.
..
...
..
.
Vin Ragfirter, putra pertama dan ahli waris Keluarga Duke Ragfirter. Tumbuh dengan begitu banyak penghormatan tidak membuatnya tinggi hati. Didikan dari sang ibu berhasil membuatnya menjadi seorang Tuan Muda yang hebat. Kerendahan hatinya, Sopan santun dan keahliannya dalam bidang akademis patut diberikan penghargaan untuk pencapaian seseorang yang baru berusia 14 tahun itu.
Dalam dirinya dia merasa sudah puas dengan kehidupannya yang damai itu. Kehidupan ini perlu diberikan sebuah senyuman sopan dan dia akan mendapatkan kedamaian setelahnya. Orang tua dan kedua adiknya selalu sehat, sangat jarang dia mendengar masalah yang menimpa keluarganya. Sungguh kehidupan harmonis nan sempurna yang diimpikan semua keluarga.
Semua kesempurna itu berakhir saat dia berencana untuk mendaftar ke Akademi. Ayahnya memperkenalkan dirinya pada Pangeran ke-2 yang seumuran dengannya. Dia pikir ayahnya ingin dia berteman dengan Sang Pangeran. Tapi setelah melihat Pangeran itu, untuk pertama kalinya dia merasa tekanan rasa simpati dalam dirinya sangat ditekan. Rasa simpati yang pernah dia alami sebelumnya tidak pernah dalam tekanan seperti ini.
Tekanan dibahunya membuatnya tersentak. Suara kepala keluarga Duke Ragfirter, ayahnya bergumam dengan dingin. "Akrablah dengan dia, maka sang Ratu akan memandang kita,"
Vin tak pernah dalam tekanan ini. Tekanan dalam simpatinya pada seseorang yang baru ditemuinya dan tekanan ketakutan yang berasal dari ayahnya sendiri.
Pangeran ke-2 adalah pangeran yang selalu dikabarkan sebagai orang yang selalu sakit dan tak pernah menampakan dirinya, itulah mengapa banyak orang yang mempertanyakan keberadaannya. Tapi Vin tidak berharap melihat Pangeran itu dalam keadaan yang sangat sakit. Dia hampir menyangka dia menatap boneka hidup, matanya kosong tak terlihat sedikitpun bayangan, memar dan luka yang sangat jelek terlihat dari beberapa perban yang longgar dan terlepas.
'Apa yang mereka perbuat padanya?'
Napasnya tercekat saat mata biru kusam itu menatapnya.
"Oh~ sayang, jangan takut dia tak akan menggigitmu," Ucap seseorang dibelakangnya sebelum berkekeh.
"Yang mulia Ratu, maaf--"
"Sssttt-- Kau anak yang baik bukan? Anak baik tidak banyak bertanya karena dia akan menuruti, hehem~" Jari-jari wanita itu menari didagunya dan mengangkatnya paksa. Vin meringis karena itu.
"Patuhi saja apa yang ku katakan dan ibu serta adik-adik kecilmu yang manis akan hidup tanpa beban. Cukup kalian berdua, Kau dan ayahmu yang melakukan ini. Bukankah aku sangat murah hati, hem? Hahahahaha!"
Vin yang merasa hidupnya telah ditakdirkan dengan indah, harus melupakan itu. Setidaknya Ibu dan adiknya berada dalam takdir itu. Ayahnya tak lagi seperti yang dia kenal dulu, sekarang ayahnya tak jauh dari seekor anjing Ratu, menggoyangkan ekornya untuk pujian.
Pendaftaran akademi akan di buka sebentar lagi. Dia ingin mendaftar untuk dirinya sendiri bukan untuk melaksanakan perintah. Lalu pangeran itu ditempatkan selalu bersamanya. Rumor buruk Pangeran itu mempengaruhi dirinya juga, tak ada yang ingin menemaninya, tak ada yang menyapanya, tak ada-- tak ada satupun yang diharapkannya datang setelah Pangeran itu berada disampingnya. Tak satu pun.
Lapangan latihan Akademi cukup luas dan sekarang kosong karena semua dalam kelasnya masing-masing. Vin untuk terpertama kalinya membolos, duduk bersandar disalah satu dinding untuk latihan tangannya sibuk memainkan rumput dan mata nya terpejam dengan dahi berkerut. Sudah 1 bulan dia harus menjalani kehidupan akademi yang tak sesuai dengan keinginannya.
Dirinya disulitkan dengan Pangeran itu yang hampir membuatnya gila.
"Akh," Memikirkannya saja sudah membuatnya sakit kepala.
"Vin, " Suara akrab menyapa telinganya.
Pangeran yang tak ingin dipikirkan nya bahkan tak ingin dilihat nya sekarang berlari menghampiri nya.
"Ya, Pangeran ada apa? " Tanya nya dengan dingin. Dia kesal, dia marah, dia membenci nya.
Pangeran itu berhenti saat ditanggapi seperti itu. "Ma-maaf, "
Seorang pangeran meminta maaf pada nya, bukan kah itu suatu yang luar biasa? Tapi tidak jika pangeran itu adalah dia.
"Apa? " Tanya nya lagi.
"Aku hanya melihatmu tidak ada dikelas dan aku mencarimu, " Jawabnya.
Emosi yang dipendam nya meledak seketika.
"HAH?! AYOLAH APA KAU SEORANG GADIS?! " Seorang tuan muda yang Sopan sudah menghilang darinya sekarang.
"ARRGGH! AKU TAK MENGERTI APA YANG KAU PIKIRKAN?! BERHENTI LAH MENGGANGU KU! BERHENTI LAH MENGHANCURKAN HIDUP KU! HIDUPKU HANCUR KARENA KAU! KAU BAJINGAN! " Vin Memelototi nya. Tangannya mengepal dan meninju pipi dari anak seorang raja.
"V-vin? " Bergetar, tapi Vin menatapnya dan melayangkan tinju lainnya. Dia terus menghindar.
"Kau Arthur! "Geramnya, dan untuk pertama kalinya Vin menyebutkan nama Pangeran itu.
Arthur tak lagi menghindar dan sekarang membalas memukul perutnya. Vin melangkah mundur dan menyeringai.
" Kau menyebut namaku? "
"Apa kau tersinggung? "
"Terima kasih, "
"Sebegitu terharunya dirimu hanya aku menyebutkan namamu?! " Vin kembali melayangkan pukulan.
"Ukh! Karena tak pernah ada yang menyebutkan nya secara langsung dihadapanku! "
Mereka terus saling melayangkan pukulan sambil mengungkapkan kekesalan mereka masing-masing.
"Aku juga kesal pada ibuku! Bukan aku tahu apa pun! Aku selalu tak akan mengingat apa yang dia lakukan padaku sebelum aku kesini! Sebelum aku bertemu dengan mu! AKU TAK TAHU APAKAH SEBENARNYA AKU MASIH HIDUP! "
Catatan penulis:
(27/6/21)
KAMU SEDANG MEMBACA
Kedunia novel kusendiri!
Fantasy❗Kemungkinan gak bakal lanjut❗ Typo bertebaran! Update: Minggu / Random Karya original, bukan terjemahan! Yuki adalah bagian dari kelompok pembunuh bayaran, dia berhenti karena suatu alasan. Menulis telah menjadi hobinya. Dia telah menyelesaikan se...