Chapter Empat

1K 103 17
                                    

Karena belum sempat menukar kontak dengan Sakura, Naruto meminjam ponsel Sasuke untuk mengirim pesan. Gadis berambut merah muda itu tidak masuk hari ini, dan Sasuke malah bersikap tidak peduli seakan-akan kehilangan—kalau bisa disebut begitu, cincin bukanlah sebuah masalah besar.

Naruto tahu kalau Sasuke bersikap seperti itu karena percaya pada Sakura yang tidak akan menghilangkan barang seperti itu, tetapi bagi Naruto, rasanya aneh saat kehilangan barang yang ia jaga dan sering sekali ia sentuh di balik pakaiannya.

"Aku akan mengembalikannya saat aku masuk besok. Maaf karena aku lupa memberikannya padamu. Cincinnya terselip di saku rokku saat kau membawaku turun waktu itu."

Sasuke dengan tampang datarnya berkata, "Aku sudah bilang bukan? Kau tidak perlu sekhawatir itu."

Mereka berdua tengah berada di taman sekolah, duduk berdua di bangku. Sasuke tidak pernah bersikap manis pada Naruto selain mengikutinya atau berpura-pura tidak peduli padahal peduli saat di sekolah. Wajah stoicnya kadang membuat Naruto kesal karena sikapnya akan berubah drastis saat menginjakkan kaki keluar dari sekolah.

"Kau tidak berpikir cincin itu penting? Aku menganggapnya sangat penting sampai tidak bisa diam!"

"Bukan begitu, Naruto. Kekhawatiranmu itu hanya sedikit berlebihan."

Naruto kembali mengetik di ponsel Sasuke begitu Sakura mengirimkannya pesan balasan.

"Kalau kau sangat khawatir, aku bisa meminta Gaara untuk membawakannya padamu saat jam pulang sekolah. Dia bilang hari ini dia tidak ada kerjaan."

"Apakah tidak apa-apa? Kalau Gaara tidak keberatan, aku akan menunggu di depan gerbang sepulang sekolah. "

"Dia tidak keberatan. Di gerbang sekolah saat jam pulang, oke?"

"Oke."

"Tapi aku harus segera pulang ke rumah. Bilang saja padanya untuk mengembalikan cincin itu besok." Naruto mendengkus menjawabnya. Dia juga bisa bertingkah tidak peduli.

"Aku bisa pergi ada atau tanpamu sekali pun. Tidak perlu repot-repot menungguku mengambil cincin tidak berguna itu." sahut Naruto garang. Sasuke yang duduk di bangkunya menampakkan raut bodoh ketika Naruto meninggalkannya sendirian.

Beberapa detik berlalu, tampaknya Sasuke masih belum mengerti apa yang terjadi. Otaknya memproses lebih lama daripada yang biasa. "...apa dia marah?"

oOo

Kalau mendengar dari teman-temannya yang memiliki kekasih, seharusnya Sasuke sekarang sedang menemaninya menunggu Gaara. Naruto lupa kalau Sasuke tidak seperti lelaki biasanya. Lelakinya itu tidak peka dan mudah linglung jika dihubungkan dengan cinta, sedikit banyak sama dengan Naruto yang tidak mengerti dengan perasaanya sendiri yang merasa kesal.

"Jadi dia benar-benar pergi?" Naruto sakit hati. Setelah pulang nanti, kalau kebetulan Sasuke mampir ke rumah, Naruto akan mendiaminya sampai lelaki itu meminta maaf. Naruto sendiri tidak tahu kenapa Sasuke harus meminta maaf, yang dia ketahui, Sasuke hanya harus minta maaf!

Kepala gadis pirang itu berputar ke kanan dan ke kiri. Sekolah sudah lama bubar sehingga keadaan sekolah terlihat lengang. Naruto berjongkok, berharap yang ditunggu segera datang dan memberikan barang berharganya.

Lewat lima belas menit, sebuah motor ninja berwarna merah terang berhenti di depan Naruto. Pemiliknya adalah orang yang dia tunggu-tunggu yang juga merupakan saudara jauhnya.

"Gaara!" serunya girang yang dibalas senyuman tak terlihat yang terhalang helm.

"Baby girl, di mana lelakimu itu? Biasanya dia akan menendangku jauh-jauh kalau kita sedang bersama."

Wajah Naruto berubah masam. Dia memalingkan wajah dan bangkit dari posisi jongkoknya. "Aku tidak tahu. Jangan bahas-bahas orang itu, aku tidak peduli padanya."

Gaara mengangkat alisnya heran. Dirogohnya saku jaket dan mengeluarkan sebuah benda paling berharga bagi Naruto. Seketika manik biru gadis itu berbinar dan senyumnya tersungging di bibirnya. "Cincinku!"

"Sakura menitipkan maafnya karena membawa barangmu bersamanya. Dia tahu kalau kau sangat khawatir dan memaksaku menemuimu."

"Um!"

Gaara melihat keadaan sekitar yang sepi, mengingat jok belakangnya yang tidak berpenghuni, lelaki itu menawarkan Naruto tumpangan. "Mau ikut denganku? Aku akan mengantarmu sampai rumah." Naruto hendak mengangguk sampai sebuah pesan masuk menghentikannya.

Dari Sasuke, Naruto terlihat enggan ketika membacanya.

"Aku tidak jadi tinggal di rumah. Sebentar lagi aku akan ke rumahmu."

Naruto langsung mengurungkan niatnya untuk ikut Gaara. Dia ingin lebih lama diperjalanan agar tidak segera bertemu dengan Sasuke. "Sepertinya lain kali saja, ada sesuatu yang harus aku beli di jalan."

"Kau yakin? Ini sudah sore dan sebentar lagi malam."

"Tentu saja aku yakin. Sampai jumpa!"

Selepas saudara jauhnya itu pergi, Naruto mulai menyusuri jalan sambil sesekali bernyanyi. Diangkatnya cincin itu dan ditatapnya lekat-lekat. Naruto tidak bisa menahan rasa bahagianya ketika cincinnya itu kembali lagi ke tangannya.

Seharusnya Naruto berhati-hati karena setelahnya, sebuah mobil dengan suara yang kencang melaju dari arah belakang. Suaranya mengejutkan Naruto sehingga pegangan pada cincinnya terlepas.

Wajah Naruto memutih seperti kertas ketika melihat cincinnya yang baru saja dia dapatkan menggelinding dan berakhir masuk ke dalam gorong-gorong.

Habis sudah.

Ponselnya berdering dengan nama Sasuke yang tercetak di sana. Naruto meneguk ludah kering, dengan tangan gemetar mematikan panggilan itu. Tidak sampai di situ, seseorang memanggil namanya dari belakang.

"Naruto? Apa yang kau lakukan di sini?"

Ketika menoleh, Kakashi sensei berada di sana. Wajah Naruto semakin memutih. Kalau dia ketahuan, Naruto tidak tahu lagi apa yang akan terjadi pada masa sekolahnya dan Sasuke yang tinggal sebentar lagi.[]

oOo

Untuk kesekian kalinya, kata bodoh dapat disematkan di kepala Sasuke. Kiba menertawainya habis-habisan, sedang Chouji meminta traktiran atas saran yang dia berikan. Lupakan Shikamaru karena dia juga sama-sama tidak berpengalaman.

"Siapa gadis beruntung yang kau buat marah itu, hum? Jangan bilang kalau dia Naruto!"

Melihat reaksi Sasuke yang tidak menyangkal, Kiba melotot tidak percaya. Dia sudah menebaknya berkali-kali, tetapi reaksinya tetap saja tidak bisa menipu. "Astaga! Sebenarnya hubunganmu dengannya itu apa? Kenapa kalau dia marah kau jadi seperti orang linglung begini?"

"...bisakah kau hanya memberitahuku cara agar dia tidak marah lagi?"

"Wow! Bahkan kosakatamu bertambah menjadi lebih panjang!"

Telinga Sasuke memerah menahan amarah. Dia siap melempar Kiba dengan kaleng jus yang dia pegang. Chouji menghentikannya dengan menyodorkan keripik kentang kesukaannya.

"Sudah-sudah, mari kita hentikan. Aku tahu bagaimana caranya agar Naruto tidak marah lagi."

"Kalian itu menyusahkan."

"Sstt, yang tidak berpengalaman diam saja dan tidur. Aku akan memberikan latihan pribadi untuk Sasuke. Dengarkan gurumu ini dan jangan membantah!"

Untuk pertama kali dalam seumur hidupnya, Sasuke menuruti keinginan Kiba.

TBC

ユキアサヒ

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Aug 05, 2019 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Friendship? Bullshit!Where stories live. Discover now