two

80 4 1
                                    


Hyukjae membuka matanya. Yang terlihat hanya hutan antah berantah dengan pepohonan yang rimbun dan suara burung gagak yang nyaring. Langit birunya bahkan tertutup karena rimbunnya pohon disini.

Ia bersumpah dalam hati, inikah surganya? penuh dengan kehampaan? Hyukjae mulai melihat ke sekitar tapi ia tidak melihat siapapun. Hanya ada helaian daun yang berjatuhan dari pohonnya. Tangannya gemetar hebat. Ia tidak mau mati secepat ini. Tidak dengan pembunuhan tanpa adanya darah dan yang pastinya di dalam gereja. Darimana ia dapat pahala untuk mati di rumah-Nya sedangkan percaya pada-Nya saja tidak?

Hyukjae ketakutan setengah mati setelah ia mendengar suara daun kering yang terinjak di belakangnya. Tangannya meremas keras kemeja yang ia pakai tadi untuk ke gereja. Mencoba menelan ludah perlahan, Hyukjae mulai membalikkan badannya sambil menutup matanya takut dengan hasil apa yang akan ia lihat dengan matanya itu.

"Halo, Hyukjae."

Terkaget mendengar namanya, Hyukjae membuka matanya cepat melihat siapa yang berbicara kepadanya. Itu merupakan pria yang berada di gereja tersebut. Hyukjae mundur selangkah demi selangkah ketakutan. Matanya sudah sembab akibat menahan air mata. Sikutnya sedikit terluka tergores oleh beberapa pepohonan karena tidak melihat arah saat melangkah ke belakang.

Pria itu menahan gerakan Hyukjae dengan mencengkram lengannya. Hyukjae berhenti kaku. Lidahnya kelu tidak bisa berbicara karena terlalu gugup dan napasnya berderu tanda panik. Keringat dingin bercucuran dari keningnya.

Mencoba untuk melawan pria tersebut, Hyukjae menarik lengannya agar lepas dari cengkraman pria tersebut. Kekuatan Hyukjae sangat tidak sebanding dengan pria itu. Bahkan pria itu tidak mengeluarkan tenaga sedikitpun dalam menahannya, tetapi ia tetap tidak bisa lepas dari tahanan pria tersebut.

Pria itu tidak berbicara lagi. Ia hanya menatap Hyukjae tajam memperingatkannya 'Jika kau merintangi, aku halangi.'. Hyukjae pasrah dengan apa yang akan pria itu lakukan kepadanya. Ia menundukkan kepalanya menyeka kasar air mata yang sudah tidak bisa dibendung lagi.

"Aku tidak akan melukaimu."

Ucapan pria itu lembut. Bahkan terlalu lembut untuk seseorang yang tidak ia kenal, mencengkram tangannya dengan kasar, dan tanpa merasa bersalah melakukan hal tersebut. Hyukjae bertanya-tanya apakah ia harus percaya pria yang ada di depannya itu atau tidak. Sumpah, ingin hatinya mencoba mempercayai pria di depan, tetapi hatinya menolak mentah-mentah dengan apa yang ia pikirkan.

"S-Siapa kamu?! Untuk apa a-aku disini?! Keluarkan aku!" Hyukjae emosi. Ia bingung dengan apa yang terjadi, apa yang akan terjadi, dan apa yang sebelumnya terjadi. Ia hanya ingin kembali ke orang tuanya.

Pria itu datar. Atau mungkin mencoba untuk tidak terlihat ekspresi, Hyukjae sudah tidak tahu dan tidak peduli lagi.

Tiba-tiba langit hutan tersebut yang tadinya cerah berubah menjadi mendung ke arah gelap dengan petir dan suaranya yang beradu antara satu sama lain membuat Hyukjae menutup telinganya. Matanya juga secara tidak sengaja menutup diri. Namun, saat dia mencoba untuk melihat pria yang ada di depannya tersebut dengan petir itu, Hyukjae terkejut bukan main.

