Chapter 7

2.9K 318 10
                                    

.

..

.

..

.

Mata yang sekarang hampir menyerupai ruby tersentak terbuka.

Langit-langit dari kayu tua terlihat berdebu diatasnya. Dia berkedip beberapa kali untuk menyesuaikan cahaya yang masuk ke dalam matanya.

Dia bangun hanya untuk merasakan sakit dibahunya.

"A-au, " Aneira meringis melihat bahunya yang dibalut perban memerah.

"Ah, aku digigit rubah gila itu, " Gumamnya.

Clek!

Pintu terbuka menampakkan seorang gadis dengan telinga rubah dikepalanya. Rambutnya berwarna coklat Oranye. Mata yang mirip dengan hewan itu membulat terkejut.

"Kamu sudah bangun?! "

"Halo, "

"Ah! Halo? Oh tidak! Lukamu kembali terbuka! "

Gadis itu berlari mendekat dan membuka nakas, mengambil perban baru.

Aneira diam, membiarkan gadis didepannya bekerja.

"Siapa namamu? " Tanyanya.

"Namaku Fii, "

"Nama yang bagus, " Ucap Aneira dengan senyum kecil menatap Fii.

Wajah Fii memerah karena pujian. Dia menunduk dan kembali melilitkan perban dibahu gadis perak itu.

"Te-terima kasih, kamu juga memiliki nama yang bagus. Aneira, seperti nama peri, "

"Apakah Lily memberi tahumu? "

"Ya, selesai. Aku harap jangan terlalu sering bergerak, atau itu akan membuka luka mu kembali, "

"Terimakasih, "

Clek!

Pintu kembali terbuka, sekarang menampakkan Lily. Fii segera bangun.

"Aku akan pergi, " Ucapnya. Dia melewati Lily. Lily menatap kepergian Fii disudut matanya.

"Bagaimana keadaan anda? "

"Baik, berapa lama aku tidur? "

"Dua hari setelah kita sampai di gerbang, "

"Itu lama, apa ada suatu informasi? Cukup memalukan bahwa kita baru saja sampai dan membuat keributan, "

Lily duduk di kursi, dan melipat tangannya.

"Anda diserang oleh salah satu cucu kepala desa. Gadis tadi adalah saudari kembarnya. Yang menyerang anda adalah Fang. Dia memang dikenal suka menyerang seseorang secara acak. Beberapa orang telah menjadi korban. Dari yang saya rasakan mereka yang menjadi korban memiliki keterikatan dari para Pahlawan. Saya merasakannya walau sedikit, " Lily meletakkan tangannya didada kirinya untuk merasakan jantungnya sendiri.

"Mungkin keturunan dari Pahlawan berada disini, walaupun mereka tidak menyadarinya. Lebih baik diam untuk ini. Tentu saja para pahlawan pasti memiliki keluarga dan mereka tersebar selama ratusan tahun ini, " Jelas Aneira.

Wajah Lily terlihat bingung dan ragu, tangannya menggenggam ujung rok nya gelisah.

"Sebenarnya nona Statacia. Saya bingung dengan apa yang saya rasakan. Saya ingin menanyakan ini saat pertama saya menggunakan tubuh manusia. Saat anda memeluk saya, saat melihat seseorang yang menuntun kita, saat melihat anda terluka, dan saat melihat anda tidak terbangun, " Lily menatapnya bingung.

Rasa hangat mengalir di kedua pipi peri itu. Iris hijau itu mengecil. Dia berusaha menghapus air matanya.

"Lihat? Apa ini? " Tanya Lily dengan suara bergetar.

Aneira sama bingungnya. Tapi segera berfikir,. dia adalah roh selama ratusan tahun, yang dia lakukan adalah menunggu.. Dia bingung dengan tubuh manusia yang memiliki banyak emosi..

Tangan pucat mengusap rambut coklatnya dengan lembut.

"Kamu menangis. Itu adalah yang disebut emosi. Semua makhluk hidup memilikinya, maafkan aku tidak memikirkan nya saat memberimu raga. Emosi atau perasaan. Hatimu sakit, pikiran mu kacau, itu adalah salah satu anugrah dan karma yang diberikan Tuhan untuk makhluk hidup. Tapi tenang saja tidak semua sakit, seperti saat aku memeluk mu bukan? "

Lily menganggukan kepalanya. Aneira melebarkan tangannya.

"Kemarilah, peluk aku, "

Lily menatapnya sebentar sebelum memeluk pahlawan didepannya dengan erat.

"Tenang saja, semuanya baik-baik saja, "

Catatan penulis:

~

(15/3/21)














Kedunia novel kusendiri!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang