Chapter Tiga

922 114 6
                                    

Sudah sebulan ini Itachi memiliki projek sebuah lagu yang dipesan dari sebuah agensi. Pandangannya tidak lepas dari keyboard, alat-alat elektronik dan bermacam-macam software. Lewat jam tujuh malam, Itachi keluar hendak menyantap beberapa potong roti. Ia terkejut ketika mendapati rumahnya gelap gulita. Lampu belum dinyalakan dan terasa sepi. Dalam hati ia merutuki adiknya yang selalu saja pergi dan lupa memberi kabar. Setelah ini ia harus menyuruh Naruto untuk mengingatkan Sasuke agar tidak lupa meninggalkan pesan sebelum pergi.

Itachi mengambil beberapa potong roti dan sekotak susu. Ia kembali ke dalam kamarnya setelah menyalakan lampu. Lepas menggigit beberapa potong roti, Itachi mulai memikirkan tentang adik satu-satunya. Umur mereka terpaut jauh, bahkan ketika Itachi menginjak dua puluh empat tahun dimana kedua orang tuanya berpulang, Sasuke seperti anak Itachi yang sebenarnya merupakan adiknya. Sasuke tidak banyak berulah dan cukup pendiam, tetapi karena sikapnya itu, Sasuke juga banyak dimusuhi teman-temannya.

Itachi bersyukur karena ada Sakura yang selalu menjadi teman baik Sasuke. Dengan harta warisan yang ayah dan ibunya tinggalkan, Itachi masih bisa menghidupi Sasuke tanpa kekurangan apapun. Di saat itu pula Itachi sadar kalau harta juga akan habis bila tidak ada pemasukan sama sekali. Itachi yang saat itu sudah menjadi seorang komposer walaupun penghasilannya kecil-kecilan mulai menabung untuk masa depan adiknya kelak. Semuanya terbayar karena sekarang Sasuke masih sehat dan tidak ada kekurangan finansial sama sekali.

Kalau Itachi tertarik pada musik, maka Sasuke tertarik pada bisnis. Ketertarikannya dimulai ketika Sasuke mulai mengenal Naruto 'lebih baik'. Itachi tidak tahu ia harus bersyukur atau tidak, tetapi ucapannya masih terngiang di kepala Itachi ketika dirinya hampir marah saat tidak sengaja mengetahui perbuatan Sasuke yang merintis sebuah usaha kecil-kecilannya sendiri. Sasuke masih memiliki Itachi yang akan menangani segala keperluannya sebagai wali, tugasnya hanya belajar dan tidak perlu merepotkan diri dengan urusan orang dewasa, tetapi Sasuke tidak mendengarkannya dan hanya berkata, "Aku juga ingin menghasilkan penghasilan sendiri untuk hidupku dan keluargaku."

Itachi bungkam saat mendengarnya. Adiknya tiba-tiba menjelma menjadi sosok orang dewasa. Mengingat masa lalu selalu membuat Itachi terkekeh kecil.

"Dasar bocah itu."

oOo

Naruto menarik sesuatu dari lehernya, sebuah kalung perak dengan liontin berbentuk lingkaran. Sakura sangat kenal benda apa yang menjadi liontin kalung Naruto, sebuah cincin. Tampak sederhana dan biasa saja, tidak ada kesan apapun sebelum Naruto memberikannya pada Sakura. Sakura mengamati cincin yang Naruto berikan, dan ukiran nama Sasuke di dalam sana membuat Sakura terdiam.

"Sejak kapan?"

"Juli?" wajah Naruto semerah tomat. Sakura tahu konsekuensinya jika berita ini tersebar. Sekolah akan heboh dan kemungkinannya, Naruto dan Sasuke akan didepak dari sekolah. Mendengarnya saja sudah membuat Sakura berjengkit, sangat mengerikan kalau itu benar-benar terjadi, mereka sudah kelas tiga dan sebentar lagi akan lulus.

"Kau gila?" Sakura mencengkram kedua bahu Naruto. Tatapannya serius dan seakan-akan ingin melumatnya hidup-hidup. "Kenapa tidak melakukannya setelah kelulusan? Akan gawat kalau pihak sekolah mengetahuinya!"

"Tapi kau bukan pihak sekolah, jadi aku memberitahumu."

"Jangan pernah memberitahukannya pada siapapun! Jaga juga sikapmu itu di depan teman-teman dan juga—astaga! Kepalaku hampir pecah kalau mendengar jawabanmu itu yang seakan-akan kalian tidak memiliki hubungan padalah hubungan kalian nyatanya sejauh ini! Bilang saja kalian berkencan, tidak perlu bertele-tele sampai membuat orang-orang penasaran dengan hubungan kalian itu! Kalau kau berpikir semua orang baik, maka kau salah, Naruto. Kau tidak tahu siapa saja yang membencimu atau Sasuke, bisa jadi mereka ingin menyerangmu dengan fakta ini! Aish, aku sampai tidak bisa berhenti berbicara menghadapi kelakukan bodoh kalian berdua!"

Friendship? Bullshit!Where stories live. Discover now