Petir tersebut mengarah ke dua pohon yang memang sejajar berada di belakang pria itu. Tidak, pohon itu tidak mati. Mengalami kerusakan saja tidak. Yang mengejutkan adalah bagaimana cahaya dari petir tersebut dapat memperlihatkannya bahwa pria di depannya itu memiliki sayap. Seperti sayap yang tidak terlihat dengan bulunya yang hitam dan lebat.

Hyukjae tidak dapat mencerna apa yang terjadi.

Petir itu hilang secara mendadak dan langsung kembali ke langit awal yang cerah dan biru. Mulut Hyukjae masih menganga memandangi apa yang terjadi sebelumnya. Apakah mati memang semembingungkan ini?

"Aku Donghae."

Pria itu berkata dengan penjedaan panjang sambil menatap Hyukjae mencoba mendapat keyakinan darinya.

"Aku malaikat yang akan menemanimu selama kau masih mendapat tugas yang Tuhan kirimkan kepadamu."

Mata Hyukjae membulat sempurna. Bukan ini yang ia maksud dari kematian yang sempurna. Ini adalah mimpi terburuk dari semua mimpi terburuk yang pernah ia alami seumur hidupnya.

"A-Apa? Kau bercanda bu-bukan?"

Pria (atau malaikat, Hyukjae sangat tidak waras hari ini) itu mendekati Hyukjae dengan kedataran di wajahnya yang menandakan kemenangan di dirinya. Hyukjae tidak tahu pasti mengapa. Hyukjae ingin sekali lari, tetapi pria itu sudah menahannya secara paksa. Bahkan Hyukjae baru sadar bahwa ia sudah berkali-kali bersumpah dalam hati hari ini hanya karena pria di depannya ini.

"Aku tidak akan membiarkanmu lari," ucapnya dengan jeda. Tangannya mencoba menggenggam lengan Hyukjae lebih kuat untuk meyakinkannya, bukan definisi mencengkram. Namun, Hyukjae tetap saja ketakutan setengah mati. "Aku disini mencoba untuk membantumu selama beberapa waktu kedepan."

Ucapan itu membuat Hyukjae berpikir ke segala arah. Membantu? Membantu apa? Membantu agar ia mati di alam mimpinya lebih cepat lagi? Atau membantu agar lebih cepat dalam penghitungan dosa karena Hyukjae yakin dosanya lebih berat dari sekuntum mawar.

"Apa maksudmu membantu? Bukannya aku sudah mati? Ini hanya mimpiku di alam kubur bukan?"

Seketika ia dapat mendengar suara nyaring di telinganya. Suara itu bahkan dapat membuat otaknya terasa meledak. Hyukjae menutup telinganya rapat lagi. Kenapa hidupnya sesulit ini? Ia ingin meminta bantuan pria yang berada di depannya. Menatap pria itu sendu, Hyukjae mulai menangis kembali merasakan kesakitan yang luar biasa.

Namun, setelah pria itu menjentikkan jarinya, suara tersebut hilang seketika. Hyukjae menatap sekitar sebentar, mencoba mengolah apa maksud semua ini. Ia masih tetap di tempat yang tadi, pria tersebut masih tetap di tempat yang sama, tetapi suara tersebut dapat berhenti hanya dengan jentikan jarinya? Apakah ia benar-benar seorang malaikat?Seluruh pemikiran ada di kepala Hyukjae. Ia melepaskan kedua tangannya dari telinganya tersebut dan darah segar mengalir begitu saja dari telinga menuju telapak tangannya.

Panik. Napas Hyukjae tercekat.

Pria itu langsung memegang kedua pundak Hyukjae sambil mencoba menyadarkannya.

"Kamu tidak mati Hyukjae. Kau hanya berada di duniaku. Surga kecil milikku," astaga, seumur hidupnya saja ia tidak terpikir untuk berakhir di surga dan sekarang bahkan ia berada di surga malaikat?! Dan ternyata malaikat mempunyai surga?!

"Aku membawamu kesini karena Tuhan memberikanmu tugas.

Kau adalah seorang nabi, Hyukjae."












Apa?!

so sorry with the late update! high school sucks and well way too many dramas are waiting for me.

aku ragu dengan yang masih ingin cerita ini lanjut? apakah harus dilanjut?

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 10, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

angel ; eunhae (on hold)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang