh, Siapa yang mau?” Tanyaku.

“Kalau begitu aku yang mau deh.” Kata Pram sambil kemudian mendorong tubuhku ke ranjang.

Kini, aku sudah telentang di ranjang. Pram yang daritadi sudah telanjang pun langsung menindih tubuhku dan mencium bibirku. Aku pun juga ikut balas mencium bibirnya. Ooohh, bukan main, ciumannya yang lembut tapi pasti ini lama-lama mulai memanaskan tubuhku. Lambat laun, nafsu birahiku pun kembali naik. Kemudian, Pram melepaskan ciumannya di bibirku.

Kesetiaan, Cinta, Integritas dan Perselingkuhan (21+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang