one

129 8 3
                                    


Hyukjae merasa bodoh di tempat ini.

Minggu pagi ini, ia berada di gereja yang berjarak tidak jauh dari rumahnya. Kira-kira sekitar 2 km. Ibunya menyeretnya agar ia datang hari ini. Sebenarnya semalam ia baru saja tidur pukul 3 pagi akibat insomnia dan 7 pagi tadi ia sudah harus duduk di kursi kayu lapuk yang baru saja di cat baru belum lama, ini karena ia masih dapat merasakan bau catnya yang menyengat di hidungnya untuk berdoa kepada Yang Maha Kuasa. Hidupnya sudah cukup dengan banyolan itu.

Ya, keluarganya sangat religius. Ayahnya seorang pengrajin kayu di tengah kota dengan toko kecilnya yang tidak pernah berkembang. Hyukjae bertanya kepada ayahnya mengapa tidak mencari pekerjaan lain jika pekerjaan sekarang sangat tidak memungkinkan keluarganya? Ayahnya hanya berkata "mungkin Tuhan sudah memilih takdirku untuk selalu berada di pekerjaan ini." Takdir yang menyenangkan atau Tuhan ingin melihat kesengsaraan?

Ibunya hanya seorang ibu rumah tangga. Hyukjae berangkat kuliah, ibunya sudah bangun membereskan sarapan keluarga. Hyukjae pulang kuliah, ibunya membereskan makan siang ayahnya yang setiap makan siang, atau mungkin makan sore, datang untuk menemani ibunya. Hyukjae berangkat kerja sampingan di cafe yang tidak jauh dari gereja, ibunya biasanya melakukan pekerjaan rumah seperti menyapu, mencuci piring, dan lain lain. Hyukjae pulang dari kerjanya, biasanya ibunya menyiapkan makan malam. Ia bingung kepada ibunya sendiri apakah ia tidak bosan mempunyai kehidupan layaknya seperti "pembantu" di rumah, Hyukjae hampir ditampar ibunya bertanya seperti itu dan ibunya menjawab "Tuhan ingin aku menjaga keluarga ini tetap utuh dan kuat." dan Hyukjae bertanya dalam hati, apa maksudnya?

Hyukjae juga mempunyai satu kakak perempuan yang berbeda 3 tahun dari dirinya. Setiap malam, biasanya kakaknya akan berdebat dengan dirinya agar ia melaksanakan doa malam sebelum tidur. Biasanya Hyukjae akan diperangkap dengan 2 kotak susu stroberi di ruang keluarga dan ketika ia mengambil dan berniat untuk menuju kamarnya, keluarganya sudah melingkarinya agar mengikuti rutinitas malam tersebut. Ketika Hyukjae bertanya apa gunanya berdoa di malam hari sebelum tidur ini, kakaknya akan menjawab "Memohon kepadanya agar tidak terjadi sesuatu yang tidak memungkinkan di malam hari."

Saat Hyukjae bertanya semua hal yang berhubungan dengan Tuhan, pasti semua jawaban akan mengarah ke takdir. Saat Hyukjae tau takdir hidupnya selalu buruk, mengapa ia tidak mencoba untuk meminta bantuan kepada-Nya?

Hyukjae selalu berpikiran setiap sesuatu yang tidak ia lihat, berarti tidak nyata.

Dan disinilah dia memegang alkitab dengan mata yang mengantuk dan suara seorang pendeta di depannya yang tidak berhenti berbicara kira-kira sudah 30 menit lamanya.

"Tuhan memberikan semua petunjuknya kepada para malaikat. Malaikat itu nyata dan ia bahkan tau segala kegiatan yang kalian lakukan, termasuk berada di gereja ini minggu pagi ini. Tidak semua malaikat baik. Mana mungkin di dunia ini hanya terdapat kebaikan, dan ada satu malaikat yang membangkang perintah dari Tuhan. Akhirnya ia..." dan seterusnya berlanjut sampai Hyukjae sadar di belakang pendeta tersebut terdapat seorang pria. Tidak jauh tinggi darinya dengan mantel biru disertai dasi cokelatnya. Hyukjae tidak tahu mengapa tapi ia merasa bahwa pria itu menatapnya. Hyukjae menatap ke belakang untuk mengetahui apakah pria itu menatap orang lain atau tidak, tetapi Hyukjae berada di kursi paling belakang, mana mungkin ada seseorang.

Pria itu berjalan disamping pendeta tanpa ada yang memarahinya. Hyukjae memandang sekitar untuk melihat apakah tidak ada yang sadar dengan kehadiran pria itu? Apakah karena ia kurang tidur memungkinkannya untuk menjadi berhalusinasi?

Pria itu semakin dekat dengan tatapan yang memang jelas-jelas menatap Hyukjae, dalam. Hyukjae mulai ketakutan. Ia memandang ibunya yang berada di sebelahnya untuk meminta bantuan tanpa bersuara. Namun nihil, ibunya sangat fokus ke arah pendeta dan Hyukjae semakin was-was.

Hyukjae mencubit tangan kanannya kuat-kuat untuk berpikiran apakah yang ia lihat nyata atau tidak, tetapi sekuat apapun ia melakukan hal tersebut, pria itu semakin dekat dengannya yang membuat Hyukjae ingin pergi dari tempat duduknya.

Pria itu sudah berada di depan mata Hyukjae. Ia hanya diam tanpa bersuara menatapnya seakan-akan ia adalah makhluk yang harus dilindungi di seluruh muka bumi ini. Hyukjae sudah mulai berkeringat dingin. Bahkan menelan ludahnya sendiri saja adalah kesulitan tersendiri untuknys saat ini. Hyukjae menarik baju ibunya untuk meminta bantuan, ia malah mendapat pukulan di tangannya yang membuatnya menyerah apa yang akan dilakukan pria di depannya ini.

Tiba-tiba pria itu mengangkat kedua jari tangannya dan mengarahkannya ke dahi Hyukjae. Tangan Hyukjae bergetar setengah mati melawan ketakutannya. Apakah ia akan mati hari ini juga? detik ini juga? bahkan di dalam gereja? Hyukjae merasa spesial memikirkan bahwa dirinya akan mati di tempat yang terlalu suci untuk sebuah badan seperti dirinya.

Jari itu menyentuh dahi Hyukjae. Hyukjae menutup matanya tidak ingin mengetahui kelanjutan selanjutnya.

jadi aku bikin ini story short story dan slow burn
lagi males bikin story panjang-panjang hehe

how's the story, apa harus dilanjut??

angel ; eunhae (on hold)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang