"Bakat bukanlah sesuatu yang bisa dipaksakan."
===Tryin' to be Loved===
2019
Redza berdecak kecil sebelum menghela napas kasar. Ia menatap ayahnya yang duduk di kursi ruang tamu. "Aku nggak mau, Pak. Aku nggak cocok ikut di bidang kayak Bapak."
"Terus, kamu pikir pekerjaan yang ditawarkan selepas kamu lulus dari jurusanmu itu bonafit? Mau jadi kamu? Illuminati?" Suara lelaki paruh baya itu terdengar meninggi.
"Ilustrator, Pak." Redza menghela napas, jengkel. "Pokoknya kalo bapak mau maksa aku buat nyaleg, aku nggak mau!"
Redza mengacak rambut, ia tidak habis pikir dengan sang ayah yang tiba-tiba memintanya untuk mencalonkan diri menjadi anggota legislatif di DKI Jakarta. Redza tahu, karir ayahnya di bidang politik mungkin cukup baik, tapi bukan artinya Redza harus bekerja pada bidang yang sama. Terlebih lagi, Redza sama sekali tidak tertarik untuk masuk pada bidang yang penuh cobaan itu.
Lagipula, bakat bukanlah sesuatu yang bisa dipaksakan. Menurut Redza, politik bukan bidangnya. Mungkin satu-satunya bakat yang ia miliki di bidang politik adalah meraup semua keuntungan dan bersembunyi di balik wajah datarnya.
"Kamu ini gimana sih? Bapak nyuruh kamu kamu kayak gini juga buat kepentingan kamu, Redza! Coba kamu lihat, banyak juga anak muda yang maju ke DPD dan DPRD. Bahkan ada yang masih kuliah seperti kamu. Kalo mereka bisa, kenapa kamu enggak?" Sekarang sang Ayah sudah menggeleng tak habis pikir. Memiliki anak keras kepala dan sulit menerima pendapat orang lain bukanlah hal mudah.
Melihat ayahnya yang masih bersikukuh, Redza mengacak rambut. "Kalau mereka bisa, kenapa harus aku?" Lelaki itu bersungut dan mulai beranjak pergi menuju kamarnya yang terletak di lantai atas.
"Kamu itu kalau diomongin orang tua nggak pernah nurut! Kamu pikir bisa jadi apa kamu kalo nggak ada bapak?" Lelaki paruh baya itu menhela napas kasar ketika menyadari Redza tidak menanggapi perkataannya sama sekali. "Kalau bapak nggak ada, kamu bisa apa, hah? Bapak ini udah tahu hidup itu susah, kamu dikasih enaknya aja nggak mau."
Redza menggeram. "Ah! Terserah Bapak, lah! Aku nggak peduli."Redza menghentakkan kaki dan mengacak rambut sebelum membanting pintu kamarnya.
"Dasar kurang ajar! Kalo kamu yakin banget bisa sukses pake usahamu sendiri, kamu pergi aja dari rumah ini! Jangan pernah pulang sampai kamu udah beneran sukses!"
Redza menggeram saat mendengar teriakan menggelegar milik ayahnya dari lantai bawah. Kalau saja mengumpat pada orang tua itu diperbolehkan, mungkin Redza sudah mengeluarkan deretan nama binatang dan mahluk astral yang masih tertahan di ujung lidahnya.
Lelaki itu mengambil ransel besar yang ia letakkan di atas lemari dan mulai memindahkan baju dari lemari ke dalam ransel itu. Redza memang sedang terbawa emosi, tapi kondisi seperti ini sudah ia perkirakan sejak lama.
Ayah Redza tidak pernah mengizinkan lelaki itu untuk memilih kuliah dengan jurusan DKV, sedangkan Redza tidak akan pernah memilih untuk menekuni politik seperti yang sang ayah inginkan. Menurut Redza, politik hanya sekedar ego dan ambisi dari ayahnya saja. Entah apa yang ingin sang ayah tunjukkan, tapi Redza sama sekali tidak tertarik dengan bidang itu. Redza memang tidak terlalu pintar, tapi ia tahu apa yang sedang ia lakukan, dan Redza merasa kalau pilihannya tidak akan salah.
Lelaki itu menutup tas sebelum menyampirkannya di punggung dan keluar kamar dengan tergesa-gesa. Redza sempat merasakan pandangan tajam milik sang ayah saat ia bergerak menuruni tangga. "Redza pergi."
***
Redza berdecak kesal, sudah hampir tiga puluh menit ia terduduk di teras rumah Qori —teman Redza— dan tidak kunjung dibukakan pintu oleh penghuni rumah itu. Malam yang semakin larut ditambah dengan tas ransel berukuran besar yang terletak di samping Redza membuat tukang jaga kompleks selalu menatap Redza diam-diam dan Redza tidak nyaman dengan hal itu.
![](https://img.wattpad.com/cover/189560970-288-k444078.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Tryin' to be Loved (Sudah Terbit)
RomanceAda lima tahap untuk jatuh cinta. Pertama, kamu harus bertemu dengan orang yang tepat. Kedua, kamu akan merasakan bagaimana jantungmu berdegup kencang atau wajahmu yang perlahan memanas saat bersamanya. Ketiga, kamu mulai menyangkal perasaan sukamu...